Share

Bab 6

Author: Buchara
Tangan Septha yang hendak mendorong pintu tiba-tiba terhenti. Orang yang menyelamatkan Karl jelas-jelas adalah dirinya, kenapa sekarang Gisella yang mendapat pujian?

Suara Gisella yang manja terdengar dari dalam ruangan. "Karl masuk ke gunung karena mau hadiahin aku rubah putih, sudah sepantasnya aku menolongnya. Tapi ...."

Tatapannya mulai meredup. "Karl, sebenarnya kamu nggak perlu kasih aku rubah putih itu buat hibur aku. Aku tahu, orang yang paling kamu cintai adalah kakakku. Waktu dulu kakakku diculik, kamu rela mempertaruhkan nyawa buat dia ...."

"Salah besar!" Tiba-tiba, salah satu teman Karl berseru dengan penuh semangat, "Penculikan waktu itu memang rencana Karl sendiri!"

"Apa?" Gisella sontak mendongak dengan wajah kaget.

Teman Karl meneruskan, "Dulu Karl sengaja bikin skenario penculikan biar orang tuamu sadar siapa anak yang benar-benar mereka cintai. Makanya, dia suruh orang nyamar jadi penculik dan culik kamu dan Septha."

"Waktu dia menyelamatkan Septha, itu semua akting doang! Biar dia bisa bikin Septha percaya dan mau nikah sama dia!"

"Kamu tenang saja, Gisella. Karl nikah sama Septha cuma demi kepentingan keluarga, juga demi lampiaskan emosimu. Sebentar lagi, dia bakal cerai dari Septha! Benar nggak, Karl?"

Kamar rawat itu hening sejenak. Kemudian, suara Karl akhirnya terdengar. "Benar."

Di luar pintu, tubuh Septha bergetar. Dia melangkah mundur dengan limbung. Jadi ... penculikan itu pun hanyalah permainan?

Dulu dia mengira itu adalah salah satu dari sedikit ketulusan Karl terhadapnya. Ternyata ... semua itu adalah kebohongan.

Ponsel bergetar, memotong lamunannya. Septha menerima panggilan, lalu terdengar suara lembut ibu angkatnya.

"Sayang, pesawat pribadi yang Ibu atur akan berangkat besok siang. Jangan lupa ke bandara tepat waktu ya."

"Oke, Bu."

Setelah menutup telepon, Septha memandangi pintu kamar rumah sakit, tersenyum getir. Mungkin semua ini memang yang terbaik.

Dia tidak pernah berutang apa pun pada Karl. Antara mereka berdua, selain secarik kertas pernikahan tanpa makna, tak ada ikatan apa pun, baik itu dulu, sekarang, bahkan ke depannya.

Menjelang keberangkatannya, Septha mulai sibuk. Pertama-tama, dia menemui pengacara untuk menyusun surat cerai. Kemudian, dia pergi ke sebuah kelab di pusat kota, bertemu dengan teman lamanya, seorang pria asal Erofa.

Teman ini memang sudah lama tinggal di Negara Tuvalu dan kini menjalankan bisnis manajemen aset.

Dulu saat Septha pindah ke Tuvalu, kedua orang tua angkatnya di Idalia khawatir dia akan ditindas. Mereka lalu mengalihkan banyak aset ke namanya, termasuk arena berburu.

Beberapa klien terbesar Keluarga Salim dan Keluarga Arisona juga sebenarnya adalah bisnis milik Septha. Namun, selama ini dia merendah dan tak pernah menyebutkan soal itu.

Kini karena dia akan pergi, semua aset itu butuh seseorang untuk mengurusnya. Dia pun memilih teman lamanya ini.

Keduanya pun minum-minum sambil mengobrol. Setelah beberapa gelas, temannya itu akhirnya bertanya, "Septha, kamu serius mau hentikan semua kerja sama antara perusahaanmu dengan Keluarga Salim dan Keluarga Arisona?"

"Jujur saja, kedua keluarga ini sudah nggak sekuat dulu. Kalau kamu hentikan kerja sama sekarang, mereka bisa rugi besar!"

Septha mengangguk. "Aku sangat yakin."

Temannya berdecak. "Ya sudahlah, siapa suruh mereka remehin orang yang salah. Ini akibat dari kebodohan sendiri."

Karena harus mengejar penerbangan, Septha pamit lebih awal. Namun, saat turun dari lantai atas kelab, dia tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan teman prianya langsung menopang tubuhnya.

"Maaf."

Posisi mereka agak dekat. Saat Septha hendak berdiri, tak disangka dia melihat Karl dan teman-temannya baru saja keluar dari ruangan sebelah.

Mereka termangu melihat Septha, lalu mulai bersiul dengan genit.

"Waduh! Gimana nih, Karl? Istrimu ternyata sudah punya cowok lain ya di luar."

"Bule pula! Gila sih, Septha, rupanya kamu suka bule ya!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 25

    Septha terpaku di tempatnya. Karl ternyata benar-benar telah meninggal dunia.Negara Tuvalu. Pemakaman.Septha menatap foto hitam putih Karl yang terpahat di batu nisan, ekspresinya sulit dijelaskan. Dia tidak menyangka, setelah perpisahan mereka enam bulan lalu, pertemuan berikutnya mereka telah berada di alam yang berbeda.Melihat ekspresinya, ibu angkat yang berdiri di sampingnya akhirnya berkata, "Septha, kamu marah padaku, nggak ?""Waktu itu Karl memang pernah menyuruh orang untuk menyampaikan pesan padamu. Dia bilang, kecuali kamu mau memberinya anak, dia nggak akan menjalani terapi sel punca.""Tapi, saat itu kamu bilang kamu nggak peduli apakah dia hidup atau mati, jadi aku mengambil keputusan sendiri dan nggak menyampaikan pesannya. Kalau kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan aku saja."Septha akhirnya tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum pada ibu angkatnya."Kenapa Ibu bilang begitu? Waktu itu Ibu sudah menyampaikan semuanya dengan sangat jelas. Aku sendiri yang bil

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 24

    Keesokan harinya.Di Idalia.Septha baru saja bangun dari tidurnya ketika ibu angkatnya tiba-tiba masuk ke kamar dengan raut wajah yang tampak rumit.Septha mengangkat kepala dan bertanya, "Ibu, ada apa?"Ibu angkatnya ragu sejenak, lalu akhirnya berkata dengan suara pelan, "Ada pesan dari Karl dari Negara Tuvalu. Dia memintaku menyampaikannya padamu."Septha tertegun sejenak. Namun di detik berikutnya, dia langsung berkata tanpa ragu-ragu, "Aku nggak mau dengar."Tatapan ibu angkatnya sedikit goyah. "Septha, kamu yakin?"Sejujurnya, saat pertama kali mendengar bahwa Karl menitipkan pesan untuk Septha, dia sendiri juga ingin langsung menolaknya. Namun saat dia mengetahui isi pesan itu, dia juga ikut tertegun.Tak disangka, Karl ternyata mengidap penyakit mematikan. Yang lebih mengejutkan lagi, pria itu berkata dengan kejam bahwa kecuali Septha bersedia kembali ke sisinya dan mau melahirkan anak untuknya, dia tidak akan menjalani terapi sel punca.Itu benar-benar seperti mengancam Septh

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 23

    Karl langsung dibawa untuk menjalani pemeriksaan dan hasilnya mengejutkan semua orang. Karl didiagnosis mengidap kanker. Jenis kankernya sangat tersembunyi, sehingga saat ditemukan, kondisinya sudah berada di stadium akhir.Wajah dokter tampak sangat serius."Pak Karl, untuk kanker ini, metode pengobatan terbaik saat ini adalah terapi sel punca. Idealnya, Anda memiliki seorang anak. Dalam proses kehamilan, kami bisa mengambil sejumlah sel punca untuk digunakan dalam pengobatan Anda.""Tenang saja, prosedur ini tidak akan membahayakan kesehatan sang anak."Karl tertegun. Sementara itu, kedua orang tua kandungnya telah datang bersama Gisella.Begitu Gisella mendengar bahwa Karl mengidap penyakit mematikan, dia langsung panik dan nyaris kehilangan kendali. Dia tidak lagi memedulikan segala pertengkaran mereka sebelumnya dan buru-buru berkata, "Aku yang akan melahirkan untukmu!"Gisella mencengkeram tangan Karl erat-erat. "Karl, kamu nggak perlu menikah denganku, nggak perlu memberiku janj

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 22

    Tentang penculikan yang terjadi waktu itu, sebenarnya sangat sedikit orang yang tahu kebenarannya. Bahkan saudara-saudara Karl pun mengira bahwa penculikan itu memang direncanakan oleh Karl sendiri. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.Memang, awalnya Karl benar-benar merencanakan sebuah penculikan. Namun, yang tidak dia perkirakan adalah, rencananya disaabotase di tengah jalan.Sekelompok penculik sungguhan mengetahui rencana tersebut, lalu menyusup dan menggagalkan para penculik bayaran yang sudah disiapkan Karl. Mereka benar-benar menculik Gisella dan Septha.Jadi, ketika akhirnya pasangan Keluarga Salim memilih untuk menyelamatkan Gisella dan meninggalkan Septha, saat itu Septha memang benar-benar dalam bahaya. Para penculik itu kejam dan berniat membunuhnya.Saat Karl tahu, dia menerobos ke sarang penculik tanpa menghiraukan bahaya. Dia tertusuk tiga kali dan nyaris kehilangan nyawanya demi menyelamatkan Septha.Mengingat kejadian itu, Karl sempat termenung.Selama bertahun-

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 21

    Wajah Karl akhirnya berubah saat ini."Tunggu, Septha, kamu tahu ....""Ya, aku tahu semuanya," potong Septha dengan dingin."Aku tahu kamau menikah denganku hanya demi kepentingan keluarga. Aku juga tahu sudah lama kamu ingin menceraikanku, ingin membuatku menjadi wanita yang dibuang, hanya untuk membalas dendam karena aku merebut posisi putri Keluarga Salim. Tapi, Karl ...."Septha menampilkan senyum getir."Aku hanya ingin bertanya satu hal. Dulu, saat aku tersesat, apa itu salahku? Empat tahun lalu waktu Keluarga Salim menemukanku kembali, apakah itu keinginanku?""Termasuk pertunangan kita ... semua itu adalah keputusan antara Keluarga Salim dan Keluarga Arisona, apa hubungannya denganku?"Sejak awal, setiap keputusan kalian paksakan padaku. Tapi kenapa, pada akhirnya malah aku yang disalahkan?"Septha menatap Karl dan akhirnya mengajukan pertanyaan yang selama ini membebani hatinya. "Karl, sebenarnya, apa kesalahan yang telah aku perbuat?"Karl menatap wajah wanita di depannya ya

  • Putri Tertukar Dambaan Suamiku   Bab 20

    "Apa kamu bilang?" Raut wajah Karl langsung berubah drastis. Barulah dokter itu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi hari itu dengan gugup.Setelah selesai menjelaskan, dia buru-buru mencoba membela diri. "Pak Karl, ini bukan karena aku nggak ingin memberi tahu Bapak. Nyonya langsung membeli rumah sakit kami. Aku benar-benar nggak berani melawan perintahnya, jadi aku nggak bisa menyampaikan hal ini kepada Bapak."Dokter itu mati-matian berusaha menjelaskan, tapi Karl sudah tidak mendengar apa-apa lagi.Tubuhnya goyah hingga melangkah mundur satu langkah. Dalam sekejap, dia seperti baru menyadari kenyataan sepenuhnya ....Septha ... sudah berniat bercerai sejak saat itu? Tapi kenapa? Kenapa dia begitu ngotot untuk pergi?Karl akhirnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia berdiri di depan hotel tempat Septha menginap. Dia menunggu selama tiga hari tiga malam. Hingga akhirnya, saat Septha dan rombongannya hendak meninggalkan Negara Tuvalu, dia melihat mereka.Begitu melihat Karl, p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status