Share

Chapter 5

Shaenette mendapatkan hukuman dari Afroid karena melanggar peraturan kerajaan. Begitupun dengan Kie dan Rie. Dia mendapatkan hukuman tidak diperbolehkan keluar dari dalam kamarnya. 

Sementara Shaenette, Afroid mengajaknya mengelilingi Fairy Castle dan mengenalkan berbagai hewan yang ada di sana. Shaenette tersenyum senang saat semua hewan di sana menyambutnya dengan penuh bahagia. 

Afroid juga memberikan sekuntum mawar merah kepada Shaenette, guna untuk memberikan sedikit tentang masalalunya. 

Shaenette merasa tidak asing dengan bunga mawar dan kenangannya. 

"Shaenette, kau sudah melanggar peraturan yang ada dikerajaan ini. Kau tahu, hukuman apa yang akan kau dapatkan?" tanya Afroid. 

Shaenette melihat Afroid, kemudian menggeleng. Shaenette menghela nafas, memang dirinya salah. 

"Aku menerima hukuman itu, Raja." 

Afroid melihat manik mata Shaenette. Semuanya terlihat sendu. 

"Tapi aku tidak bisa menghukummu, Shaenette." 

Shaenette bingung. Dia melihat Afroid dengan mimik wajah yang membingungkan. 

"Kau tahu, kau adalah Queen penerus tahta 3 kerajaan," kata Afroid lagi. 

"Bagaimana bisa?" tanya Shaenette. 

"Kau bukan ratu sembarang ratu, Shaenette. Kau diutus Dewa untuk menyempurnakan bumi dan kaum lainnya." 

Shaenette terdiam. 

"Kau adalah Queen Shaenette."

"Bagaimana bisa? Aku saja tidak mengenal semua ini, Raja?" 

Tiba-tiba sebuah pintu yang tertutup akar itu terbuka. Di sana, terdapat satu ruang dengan berbagai macam bunga mawar dengan kolam kecil yang terdapat mata air, untuk pemandian para Elf. 

"Wow," takjub Shaenette. 

"Kau mengingatnya, Shaenette?"

"Tempat ini indah, aku merasa familiar dengan tempat ini, Raja." 

Afroid tersenyum. 

Mereka berdua pun masuk. 

Shaenette melihat bunga mawar itu dan tersenyum senang. 

"Kau masih tidak mengenalnya?" 

Shaenette menggeleng. 

Afroid menghela nafas. Dia pun mengeluarkan satu mantra untuk memanggil buku ajaibnya. 

Buku itu adalah buku perjalanan Shaenette untuk melawan kerajaan Witch. 

"Apa ini?" tanya Shaenette saat buku itu tepat berada di depannya. Shaenette mengambilnya sambil melihat Afroid dengan tatapan bingung. 

"Buku ini adalah buku perjalanmu, Shaenette."

"Maksudnya?" 

"Bukalah."

Shaenette membuka halaman pertama buku, tiba-tiba cahaya menyinari wajahnya. 

Di sana terlihat sebuah tulisan yang menceritakan tentang Raja dan Ratu yang memiliki anak kembar. Salah satu anak itu sudah diutus Dewa untuk dijadikan pemimpin dunia. 

Shaenette teringat sesuatu. Tempat yang ada di dalam buku itu mengingatkannya dengan kejadian masalalu. 

"Anak itu sudah besar, Shaenette. Anak itu adalah kau," kata Afroid.

Sungguh tak menyangka. Shaenette kembali membuka halaman berikutnya. Di sana, Shaenette melihat Dewa memberikannya berbagai kekuatan bawaan yang sudah ditentukan di saat usianya 17 tahun. Di sana juga terlihat banyak para malaikat yang menjaganya. 

"Kau terlahir sebagai Queen, Shaenette. Dunia ini membutuhkan pimpinan sepertimu." 

"Bagaimana bisa? Aku saja tidak mengenal diriku, Raja."

"Kau adalah Queen Guenloie Grizelle Shaenette, putri pertama Raha Agresto dan Ratu Grittel. Kau putri kerajaan Paper Royal Castle. Kau memiliki beberapa kekuatan, salah satunya bisa menghidupkan orang mati dan mematikan lawan dengan serbuk mawar olahanmu," kata Afroid lagi. 

Shaenette mencoba mengingat, namun semua itu mustahil diingat. Dirinya benar-benar lupa dengan kehidupan masalalunya. 

"Kerajaanmu direbut paksa oleh kerajaan Witch, Shaenette."

"What? Witch?" 

"Mereka adalah Harei dan Agezo. Mereka yang membuatmu tertidur di goa dengan cara menghilangkan ingatanmu, membuat Ayahmu mati, mengurung kembaranmu dan menyiksa ibumu di kerajaan Kingdom Of Darkness."

Shaenette masih terdiam. 

Apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar apa yang Afroid ucapkan?

"Aku tidak berbohong, Shaenette. Aku mengatakan hal yang sesuai dengan fakta. Karena kau seorang ratu, aku akan membantumu."

"Lalu, apa yang terjadi dengan mereka semua? Kenapa Harei dan Agezo melakukan itu?" tanya Shaenette. 

"Mereka membenci Dewa yang sudah membuat mereka dikurung beribu tahun. Saat itu, Harei jatuh cinta dengan Ratu Grittel, namun sayang, Raja Agresto yang menikahkan Ratu Grittel. Harei marah dan murka. Hingga terjadi perang dan perang itu di menangkan oleh ayahmu," jawab Afroid lagi. Dia memberikan sebuah cuplikan perang pada masanya dan memperlihatkan kepada Shaenette. 

"Lalu kenapa Harei bangkit kembali?" tanya Shaenette. 

"Dewa memberikannya kesempatan bertaubat, namun Harei makin menjadi. Dia bersumpah saat itu akan menghancurkan Paper Royal Castle dan membunuh dirimu."

Shaenette tampak bergidik ngeri. Untuk apa dia dibawa? Shaenette tidak mengenal Harei. 

"Kau jangan takut, Shaenette. Kau memiliki kekuatan sejatimu dan kau yang bisa melawan Harei," kata Afroid lagi. 

"Bagaimana bisa, Raja. Aku hanya orang biasa."

"Setengah darahmu mengalir darah kami, Shaenette. Kau akan selalu bangsa Elf bantu."

Shaenette diam. 

"Kau bisa belajar mengendalikan kekuatanmu, Shaenette. Membuat sebuah pedang dari tangkai bunga mawar. Membuat sebuah rangkaian mawar beracun untuk membuat bangsa witch kehilangan sihirnya."

"Kau akan membantuku, Afroid?" tanya Shaenette. 

"Tentu. Kau adalah penggantiku. Aku akan mengajarimu hingga kau benar-benar pantas untuk berperang."

Shaenette mengangguk. 

"Tapi ingat satu hal, Shaenette. Kekuatanmu bisa digunakan jikalau kamu menemukan cinta sejatimu."

Shaenette melihat Afroid lagi dengan bingung. 

"Maksudnya?" 

"Kau harus menemukan cinta sejatimu. Karena dengan itu, kekuatanmu akan dibantu dan direstui dewa."

Shaenette diam. 

"Masih ada 40 hari untuk kita berlatih sampai hari perlawanan terjadi. Kau harus belajar, Shaenette."

Shaenette mengangguk lagi. 

Afroid mengambil buku itu dari tangan Shaenette dan dia memilih pergi meninggalkan Shaenette di dalam ruangan itu. 

"Raja Afroid?" Pekik Shaenette saat dirinya hanya sendiri di dala. Ruangan gelap itu. 

"Ini hukumanmu, Shaenette. Kau harus membuat pedang dari tangkai mawar yang ada di sini," kata Afroid yang terdengar hanya suaranya saja. 

Shaenette semakin bingung. Dia tidak mengerti membuat pedang itu bagaimana. 

"Di sini gelap, tolong terangkanlah ruangan ini," kata Shaenette ketakutan. Tiba-tiba cahaya muncul dan ruangan itu kembali terang. 

Shaenette heran dengan semua itu, tapi dia mencoba untuk mengerti ucapan Afroid. Dia harus mencoba untuk membuat pedang dari tangkai bunga mawar untuk melawan bangsa Witch. 

"Jika memang keluargaku masih hidup, tunggu aku kembali ke rumah."

----

Lucas masih mencari siapa yang akan menjadi permaisurinya kelak. Dia tidak tahu, siapa Putri yang dikutuk bangsa Witch saat Harei menyerang Northen Kingdom disaat peresmian para putri. 

"Apa mungkin Putri Yuna?" tanya Lucas yang membaca biografi Putri Yuna dari kerajaan Elf dan manusia itu. 

"Atau Putri Anggun? Tidak mungkin. Putri Anggun tidak akan dikutuk, sementara Ayahnya adalah bangsa Witch yang lemah lembut." 

Lucas menghela nafasnya. 

Semua biografi calon permaisurinya sudah dia baca, namun dia masih belum menemukan titik terangnya. 

"Pangeran, apa kau masih mencari putri tidur itu?" tanya Emely. 

"Ya. Aku harus menemukannya." 

Emely terdiam kembali. 

"Apa pesta sudah selesai dipersiapkan, Emely?" tanya Lucas. 

"Sudah hampir selesai, Pangeran." 

Lucas mengangguk. 

"Apa tuan membutuhkan bantuan saya?" tanya Emely. 

"Tidak. Lebih baik kau bersiap."

"Baik, Tuan. Terima kasih." Setelah itu, Emely keluar kamar Lucas. 

Lucas masih diam. Dia tidak menyangka kehidupan ini melelahkan dan tidak bermanfaat. 

Lucas ingin segera menemukan permaisurinya secepat mungkin untuk menyelamatkan kerajaannya. 

"Di mana dia saat ini?" tanya Lucas yang terus mencari sosok perempuan itu. 

Bersambung ..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status