Share

Chapter 9

Afroid yang tengah menyiapkan semuanya untuk memulai berperang pun dihampiri Lucia. 

"Afroid, kau akan mati jika melawan Harei," kata Lucia yang sangat takut jika Afroid mati di medan perang antara bangsa Witch, manusia dan Elf. 

"Jangan khawatir, Lucia. Jika aku mati, Shaenette akan menjadi ratu dikerajaan kita."

Lucia menatap Afroid sendu. Sungguh, dia belum siap berpisah dari Afroid. Sejak dulu, dia sangat mencintai Afroid, dan tidak ingin melihat Afroid tewas. 

"Ragaku akan ada di dalam tubuh Shaenette, Lucia."

Lucia menunduk. Air matanya terjatuh. 

Afroid yang menyadari itu pun langsung mendekat ke arah Lucia. Dia menghapus air mata Lucia dengan jemarinya. 

"Jangan menangis, Lucia." Setelah mengucap itu, Lucia menatap dalam bola mata Afroid dan menciumnya. 

Afroid yang terkejut pun, mulai menerima ciuman Lucia. Mereka pun saling berciuman. 

----OooooO----

Aaaaaaa!!!

Suara teriakan Kie membuat Shaenette dan Rie yang berjalan lebih dulu terkejut. Mereka melihat Kie yang dihadang sesuatu yang cukup besar. 

"Shaenette, itu apa?" tanya Rie yang bersembunyi dibalik punggung Shaenette. 

Sementara Shaenette sendiri terkejut melihat raksasa batu yang tengah duduk itu melihat ke arah Kie yang ketakutan. Shaenette mencoba untuk menenangkan Rie dan akan mencari cara untuk menyelamatkan Kie. 

Raksasa itu mencoba untuk menangkap Kie, namun Shaenette berteriak kepada raksasa itu.

"Hei, lepaskan temanku!" 

Raksasa itu pun mengalihkan pandangannya ke arah Shaenette yang seakan menantangnya. 

"Shaenette," panggil Kie. 

"Lepaskan temanku, tuan Raksasa." 

Shaenette memelas. Dia memohon agar raksasa itu melepaskan Rie. 

"Siapa kau yang berani memerintahku untuk melepas santapanku ini," kata Raksasa itu kembali. 

Shaenette diam. Dia mencoba mencari ide untuk menyelamatkan Kie dari Raksasa itu. 

"Jika ada yang memasuki wilayahku, mereka akan menjadi santapanku!" Suara gelegar Raksasa itu membuat Rie dan Shaenette bergidik ngeri. 

"Apa tidak ada cara lain agar kau melepaskan temanku, tuan Raksasa?" tanya Shaenette yang mencoba tawar-menawar kepada Raksasa itu. 

"Tidak. Aku tidak membutuhkan apa pun selain makanan." 

Shaenette melihat Kie yang mulai ketakutan. Dia mencoba untuk bertelepati agar Kie tidak takut kepada Raksasa itu. 

Raksasa itu kembali mengambil Kie yang malang. Dia juga melihat Kie dengan tatapan lapar. 

"Bagaimana ini, Shaenette?" tanya Rie yang khawatir tentang kondisi Kie. "Apa Kie tidak akan selamat?" 

Shaenette diam. Dia melihat sekeliling Raksasa itu. Di sana dia melihat beberapa tanaman mawar mati. Bahkan terdapat seorang perempuan kecil yang tertidur. 

Shaenette melihat Raksasa itu kembali. 

"Tuan Raksasa, aku punya penawaran baik untukmu!" kata Shaenette. 

Raksasa itu melihat Shaenette lagi yang sedang melihat sekilas ke arah gadis kecil yang tertidur itu. 

"Bagaimana jika aku menghidupkan gadis itu dan tanaman mawar di sini, kemudian kau harus melepaskanku dan temanku dari sini." 

Raksasa itu melihat gadis kecil itu dengan iba. Matanya mulai berkaca-kaca. 

"Aku berjanji." Shaenette mengangkat kedua jari tangannya, untuk menyakinkan Raksasa itu. 

"Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan tempat ini dan gadis kecil itu. Kau hanya ingin membodohiku seperti manusia-manusia lainnya itu, 'kan?" 

Shaenette diam. Dia tidak menyangka jika Raksasa itu sering dibohongi oleh para manusia serakah. 

"Aku tidak akan membohongimu, tuan Raksasa." 

Raksasa itu kemudian tertawa, hingga Shaenette dan Rie memegang akar pohon sangat kencang. Dia tidak ingin jatuh ke lautan. 

"Omong kosong!" Raksasa itu kembali mendekati Rie ke dalam mulutnya, namun Shaenette dengan cepat mengubah sekeliling Raksasa itu menjadi taman mawar yang sangat cantik. 

Shaenette menggunakan kekuatan refleksnya, sehingga tumbuhan yang mati di sana hidup kembali. 

Bahkan, Raksasa itu terkejut melihat Shaenette yang berhasil menghidupkan pohon-pohonnya. 

"Kau hebat, Shaenette," puji Rie. 

Shaenette tersenyum. Dia kembali menatap Raksasa dengan senyuman culasnya. 

"Bagaimana, tuan Raksasa? Apa kau mau menimang penawaranku?" tanya Shaenette. 

Raksasa itu tersenyum. Dia kemudian mengembalikan Kie kepada Shaenette. 

"Baiklah. Kau harus menghidupkan gadis kecilku itu," kata Raksasa. 

Shaenette terdiam. Dia tadi hanya reflek mengucapkan kata itu. Dirinya bukan Tuhan yang bisa menghidupkan orang mati. 

Shaenette panik. 

"Gadis malang itu temanku. Dia menyukai bunga mawar ini, karena dia sangat mengidolakan Princess Paper Royal Castle. Jika kau menyelamatkannya, aku akan membantumu." 

Shaenette merasa senang dengan ucapan Raksasa yang mengatakan dia akan membantunya. Namun, Shaenette merasa tidak asing dengan kerajaan itu. Seolah, Shaenette sangat dekat dengan tempat itu. 

"Brunella, dia dikutuk Harei menjadi putri tidur selamanya." 

Shaenette mendekati gadis bernama Brunella itu. Betapa cantiknya gadis itu. Shaenette mengaggumi kecantikan Brunella. 

Shaenette pun mengambil bunga mawar yang ada di sana, kemudian mengeluarkan serbuk mawar racikan yang dia buat. Dia juga membaca sebuah permohonan kepada Dewa untuk bisa menyelamatkan gadis itu dari kutukan Harei. 

Angin kencang menghempas mereka semua. Shaenette seakan kehilangan keseimbangannya. Dia melihat seseorang datang dari langit membantunya. 

"Jika ragamu mati, maka matilah. Namun, jika ragamu hidup maka hiduplah," kata Shaenette yang lagi-lagi membuat Angin kembali riuh. 

Gadis itu terangkat dengan sendirinya saat ramuan mawar itu Shaenette berikan kepada Brunella. Raksasa, Kie dan Rie yang menyaksikan semua itu terkejut dengan apa yang Shaenette lakukan. 

"Jika ragamu mati, maka matilah. Namun, jika ragamu hidup maka hiduplah." Shaenette mengatakan itu secara berulang. Tak lama, tubuh Brunella kembali ke tempat semula. 

Brunella perlahan membuka matanya. Dia pun menutupi matanya yang terasa menyilaukan. 

Shaenette tersenyum. Lagi, dia berhasil mengendalikan kekuatannya. Shaenette tidak menyangka akan menghidupkan orang yang sudah mati atau terkena kutukan dengan mawarnya. 

Raksasa itu tersenyum. Dia menangis melihat Brunella tersadar. 

"Grove, aku melihatmu kembali," kata Brunella kepada Raksasa yang tak lain bernama Grove. 

Grove tersenyum lagi. Dia langsung mendekat Brunella dan mengelusnya dengan kerinduan. 

Shaenette sendiri mundur. Dia tidak ingin menganggu moment Grove dengan Brunella. Shaenette senang menyelamatkan seseorang. 

"Princess Shaenette," panggil Brunella yang terkejut melihat Shaenette. "Kau benar-benar Princess Shaenette?" 

Brunella seakan bahagia. Dia bisa melihat Shaenette secara langsung. 

Shaenette tersenyum saja. 

"Aku selalu mengaggumimu, Princess. Aku ... aku menganggumimu sejak kau menyelamatkanku dari duri mawar."  

Shaenette mengernyit bingung. Dia bahkan lupa apa yang terjadi sebelumnya. Kenapa dia tidak mengingat apa pun, bahkan ucapan Brunella seakan omongan belaka saja. 

"Terima kasih sudah menyelamatkanku dari kutukan Harei, Princess."

Shaenette hanya mengangguk dan tersenyum. Apa Harei memang suka memberikan kutukan kepada orang-orang lemah? Shaenette semakin tertantang untuk menemui Harei dan mereka akan melakukan peperangan. 

Brunella pun bangkit perlahan. Dia kemudian memberikan sebuah jepitannya kepada Shaenette. 

"Ini sebagai ucapan terima kasihku kepadamu, Princess Shaenette." 

Shaenette mengambil jepitan itu. Dia melihat jepitan itu sangat indah. 

"Jepitan itu bisa membantumu melawan musuh. Kau bisa menggunakannya." 

Shaenette melihat jepitan itu lagi. 

"Terima kasih." 

"Sama-sama."

Grove melihat Shaenette dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah menyelamatkan lingkungan dan juga Brunella. 

"Aku akan menepati janjiku!" 

Shaenette tersenyum. Ini dia saatnya, Shaenette akan meminta bantuan Grove untuk menyebrangi lautan Northen. 

"Apa yang ingin kau minta?" tanya Grove lagi. 

"Tidak banyak. Antarkan aku dan temanku ke sebrang pulau ini," jawab Shaenette yang membuat Grove dan Brunella terkejut. 

"Kau ...." 

"Bantulah aku, sekali saja." 

"Kau tidak bisa ke sana, karena hewan laut itu akan membunuhmu."

"Hewan laut?" tanya Shaenette. 

"Iya. Hewan laut raksasa," balas Brunella. "Dia bisa saja membunuhmu dan temanmu." 

Shaenette tampak tak percaya. 

"Kraken adalah hewan laut yang sudah menjadi monster. Dia akan menganggu siapapun orang yang lewat disekitarnya," balas Grove. 

"Aku tidak menganggunya. Aku hanya ingin lewat saja," kata Shaenette lagi. 

Grove melirik Brunella yang menghela nafas. Dia tidak mempercayai Shaenette yang keras kepala. 

"Please, aku ingin menyelesaikan misiku," kata Shaenette memohon. Dia tidak bisa membuat Afroid kecewa karena misinya tidak dia selesaikan. 

Brunella dan Grove saling pandang.

"Baiklah, Shaenette. Karna kau sudah menyelamatkan gadisku, aku akan membantumu," kata Grove yang membuat Shaenette tersenyum senang. 

"Terima kasih."

"Tapi aku hanya mengantarmu sampai perbatasan laut. Sisanya, kau yang mengurusnya." 

Shaenette mengangguk lagi. 

"Terima kasih, Grove, Brunella." Setelah itu, Grove mengajak mereka bertiga untuk mengikuti dirinya. 

Brunella tak lupa membantu Shaenette dengan menceritakan tentang kelemahan Kraken. Brunella juga meminta Shaenette untuk tidak berenang terlalu jauh dari lautan, jika tidak Kraken akan membunuh dengan sangat cepat. 

BERSAMBUNG ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status