Malam ini adalah malam yang sudah sangat dinantikan oleh Arisa setelah hampir sebulan dirinya tidak memiliki waktu libur yang baik dan tenang. Dan akhirnya kali ini ia bisa berisitirahat dengan tenang karena sang atasan alias Nicky tidak memiliki jadwal lain di luar kantor, atau urusan rumah sakit yang masih harus dia selesaikan.
Dengan posisi yang nyaman, dia berbaring di kasurnya sambil membaca novel karangan penulis kebanggannya setelah hampir setahun dibelinya namun belum pernah terbaca selembarpun.
Namun pada lembaran kedua bacaannya, dering pada ponselnya segera menginterupsi kegiatannya dan dengan terpaksa sambil menghela nafas ia segera meraih benda tersebut dan langsung mengangkatnya tanpa melihat nama sang penelpon.
"Halo!" Jawabnya dengan nada ketus yang tanpa sadar ia keluarkan.
"Ris, sibuk gak?" Tanya dari seberang dengan suara yang sudah dihafal oleh Arisa.
Arisa menghela nafas pelan sambil memejamkan matanya. K
Hari ini, Arisa terpaksa ijin tidak mausk kerja karena entah kenapa sejak semalam dirinya sudah merasa kurang sehat. Padahal paginya ia masih keluar untuk jogging. Dan saat ini ia hanya terus berbaring di tempat tidur karena kepalanya yang terasa sakit kalau dirinya memaksa untuk bangun. Bahkan untuk minum pun dirinya tidak sanggup. Jadi, iapun memutuskan untuk beristirahat seharian dan mengabaikan ponselnya yang ia letakkan di atas meja belajar yg jauh dari tempat tidurnya. Ketika ia bangun karena bunyi bel rumahnya, matanya tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul 4 sore. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, ia memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan menuju pintu masuknya untuk memeriksa siapa tamu yang datang tanpa dia undang tersebut. "Dokter?" Tanya Arisa suara parau dan raut wajah menahan sakit kepalanya sambil menatap heran kearah Daniel yang sudah menatapnya heran. "Loh, Ris? Kamu sakit?" Tanya Daniel dan segera
Daniel meletakkan berkas-berkasnya dengan asal di atas meja kerjanya. Sejak ia bangun hingga saat ini, kejadian di rumah Ariaa terus saja mengusiknya. Dirinya tampak menyesali hal yang ia lakukan pada gadis tersebut. Tapi dirinya juga tidak bisa diam saja setelah gadis itu menjawab seolah memberinya tantangan. Daniel terus saja merutuki dirinya karena tidak bisa menahan diri di depan gadis itu. Padahal selama ini, ia sudah menahan diri untuk tidak terjerumus ke dalam hal tersebut. Tapi kenapa dengan gadis itu diriny justru lemah. Kejadian kemarin kembali terlintas di kepalanya. Padahal hanya sentuhan singkat, ia tidak menyangka kalau bekasnya akan terasa sampai sekarang. Gila. Daniel akhirnya mengaggap dirinya gila. Ia kembali berfikir, apa yang akan terjadi selanjutnya kalau dirinya benar-benar tidak bisa menahan diri? Lalu ia kembali teringat Arisa. Setelah kejadian tersebut, Arisa justru tidak mengatakan apa-apa. Bahkan ekspresiny
Daniel menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil yang juga terparkir di depan rumah Arisa. Tapi bukannya langsung turun, Daniel justru tetap berada di atas mobilnya dan berniat menunggu sang empunya mobil muncul. Pria itu melirik jam di tangannya yang sudah menunjukkan waktu 20.15 malam. Apa Arisa sedang menerima tamu? Tapi tidak ada tanda-tanda kalau di rumah tersebut sedang menerima tamu karena bahkan lampu ruang tamunya pun tidak menyala. Atau mungkin hanya orang lain yang tidak sengaja parkir di depan rumah Arisa? Karena malas menerka-nerka, Daniel pun segera mematikan mesin mobilnya dan berniat turun namun terhenti karena sosok pria yang entah siapa keluar dari dalam rumah Arisa namun tidak ada Arisa di belakangnya mengekor. Daniel mengurungkan niatnya untuk turun dari mobilnya dan tetap memperhatikan pria itu. Entah kenapa ada rasa kesal di dalam dirinya saat melihat seorang pria lain yang keluar dari rumah gadis tersebut. Diriny
Arisa terbelalak mendengar ucapan Daniel barusan. Bukannya memberi keputusan, pria itu malah melempar balik pertanyaannya. "Gimana kalau kita saling mengenal aja dulu?" "Lah, kooook" "Tunggu dulu. Maksud aku tuh gini. Kita kan sama-sama belum kenal satu sama lain." "Pacaran kan juga bisa sambil saling mengenal satu sama lain." Sahut Arisa yang tidak mau kalah. Apa-apaan sudah berani mencium orang sembarangan dan dia bilang mau kenalan dulu? "Terus kalau gak cocok?" Tanya Daniel kemudian. "Putus." Tanpa berpikir apapun Arisa segera menjawab pertanyaan Daniel. Membuat Daniel terbelalak. "Kok putus?" "Ya terus apa dong? Kan udah gak cocok." Timpal Arisa tidak mau kalah. "Ya terus kenapa mau pacaran?" Tanya Daniel lagi. Yang kali ini membuat Arisa kembali terbelalak dan tanpa sadar melempari Daniel dengan bantar guling. "Kamu barusan nyium aku dan sekarang kamu tanya kenapa mau pacaran? Ata
Daniel melepas snellinya dan segera beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruangannya. Hari ini ia ingin istirahat penuh di rumah setelah sebulan lebih tidak pernah meninggalkan rumah sakit. Sejam yang lalu adalah detik-detik menegangkan dari operasi yang ia lakukan. Mengingat korban yang ia hadapi kali ini adalah anak kecil yang mengalami benturan di dadanya akibat menabrak batu saat terjatuh dan sempat mengalami henti jantung beberapa saat membuatnya dan rekannya yang lain benar-benar harus berhati-hati dalam menangani pasien tersebut.Untung saja anak tersebut bisa di selamatkan meskipun harus memakan waktu yang cukup lama. Dan karena malam ini adalah jadwal liburnya, dan juga ada dokter lain yang menangani anak tersebut, jadi dirinya bisa dengan bebas melarikan diri dari rumah sakit."Hari yang panjang." Sahutnya sambil merenggangkan tubuhnya di tengah-tengah koridor rumah sakit sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran para dokter yang berada di
Setelah resmi pacaran, Arisa dan Nicky jadi sering pulang bareng. Kali ini tidak perlu lagi alasan rapat diluar sampai Arisa mau diantar pulang. Mereka bahkan kadang saling menunggu pekerjaan mereka selesai agar bisa pulang bareng. Dan mereka juga tidak perlu sibuk mencari tempat untuk pacaran karena berdua di ruangan Nicky saja sudah cukup untuk mereka.Tapi alasan Arisa menerima Nicky tidak sepenuhnya karena dia juga menyukai Nicky. Entah kenapa dirinya tidak bisa menolak pria yang satu itu. Seolah dalam dirinya memaksanya untuk menerima pria tersebut. Tapi bukan masalah kan? Cinta bukannya bisa datang karena kebiasaan?"Pagi, pak." Sapa Arisa saat memasuki ruangan Nicky. Tentu saja dirinya harus memanggil dengan sebutan 'Pak' karena ia tidak mau ada yang curiga kalau dirinya memanggil dengan hanya sebutan nama padahal mereka masih di kantor."Pagi sayang." Balas Nicky yang mengalihkan pandanganya dari berkas diatas meja kerjanya setelah mendapati sang p
Nicky memainkan ponselnya sambil bersantai di depan TV rumah Arisa sementara gadis itu tengah sibuk memasak sesuatu di dapurnya. Malam ini keduanya memutuskan untuk makan malam di rumah Arisa setelah selama perjalanan pulang mereka bingung untuk makan apa dan dimana, Arisa pun mengusulkan untuk makan dirumahnya. Dan berakhirlah mereka disini.Setelah 30 menit berlalu, Arisa muncul dari dapur sambil membawa 2 buah piring berisi nasi goreng dan telur ceplok."Hmm, wanginya enak banget." Puji Nicky setelah memindahkan 1 piring ke tangannya dan membaui aroma masakan Arisa."Tapi gatau rasanya enak atau enggak. Cobain aja dulu." Ucap Arisa tidak percaya diri. Bagaimanapun tadi di dapur nasinya hampir gosong karena ia tinggal sebentar untuk mencari bahan makanan lain di kulkas."Kenapa? Kamu masukin garamnya kebanyakan ya?" Ledek pria itu sambil mengaduk nasinya. Matanya sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan pacarnya itu.Arisa mengambil
Daniel baru akan mengetuk pintu rumah Arisa ketika pintu tersebut terbuka dengan sendirinya dan menampakkan sosok Arisa dan seorang pria yang sama dengan saat terakhir kali dirinya berkunjung. Matanya menangkap sosok Arisa yang terkejut mendapati dirinya seolah ia baru saja dipergoki melakukan suatu kesalahan."Loh, Dokter? Ngapain....""Siapa, Yang?" Daniel seketika mengalihkan pandangannya kearah pria yang tidak ingin ia ketahui statusnya saat ini. Apa yang barusan dia dengar? Yang? Maksudnya bukan sayang, kan? Sekelabat pertanyaan seketika memenuhi isi kepalanya.Arisa terdengar terbatuk pelan. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering padahal ia baru saja menghabiskan satu gelas air mineral dingin. Namun setelah menenangkan dirinya, gadis itu kemudian menjawab. "Oh, ini Dokter Daniel. Dok, kenalin ini Nicky, atasan saya." Jelasnya setelah berusaha menutupi rasa gugup lainnya yang tiba-tiba muncul."Nicky, Pacar Arisa!" Tegas Nicky sambil meny