Share

Chapter 3

Zeline menangis saja. 

Ia tak sanggup menghadiri pesta yang akan dibuat penyihir jahat itu. Setelah kepergian sang Ayah, kini Zeline meratapi nasibnya. 

Ibunya sudah dijadikan istri, bahkan penyihir itu mengubah istananya menjadi Kingdom Of Darkness. Semua rakyat di sana memuja Agezo jika mereka ingin hidup damai. Mereka rela diperbudak, bahkan lebih parah mereka dilatih menjadi sosok kuat atau umpan untuk membunuh musuh-musuh kerajaan penyihir kegelapan. 

Shaenette…

Ia mencari keberadaan Shaenette, saudari kembarnya. Sejak kepulangannya, Zeline tidak menemukan keberadaan Shaenette.

“Where are you, Shaenette.” Zeline melihat pelayan yang sibuk membuat dekorasi pesta. Bahkan beberapa pengawal juga ikut dalam penyebaran undangan. 

 “Cepatlah bersiap Zeline sebelum tuan Agezo menyeretmu dari kamar ini dengan pakaian kumuhmu itu!” Regar melempar baju itu ke arah Zeline tanpa gerakan lembut. Ya, sekarang Regar lebih berani dari sebelumnya. 

 “Regar, kenapa kau kasar terhadapku?” tanya Zeline. 

 “Aku kasar karena kau bukan lagi Putri di sini, Nona Zeline. Kau hanya maid dari Tuan Agezo. sama sepertiku, kau adalah maid.”

Zeline terdiam. 

Regar kemudian melangkah keluar kamar Zeline. 

 “Shaenette, aku merindukanmu.”

---OooO---

 “Lucas, tadi kau bilang akan berburu kijang? Tapi mana hasil buruanmu itu?” tanya Emile, adik Lucas.

 “Gagal. Gadis itu membuat buruanku hilang.”

Emile melihat Lucas dan bertanya, “Gadis siapa?”

 “Aku tidak tahu dan tidak mengenalnya.”

 “Bagaimana bisa?” tanya Emile tidak mengerti. “Maksudku, bagaimana ia berani melepaskan buruanmu?”

Lucas berdecak sebal. Kemudian ia duduk di kursinya. 

Emile meminta pelayan membawakan minuman untuk Lucas. 

 “Lucas, apa kau marah kepada gadis itu?” tanya Emile.

 “Sangat.” Lucas mengacak rambutnya frustasi. “Aku akan mencarinya dan membalas dendam kepada gadis itu. Aku akan membuat perhitungan kepadanya.”

Emile melihat Lucas saja.

 “Dad tidak pernah mengajarkan kita untuk kasar kepada perempuan, Lucas.”

 “Tapi dia yang memulai untuk dikasari, Emile.”

 “Lucas,” kata Emile menjeda sambil memegang lengannya. “Aku tahu kau marah dengan gadis itu, tapi amarahmu akan hilang jika kau tak lagi mengingatnya. Kau bisa memburu kembali, Lucas.”

Lucas terdiam lagi. 

Setelah maid membawakan minuman, Lucas pun menikmati minumannya sambil berpikir tentang apa yang Emile katakan. 

 “It’s okey, Lucas.”

 “Emile, katakan kepada Dad and Mom jika besok aku akan kembali pergi memburu bersama Denvio.”

Emile mengangguk. “Kau hati-hati, Lucas.”

---OoooO---

Pagi ini, Shaenette terbangun dari tidurnya. 

Semua keluarga Fairy Castle melihat dan menunggunya membuka mata. 

 “Shaenette sudah sadar!” 

Lucia pun duduk di samping Shaenette, membantunya untuk duduk dan meminum ramuan yang sudah Afroid buatkan. 

Shaenette terdiam melihat mereka semua yang terus melihatnya dengan wajah ceria. 

 “Shaenette, akhirnya kau sadar. Aku sudah menunggumu,” kata Kie ceria. 

 “Benar kata Kie, Shaenette. Kami semua menunggumu.”

Shaenette melihat Kie dan Rie yang tersenyum, setelah itu melihat Lucia yang mengelus rambut Shaenette dengan sayang. “You okey, Shaenette.”

Shaenette terdiam sejenak, setelah itu mengangguk. 

 “Im okey.” Shaenette kembali melihat keberadaannya. “Kenapa kalian terlihat seperti ini? Apa aku tidur sangat lama, sehingga kalian menungguku sangat antusias?” Shaenette lagi-lagi melihat Kie dan Rie. “Wajahmu sama, apa kalian terlahir kembar?”

Kie dan Rie saling pandang, setelah itu mengangguk. “Kami memang kembar, Shaenette.”

Kie mengulurkan tangannya, “Aku Kie dan dia Rie.” Kie juga melihat Lucia, Liora, Oin dan memperkenalkan mereka. 

Shaenette mengangguk mengerti, kemudian tersenyum lembut ke arah Lucia. 

 “Salam kenal, Ratu.”

Lucia tersenyum. “Salam kembali anakku.”

Afroid masuk ke dalam kamar Shaenette, kemudian tersenyum hangat kepada Shaenette. “Kau sudah sadar, Shaenette.”

Shaenette mengangguk. 

 “Bagaimana, kamu siap untuk memulai semuanya?”

 “Memulai apa? dan kau siapa?” tanya Shaenette. 

 “Aku Afroid, raja di sini Kau akan berlatih denganku.”

 “For what?”

 “Kau yang akan menggantikanku kelak, Shaenette.” 

Shaenette terdiam. Ia melihat Lucia mengangguk, mengiyakan. 

 “Memang bagaimana kisahku? Kenapa aku melupakan sepanjang usiaku ini?” tanya Shaenette bingung. “Siapa keluargaku? Darimana asalku? dan bagaimana kau menginginkanku untuk berlatih menggantikanmu?”

 “Semua akan dijawab waktu, Shaenette. Kau akan mengerti jika kau mau menuruti kata-kataku,” kata Afroid. 

Afriod mengeluarkan sebuah kalung berlian dari kotak beludru berwarna abu-abu itu. “Pakailah, dan itu akan menjadi simbol bahwa kau adalah bagian dari kami.”

Shaenette kembali diam menerima kalung tersebut.

 “Biar saya pakaikan, Shaenette,” kata Lucia. 

Shaenette masih diam dan menuruti Lucia. 

Dan bersamaan dengan itu, gaun yang Shaenette gunakan berubah menjadi gaun indah dengan rambut yang sudah tertata rapih.

Semua di sana terkejut, termasuk Shaenette. 

 “It’s like a dream, Sir.” Shaenette mengagumi penampilannya sekarang. Shaenette bangkit, kemudian melihat kaca kamarnya. “Aku cantik, dan aku seperti seorang ratu.”

Afroid dan Lucia tersenyum. 

 “Kau memang sangat cantik, Shaenette,” kata Oin.

 “Your beautiful, Shaenette.” Kie mengacungkan jempolnya. 

Shaenette tersenyum. “Thank you, Sir.” Shaenette kemudian melihat Kie dan teman-teman sepantarannya. “Thank you.”

 “Jika kau sudah seperti ini, aku rasa pelatihanmu akan dipercepat, Shaenette.”

 “Aku siap,” kata Shaenette. “Tapi, izinkan aku menelusuri istana ini.”

Afroid mengangguk. “Baiklah, asalkan kau tidak keluar dari danau perbatasan antara hutan dan juga castle ini.”

Shaenette mengangguk. 

 “Kie dan Rie akan menemanimu, Shaenette.”

 “Terima kasih, Afroid.”

---OoooO---

Denvio tidak menceritakan apa yang terjadi dengan kerajaannya kemarin kepada Lucas, sahabatnya. Denvio hanya menceritakan hubungannya berakhir dengan Zeline saat pesta dansa. Sementara Lucas terdiam sambil membenarkan panahannya.

 “Omong-omong, apa kau tahu gadis sombong yang datang ke pestamu semalam, Denvio?” tanya Lucas.

 “Memangnya ada apa kau bertanya tentang seorang gadis?” Denvio memicing curiga kepada Lucas yang seketika menanyai seorang gadis. Tidak seperti biasanya. 

Lucas berdecak. Ia kembali mengeluarkan panahannya. “Dia buat buruanku lepas. Seenak jidatnya saja. Aku tidak menyukai gadis seperti itu.”

 “Bukannya kau tidak menyukai gadis manapun?” tanya Denvio. 

Lucas menatap Denvio garang. 

Denvio tertawa. “Hanya becanda, Lucas. Maafkan aku.”

 “Intinya aku membenci gadis seperti itu”

 “Iya-iya.” Denvio langsung mengajaknya kembali memasuki hutan sambil menarik kuda kesayangannya masing-masing. 

Sementara Shaenette, ia terus berjalan mengelilingi hutan bersama Kie dan Rie. 

 “Shaenette, apa kau tidak mengingatku?” tanya Rie.

Shaenette menggeleng. “Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?”

Rie menghela nafas. “Lupakan saja, Shaenette.”

Shaenette mengangguk. 

Ia kembali mengambil bunga mawar merah yang tumbuh di sekitaran hutan. Shaenette mencium bunga itu, kemudian tersenyum lebar. “Sepertinya aku memiliki banyak kenangan dengan bunga mawar merah ini,” ucap Shaenette. 

 “Kenangan?” tanya Kie. 

Shaenette mengangguk.

 “Kenangan seperti apa?” tanya Rie lagi. 

 “Entahlah. Tapi, aku merasakan sesuatu yang berbeda saat mencium bunga ini.”

 “Cobalah ingat, Shaenette. Mungkin kau akan kembali mengingat masalalumu.”

Shaenette terdiam. Ia mencoba mengingat, namun tak ada satupun ingatan yang melintas di pikirannya. 

 “Tidak ada yang melintas dipikiranku,” jawab Shaenette. 

Dor!

satu tembakan terdengar dari dalam hutan. Rie dan Kie langsung bersembunyi di belakang Shaenette. 

 “Shaenette, kita harus pergi. Jangan sampai para pemburu menangkap kita,” seru Kie.

 “Benar. Aku tidak ingin seperti, Kie. Aku masih ingin hidup dan menyaksikan tiga kerajaan bersatu.”

Shaenette hanya diam. Dia kembali berjalan pelan-pelan mencari sumber suara. 

 “Kalian kembalilah ke istana. Aku yang akan mengurus ini.”

 “Tidak, Shaenette. Aku tidak akan meninggalkanmu.”

 “Aku juga, Shaenette.”

 “Baiklah. Kalian ikuti aku dibelakang, ya.”

Shaenette, Kie, dan Rie berjalan mendekati sumber suara, kemudian ia melihat sebuah kijang terperangkap dengan kaki berdarah karena panahan. 

Shaenette mendengarkan suara lirih kijang tersebut, dan air matanya terjatuh. 

 “Kalian tunggulah di sini,” kata Shaenette kepada kedua temannya itu. “Aku akan menyelamatkan dia.”

 “Shaenette, Clow tidak akan bisa selamat. Panah itu sudah menyebar. Dia akan mati.”

Shaenette menggelengkan kepalanya, kemudian ia meminta Kie dan Rie untuk tetap di sana. 

Shaenette mendekati pemburu itu kembali, kemudian meminta untuk melepaskan kijangnya. 

 “Tuan, bisakah anda melepaskan kijangku?” tanya Shaenette dengan mata berbinar. 

Pemburu itu melihat Shaenette dengan mata menyorot kemarahan. Pemuda itu, Lucas. 

 “Kijangku akan mati, Tuan.”

 “Kau lagi,” katanya yang membuat Shaenette terdiam melihat Lucas. “Kau selalu mengagalkan buruanku, tapi kali ini, tidak akan.”

Shaenette masih diam. Matanya masih melihat kijang yang merintih kesakitan untuk dilepaskan. 

 “Aku tidak akan menurutimu lagi.”

Shaenette hanya diam, kemudian mengerutu kesal dalam hati. Baginya, pemuda itu benar-benar membuatnya kesal. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status