Share

Chapter 8

Shaenette melihat peta yang sudah diberikan Afroid. Dia terus mencari kerajaan Tumss untuk menyelesaikan misi. Dia yang dibantu Kie dan Rie merasa sangat berhati-hati. 

Mereka mengingat pesan Afroid, jika suatu saat para witch akan menemukan keberadaannya dan membuat mereka musnah. 

"Berhenti, Shaenette," kata Kie yang melihat sebuah telapak kaki besar yang mengarah ke arah lautan Northen. 

Shaenette dan Rie melihat telapak kaki itu, kemudian mengucukurnya. 

"Kaki ini besar sekali, tidak mungkin manusia memiliki telapak kaki sebesar ini," kata Rie. 

Shaenette diam. Dia mencoba menerawang, namun bayangannya seakan menutupi penglihatannya. 

"Rie, coba kau lihat ke arah sana. Apa ada sesuatu?" kata Kie yang meminta Rie merubah dirinya menjadi naga kecil untuk melihat keadaan lautan Northen. 

"Kau menggunakan wujud aslimu, Rie. Kau bisa celaka," kata Shaenette yang menahan Rie untuk pergi. 

"Aku akan menjaga diriku, Shaenette. Aku hanya melihat keadaan, jika kita memiliki petunjuk, kita bisa dengan cepat menyelesaikan misimu ini." 

Shaenette menghela nafasnya. Dia merasa beruntung bisa mengenal Kie dan Rie yang bisa membantunya. 

"Jangan risau, Shaenette. Rie akan baik-baik saja."

Shaenette mengangguk. Dia dan Kie hanya menunggu kehadiran Rie saja. 

Beberapa menit setelahnya, Rie kembali dan merubah wujudnya kembali. 

"Kau baik-baik saja, Kie?" tanya Shaenette khawatir. 

"Aku baik, Shaenette."

Shaenette bernafas lega. 

Rie pun menjelaskan jika lautan itu tidak memiliki tanda menyeramkan. Hanya ada jurang-jurang dengan ombak besar di bawahnya. Bahkan, bantuan di sana seperti sangat rapuh. Di sana juga terdapat satu petunjuk untuk bisa sampai ke kerajaan Tumss, mereka harus melewati lautan Northen. 

"Ayo kita ke sana, kita hanya memiliki sedikit waktu," kata Kie antusias. 

"Jangan terburu-buru, Kie. Kita belum tahu, rintangan apa yang akan kita lewati," balas Rie. 

Kie terdiam. 

"Shaenette, kau memiliki rencana?" tanya Rie lagi. 

Shaenette masih diam melihat jalanan arah lautan, dia kemudian menggeleng. 

"Aku tidak memiliki rencana apa pun. Kita akan melawan rintangan yang ada secara bersama ya." 

Kie dan Rie mengangguk. Setelah itu, Shaenette memimpin jalan sambil mengikuti jejak kaki tersebut. 

---OoooO---

Denvio berkuda mengelilingi hutan kerajaannya. Di sana dia bertemu dengan berbagai macam hewan-hewan yang mengabdi pada Ayahnya. Griffin salah satunya, dia menyapa Denvio. 

"Aku akan pergi mencari Ratu yang hilang. Kau ingin menemaniku, Griffin?" tanya Denvio. 

"Ratu yang dikutuk Harei?" tanya balik Griffin. 

"Ya. Kau mengetahui tentang Ratu itu juga?" 

"Aku mendengarnya dari seluruh dunia. Semua berlomba mencari putri yang hilang itu untuk dijadikan Ratunya untuk melawan Harei." 

Denvio menganggukan kepalanya. Griffin memang hewan berpetualang. Dia akan dengan mudah mendapatkan sumber informasi. 

"Kau tahu di mana Ratu itu?" tanya Denvio lagi. 

"Tidak. Para Dewa menutupinya." 

Denvio menghela nafasnya lagi. Ya, memang dirinya harus mencari dan menemukan Ratu itu, sebelum dirinya, keluarganya dan rakyatnya direbut paksa oleh Harei seperti Paper Royal Castle. 

"Kau sudah tahu informasi tentang Ratu Zeline?" tanya Griffin. 

"Informasi apa? Aku tidak mendengar apa pun dari Jeiden," balas Denvio. "Apa yang terjadi dengan Ratu Zeline?" 

"Dia akan menikah dengan Agezo. Pernikahannya tepat saat hari ke-26 di bulan ini."

Denvio terkejut. 

Bagaimana bisa Zeline menghianatinya untuk menikahi Agezo? Tidak tahukah Zeline, jika dirinya berusaha untuk menyelamatkannya. 

"Dia mengkhianatiku?" tanya Denvio. 

"Tidak. Dia terpaksa karena Agezo Penyiksaan, hingga Ratu Zeline tidak kuat dengan semua penyiksaan yang Agezo berikan."

"Sialan!" Denvio sangat membenci Agezo yang sudah berani merebut kekasihnya. 

"Kau ingin mencari Ratu yang dikutuk itu, lalu untuk apa Ratu Zeline ada?" tanya Griffin lagi. 

"Aku ingin menyelamatkan Ratu Zeline. Ayah bilang, jika aku bisa menikahi Ratu itu, aku bisa menyelamatkan bumi."

Griffin tampak mengejek Denvio. Dia tidak yakin jika Denvio bisa mendapatkan Ratu itu. 

"Aku tidak memiliki banyak waktu, Griffin. Aku harus pergi." 

"Hati-hati, Denvio." Setelah mendengar ucapan Griffin, Denvio langsung pergi menunggangi kudanya lagi untuk mencari Ratu itu. 

---OoooO----

Grittel melihat foto suaminya yang dia simpan di dalam kalungnya. Dia juga mengingat kenangan saat mereka masih bersama dan berkumpul. 

Grittel merindukan semua seperti dulu. Bahkan, sejak peretasan kerajaannya, Grittel tidak pernah melihat Shaenette. 

Grittel mendengar desas-desus tentang Shaenette yang sudah mati bersamaan dengan suaminya, namun Grittel tidak percaya karena feelingnya sebagai seorang ibu yang melahirkan, mengatakan jika Shaenette baik-baik saja di suatu tempat. 

"Shaenette, where are you?" tanya Grittel yang memikirkan anaknya itu. 

Air matanya terjatuh di pelupuk mata indah Grittel. Bahkan, hatinya terasa perih mengingat kedua orang yang dia sayangi sudah tidak ada di sisinya. 

Grittel juga menangis sendu melihat Zeline harus menikah dengan penyihir jahat itu. Grittel tidak suka anaknya bersanding dengan Agezo, tapi apadaya, sihir Harei sangat kuat sehingga dirinya seakan terhipnotis untuk menyetujui ucapan Harei. 

"Shaenette, Mom yakin kau masih hidup," kata Grittel berbisik pada angin. Dia berharap, Shaenette mendengar ucapannya. 

"Selamatkan kami dari kerajaan ini, Shaenette." 

---OoooO----

Lucas terbangun dari tidurnya. Dia melihat kudanya sedang memakan rumput. Dia juga menyadari jika dirinya berada di hutan. 

Lucas mencoba untuk mengingat apa yang terjadi, namun dia hanya mengingat jika dirinya sedang melawan para beruang yang menyerangnya. 

Lucas memegang kepalanya. Sesuatu yang ganjal di dalam pikirannya membuat Lucas memikirkan sesuatu, namun Lucas masih tidak tahu apa yang mengusik pikirannya. 

Lucas membersihkan dirinya, kemudian dia bergegas untuk kembali mencari Queen yang akan dia jadikan istri. 

Lucas kembali melihat seorang manusia kerdil dengan kuping lancip datang menghampirinya sambil membawa satu buah apel hijau. 

"accipite illum," katanya sambil memberikan buah yang dia bawa. 

Lucas yang mengerti bahasanya pun, ragu-ragu langsung mengambil. 

Manusia kerdil itu tersenyum, kemudian dia mengelus kuda milik Lucas yang sangat bagus. 

"Mirum equorum." 

Lucas mengucap terima kasih dengan bahasa kesehariannya. Dia juga melihat manusia kerdil itu mengerutkan keningnya. 

"Quis es?" tanya Lucas yang membuat manusia kerdil itu kembali tersenyum. 

"Zever."

"Ah, Zever. Im Lucas." 

Zever mengangguk saja. Dia pun memberikan isyarat kepada Lucas untuk memakan apel tersebut.

"Non loquetur lingua mea?" tanya Lucas. 

"Non."

Lucas kali ini mengangguk. Ya, untung saja dia mengerti banyak bahasa, sehingga dirinya bisa mengerti ucapan Zever. 

"Gratias agere, Zever. " 

"Grata tu sis." 

"Debeo abire nunc, Zever," kata Lucas sedikit menyesal. "Debeo abire nunc." 

Zever tampak sedih, kemudian dia mengubah raut wajahnya. Dia kembali tersenyum dan mengangguk. Dia juga mengatakan hati-hati kepada Lucas, karena akan banyak rintangan yang akan dia hadapi jika terus masuk ke dalam hutan. Apalagi, Lucas hanya manusia. 

Setelah itu, Lucas meninggalkan satu kalungnya untuk Zever sebagai ucapan terima kasih. Zever tampak bahagia, bahkan dia melambaikan tangan saat Lucas sudah mulai menaiki kudanya. 

Lucas merasa sedikit bahagia bisa bertemu dengan manusia sebaik Zever. Dia berjanji, jika dirinya sudah bertemu dengan Queen tersebut, Lucas akan mencari Zever dan membawanya ke dalam istana. 

BERSAMBUNG ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status