Share

Chapter 4

Shaenette mencoba mencari cara, agar dia bisa membebaskan Clow. Bagaimanapun, Clow tidak bersalah dan dia tidak pantas dijadikan buruan.  

"Ayolah Tuan, lepaskan Kijangku," kata Shaenette lagi. 

Lucas melihat Shaenette dan menggeleng. 

"Ayolah, Tuan." 

"Aku tidak akan melepaskannya. Lebih baik kau pergi dari hadapanku."

Shaenette yang mulai kesal pun akhirnya merapalkan satu mantra yang membuat Lucas terpental beberapa meter darinya. Shaenette 

dengan cepat menolong Clow yang terluka parah. 

"Kau!"

"Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa memakai mantra ini untuk melindungi temanku." Setelah itu, Shaenette pergi bersama Clow. Dia berlari memegang gaun panjangnya itu. 

Kie dan Rie yang melihat itu pun langsung membuka portal kerajaannya. Mereka membantu Shaenette yang masih tersenyum senang saat Lucas terlihat murka.

"Masuklah, Shaenette!" 

Shaenette mengangguk. Dia pun masuk ke dalam kerajaannya kembali bersama dengan Kie, Rie dan Clow.

Sementara Lucas yang kehilangan jejak Shaenette pun mengumpat kata kasar. Siapa gadis sombong yang mengagalkan buruannya itu? Kenapa dia merapal mantra? Apa dia adalah kaum penyihir yang sedang berburu? Tidak mungkin. 

"Di mana hasil buruanmu, Lucas?" tanya Denvio yang mendekati Lucas dengan burung cantik yang dia dapati. 

Lucas berdecak sebal. 

"Aku mendengar suara tembakan, bukankah itu suara tembakanmu?" 

"Gadis itu membuatku kehilangan buruan lagi," balas Lucas mengepal tangannya. 

Denvio mengernyit bingung. 

"Gadis mana?"

"Gadis sombong yang datang ke pesta."

Denvio kembali dibuat heran. Dia sedikit bingung, sejak tadi, dia tidak melihat Lucas dan melihat seorang gadis. 

"Aku tidak melihatnya."

"Dia penyihir!" 

"Hah?!" 

"Aku akan buat perhitungan dengannya. Aku tidak akan mengampuninya." Setelah mengucap itu, Lucas pergi meninggalkan Denvio dan berjalan ke arah kudanya kembali. 

"Aneh." 

Denvio mengejar Lucas dan kembali menyusuli Lucas yang berjalan ke luar hutan. 

--OooO--

Shaenette membantu Clow dari panah menyakitkan itu. Kie dan Rie yang melihat hanya tersenyum senang, melihat sosok baik dari dalam diri Shaenette. "Terima kasih, Shaenette." 

"Kembali kasih, Clow. Semoga kau lekas pulih." 

Clow mengangguk. Dia kemudian pergi meninggalkan Shaenette. 

"Good job, Shaenette." 

Shaenette tersenyum. Dia membersihkan luka Clow dari gaunnya di sungai. Dia merasa senang bisa menolong kembali. 

Sebuah suara minta tolong terdengar berbisik di telinganya. Shaenette mencoba menangkap suara itu dan di mana, namun dia tidak tahu. Shaenette melihat Kie dan Rie. 

"Ada apa, Shaenette?" 

"Aku mendengar sesuatu berbisik di telingaku, Rie. Ada yang membutuhkan pertolonganku." 

Rie melihat Kie yang terkejut. 

"Apa yang harus aku lakukan?" 

"Kita kembali ke rumah, Shaenette. Kita akan bicarakan semua kepada Dad." 

"Baiklah."

"Shaenette," panggil Rie lagi. 

Shaenette melihat Rie dan matanya kembali bertanya 'ada apa'  kepadanya. 

"Aku menyayangimu."

Shaenette merasa tersentuh pun tersenyum dan membalas ucapan Rie. 

"Love you more, Rie."

Setelah itu mereka kembali berjalan memasuki  kerajaannya. 

--OoooO--

Sampainya di kerajaan, Lucas berjalan ke arah kamar. Dia merasa tidak bahagia sekarang. Semua itu karna gadis yang mengagalkan buruannya. 

Dia bingung, kenapa dia harus berurusan dengan penyihir? 

Denvio yang mencoba menenangkan, namun langkah cepat Lucas tidak bisa dia susuli. 

Emile melihat Denvio dan memberi salam kepada pangeran. 

"Kenapa kau di sini, Pangeran?" tanya Emile. 

"Aku pulang berburu dengan Lucas, tapi Lucas terlihat kembali murka karena buruannya digagalkan seorang gadis sombong."

"Gadis sombong?" tanya Emile mengulang.

"Ya, aku tidak tahu siapa gadis itu. Karena, saat aku menangkap burung indah ini, aku tidak bersama Lucas." 

Emile mengedipkan matanya beberapa kali.  

"Apa gadis itu orang yang sama?" 

"Maksudmu, Nona?"

"Maksudku, gadis yang mengagalkan buruan Lucas itu adalah gadis yang sama di kerajaanmu?" 

Denvio terdiam sejenak, kemudian mengangguk. Feelingnya mengatakan orang itu sama. 

Emile menghela nafasnya. 

"Aku akan pergi menemui Lucas, Pangeran bisa menunggu Pangeran Lucad di taman," kata Emile hormat. 

"No, aku akan kembali ke kerajaan, Nona. Titip salamku kepada Pangeran Lucas, aku akan kembali menemaninya berburu."

Emile mengangguk dan memberikan hormat perpisahan. Setelah itu, Denvio pergi. 

Emile masuk ke dalam kamar Lucas kembali. 

--OoooO---

Lucas mengingat gadis itu. Tatapannya yang redup itu membuatnya teringkat kepada mendiang ibunya. 

"Pangeran," panggil Emile. 

Lucas yang terdiam di depan jendela kamarnya pun hanya diam. 

"Sudahlah, Pangeran. Kau bisa kembali berburu lagi, Pangeran. Anggap saja kau sial."

Lucas menghela nafasnya saja. Rasanya, dia ingin sekali menangkap gadis penyihir itu dan memberikannya kepada Raja Agezo untuk dijadikan tumbal. 

"Aku membencinya, Emile."

"Tenanglah, Pangeran." 

Fluffy, binatang peliharaan Lucas datang. Dia memberikan sebuah surat yang dia dapati dari hutan larangan. Surat yang berisikan tentang peperangan yang akan dimulai saat badai datang. 

Pangeran Lucas, akan terjadi peperangan antara bangsa witch dan elf. Mereka akan memperebutkan kekuasaan. 

Negrimu ini akan hancur jika kau tidak menemukan princess yang sudah dibuat tidur oleh seorang witch dari kerajaan Darkness. 

Kau harus segera menemuinya. 

Lucas mengelus bulu Fluffy. Dia memberikan surat itu kepada Emile dan menghela nafas. 

"Emile, kau tau Princess yang sudah dikutuk oleh bangsa witch?" tanya Lucas.

"I dont know, Pangeran."

"Bisa aku meminta bantuanmu, Emile?" 

 "Bantuan apa itu, Pangeran?" tanya Emile. 

"Carikan aku seluruh daftar nama putri dari berbagai kerajaan. Berikan kepadaku dan segera perintahkan seluruh maid untuk menyiapkan pesta."

Emile mengangguk. Dia pun segera pergi dari kamar Lucas. 

"Siapa calon permaisuriku, Fluffy?" tanya Lucas asal, namun hewan itu hanya terdiam tanpa menjawab apa pun. 

--oOooO---

Sementara di kerajaan Kingdom of Darkness Zelin dijadikan budak oleh Raja Agezo dia diperintahkan untuk berkebun, memasak dan membersihkan seluruh ruangan istana.

"Kau akan terbebas dari pekerjaanmu, jika kau mengikuti kemauanku, Zeline." 

"Aku tidak akan sudi menjadi selirmu!" 

Agezo tertawa. 

"Benarkah?"

Zeline masih diam dengan tatapan marah. 

"Regar, bawa dia ke ruang bawah tanah. Ikat dia dan hukum dia," kata Agezo.

Zeline terkejut saat Regar mengangguki perintah Agezo. 

Zeline mencoba melepas tangan Regar, namun tetap saja Agezo tertawa dengan suara anehnya. 

"Bagaimana, Zeline? Kau masih keras kepala?" 

Regar membawa Zeline menuju ruang bawah tanah dan Zeline mencobz untuk terus memberontak. 

"Lepaskan aku!"

"Diam!"

"Regar, lepaskan aku!"

"Kau bukan siapa-siapa, Zeline."

"Regar!" Namun usaha Zeline sia-sia. Dia akan mendapatkan hukuman yang diperintahkan Agezo. 

"Menyerah saja, Zeline. Aku akan membebaskanmu," kata Agezo yang hanya terdengar suaranya. 

Zeline menelan salivanya saja. 

"Lebih baik kau menuruti kemauan Tuan Agezo, Zeline. Kau akan mendapatkan tahtamu kembali di Kingdom Of Darkness." 

"Tidak akan!" 

Sebuah tamparan tiba-tiba didapati Zeline, hingga sudut bibirnya robek. Bahkan sekarang seekor ular melilit kaki Zeline tiba-tiba. 

"Regar, kenapa ada ular dikakiku?" tanya Zeline. 

Regar hanya diam. 

"Itu balasan karena kau tidak mau menerimaku menjadi suamimu, Zeline." Lagi, suara Agezo terdengar. 

Zeline menangis. Penyiksaan dari Agezo membuatnya kesakitan. Bahkan ular itu sudah mengigit kakinya. 

Zeline berusaha untuk kuat, dia pasti bisa keluar dari kerajaan ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status