Share

Bab 5

Author: Purple Bubble
last update Last Updated: 2025-03-21 12:03:27

Alis Lyara bertaut, bibirnya juga mengerucut kesal. Klien mengesalkan seperti itu memang selalu membuatnya kesulitan. Ia menekan tombol telepon dan suara serk Rakha di seberang sana segera terdengar.

“Baru bangun? Jadi lo baru liat laporan yang gue kirim?” tanya Lyara langsung menodongnya. Ia mengunci kembali pintu depan rumah dan duduk di kursi teras.

“Bukan laporan lo yang baru gue liat, Ra,” jawab Rakha dari seberang teleponnya.

“Terus?”

“Kali ini gue gak tau gimana caranya bela lo, Lyara,” Rakha terdengar frustasi.

“Ada apa sih? Serius banget cuma karena gue tendang? Helo? Gue juga rugi di sini. Sepatu gue patah!” cecar Lyara tak bersabar. Ia mulai marah. Apakah ia salah jika membela dirinya sendiri?

“Lo bisa datang?” tanya Rakha dengan nada lembutnya. Ia tahu sekali kalau Lyara sudah terpancing emosinya.

Lyara melirik jam di ponsel, lalu mengangguk, “Bisa. Gue ketemu Pak Kevin jam delapan,” jawab Lyara. “Ini emang mau ke sana,” lanjutnya lagi.

“Oke, gue kasih tau setelah lo nyampe,” jawab Rakha kemudian memutuskan sambungan telepon.

Lyara menatap ponselnya dengan kesal. Kerugiannya lebih besar dari cedera yang bisa diakibatkan dari tendangannya. Tapi ia harus mengikuti aturan main. Bisa apa jika ia akhirnya harus mendapat hukuman dari apa yang sudah dilakukannya?

-o0o-

Melepaskan helmnya dan membawa masuk ke dalam bangunan dua lantai berdinding cream dengan dua tiang ala eropa di depannya, Lyara tidak perlu berakting dengan senyum manis menawan saat di sana. Ia menjadi dirinya sendiri dan tidak perlu menggunakan skillnya. Tangan kirinya penuh dengan dua paper bag besarnya.

Ia harus mengembalikan properti perusahaan. Benar sekali, kedua benda itu bukan miliknya. Bagaimana bisa ia punya tas dan baju buatan desainer dengan keadaannya yang sekarang? Itu adalah suatu kemustahilan. Meskipun sepatunya adalah miliknya sendiri, sepatu itu bukan lahir dari dompetnya. Sepatu itu adalah bagiannya dari sponsor.

Semacam itu. Sepatu mahal itu adalah hadiah.

Lyara menyapa Pak Setya, satpam yang bertugas hari ini. Pak Setya tersenyum ramah padanya dan membalas sapaannya. Tangan Lyara terangkat dan mengangguk.

“Alina udah datang belum, Pak?” Lyara bertanya sambil menyimpan kedua paper bagnya di lantai. Ia berdiri di depan meja Pak Setya.

Pak Setya menggeleng, “Belum. Neng Yara yang duluan datang,” jawabnya.

Senyum Lyara mengembang. Tentu saja ia yang datang lebih dulu. Karena urusannya yang paling mendesak disini. “Aku ke belakang dulu ya, Pak,” pamitnya dengan tangan kembali mengambil tali paper bag.

Pak Setya mengangguk.

“Tapi Rakha ada, kan?”

“Dia gak pulang kayaknya tadi malem,” jawab Pak Setya.

Mata Lyara membulat, “Lagi?”

“Biasa, Neng, malam minggu,” Pak Setya tersenyum.

Bibir Lyara membulat, ia mengangguk mengerti, kemudian berlalu dari lobi. Langkahnya membawanya lebih masuk ke dalam kantor. Ia membuka salah satu pintu dan masuk ke dalamnya. Ruangan itu penuh dengan baju-baju dan tas-tas, juga sepatu-sepatu mahal. Ada juga beberapa kotak aksesoris yang terpajang di sana. Semuanya adalah properti yang biasa di pakai para talent untuk pererjaan mereka.

Tangan Lyara meletakkan kedua paper bag di meja panjang di sudut ruangan. Tempat yang Alina siapkan untuk pengembalian properti yang sudah selesai digunakan. Juga untuk menyimpan properti yang sudah disiapkan Alina untuk setiap proyek. Lyara mengambil dua paper bag yang bertuliskan namanya. Properti untuk pagi dan malam ini.

Alina adalah penata busana dan penata gaya yang sudah bekerja sangat lama di Looking For You.com. Lebih lama dari Lyara. Alina juga adalah orang paling santai kerjaannya. Biasanya Alina akan dapat lembar kriteria klien untuk memadu-padankan kostum apa yang akan dipakai para talent untuk pekerjaan mereka.

Termasuk memilihkan baju yang dipakai Lyara tadi malam. Lyara menyukai ide two in one dressnya. Tapi ia langsung kesal saat ingat kembali apa yang dialaminya tadi malam. Benar adanya kalau hari sial itu tidak ada dalam kalender. Dan ia menobatkan malam tadi adalah malam sialnya selama bertahun-tahun.

Mengingat itu, Lyara tidak lagi berlama-lama di ruangan Alina. Langkahnya langsung membawanya naik ke lantai dua, ia tahu dimana Rakha berada.

Tebakannya benar. Lelaki yang hanya dua bulan lebih tua darinya itu masih memakai kaos oblong dan kolor bergambar patrick star. Berada di balik meja komputernya yang canggih dan hanya menyembulkan kepalanya saat mendengar pintu terbuka. Menyambutnya dengan wajah yang selalu sama setiap kali Lyara berkunjung.

“Lo udah baca laporan gue?” todong Lyara setelah melihat kepala Rakha kembali menghilang dibalik layar monitor besarnya. Ia menyimpan helm dan paperbagnya di sofa.

“Udah,” jawab Rakha pelan. “Sekarang, lo liat foto-foto yang gue kirim,” lanjutnya.

Lyara mengerjap, tadi ia langsung memakai jaket dan menyimpan ponsel tanpa melihatnya lagi. Tangannya membuka tas tangannya dan mengeluarkan ponsel. Ponsel yang sudah dua tahun menemaninya bekerja dan kemana-mana.

Mata Lyara membelalak kaget saat melihat foto-foto yang dikirimkan Rakha. Ujung bibirnya tertarik naik.

Rakha yang sudah berdiri di samping Lyara menatap layar ponsel gadis itu juga.

“Lo kira gue yang bikin orang gila ini jadi gini?” tanya Lyara mengangkat layar ponselnya. Ia menyeringai. Entah kenapa, meskipun bukan dirinya yang membuat orang gila itu menjadi seperti di foto, tapi rasanya ia puas sekali. Wajahnya yang babak belur membuatnya merasa lebih baik. Harusnya tangannya sendiri yang berbuat begitu.

“Lo gak bisa?”

“Bisa. Tapi mood gue ancur karena heels gue patah, Rakha!”

“Jadi bukan lo yang bikin kayak gini?”

“Gue akan lebih bahagia kalau gue yang beneran bikin dia gitu,” jawab Lyara dengan cengiran yang belum menghilang.

“Jadi siapa? Pacar lo?”

Lyara mengerjap, “Pacar?”

Kepala Rakha memiring sambil memicing menatap Lyara.

“Sejak kapan gue punya waktu luang buat punya pacar?” cerca Lyara.

Rakha memutar layar monitornya.

Mata Lyara membulat melihat apa yang terpampang di depannya. Adegan memalukan yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman ini. Alisnya bertautan dan matanya melirik Rakha dengan tajam.

“Lo mata-matain gue?!”

-o0o-

Rakha adalah teman lamanya. Lyara bertemu Rakha pertama kali saat masih sekolah di kelas akting. Saat Lyara masih menjadi anak orang kaya. Saat Lyara belum mengerti bagaimana susahnya mencari uang. Rakha menjadi seniornya di kelas akting. Beberapa kali menjadi pasangan dalam pentas yang digelar kelasnya, Lyara menghilang setelah Ayah bangkrut dan ia kehilangan kontak dengan Rakha.

Barulah dua tahun lalu ia kembali bertemu dengannya secara tidak sengaja. Rakha menawarkannya pekerjaan ini. Bertanya tentang pelajaran akting yang masih diingat Lyara. Begitulah selanjutnya, ia menjadi salah satu talent Looking For You. Setelah bekerja dengannya, lelaki yang bertindak sebagai penampung semua keluhan para talent itu, juga menjadi penampung semua curhatan dan keluhannya.

Dan sejak saat itulah Lyara bisa sedikit bernapas lega. Karena ternyata pekerjaannya ini menghasilkan uang yang lebih besar untuknya. Jika bekerja di kafe dan resto hanya akan mendapat setengah dari UMR, maka bekerja dengan Rakha akan mendapat berkali lipat UMR. Tapi sejak saat itu, Ayah jadi lebih sering sakit. Dan Mama semakin menghamburkan uang yang tidak seberapa itu.

Lyara beringsut menutupi layar yang tentu saja menjadi tindakan yang sia-sia. Matanya menatap lelaki di depannya. Ia bertanya antara malu dan marah. Entah mana yang lebih besar persenannya. Tapi ia marah sekaligus malu sekarang.

“Terus? Siapa orang itu? Kenapa dia—”

Lyara mengangkat tangan, menutup mulut Rakha dan menggeleng. “Dia orang gila!” desisnya. Ia berusaha agar Rakha tidak mengucapkan hal yang membuatnya malu.

-o0o-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Queen of Liars   Bab 71 (Tamat)

    Lima bulan kemudian ... Premiere film From Seoul With You yang dibintangi oleh Lyara berlangsung dengan meriah. Semua orang menyambut film terbaru Syifa Alaika dan Brian Jusuf yang memang couple paling hits diantara para gen z. Selain para pemain, juga sutradara, director, dan tentu saja para petinggi di StarSun Vision. Braja Krisna yang adalah direktur StarSun juga hadir dengan Tiara Berlian, sang influencer terkenal yang sekarang sudah menjadi istri Braja. Lalu datang juga para influencer dan artis-artis juga datang memenuhi undangan. Dengan perut yang sudah membesar, Lyara datang dengan dress satin yang memperlihatkan perut hamilnya dengan elegan. Ia menggandeng Raja yang memastikan Lyara aman dalam acaranya. Rangkaian acara, foto-foto untuk media, juga pemutaran film pertama kali yang akan tayang serentak di layar lebar dua minggu lagi itu menjadi satu dari beberapa acara yang akan Lyara datangi. Raja mengizinkan Lyara ikut serta dalam promosi film ke beberapa kota dengan sy

  • Queen of Liars   Bab 70

    Bonus Chapter Lyara baru saja beres-beres untuk pulang saat pintu kaca salon terbuka. ia melirik pintu, dua orang cowok masuk. Satu orang rapi dengan dandanan barang branded dari atas sampai bawah, Lyara kenal merek-merek itu. Lalu satu lagi, cowok berkacamata yang terlihat urakan dengan rambut gondrong.“Lo udah gondrong, bau, lepek! Percuma ganteng,” ucap pemuda mentereng.“Males gue!” jawab si kacamata ogah-ogahan.“Tinggal diem dikeramasin, Anj, males-males!” jawab temannya lagi, “Kak Inggrid ada?” tanyanya pada Lyara yang memandangi keduanya.Mata Lyara beralih dari cowok berkacamata yang berbalik menatap keluar, kembali pada di cowok keren, ia mengangguk dan tersenyum seadanya, “Mau saya panggilkan?” tanyanya.Cowok itu mengangguk tapi kemudian mengalihkan padangannya saat cewek dua puluh empat tahun yang dipanggil Kak Inggrid itu, ia keluar dari pintu menuju ruang belakang. “Eh, Kak,” sapa cowok itu langsung.Lyara mundur mempersilakan kedua

  • Queen of Liars   Bab 69

    Raja tahu semua konsekuensi dari tindakannya. Raja sudah siap dengan apapun yang akan Lyara lakukan. Raja siap dengan marahnya Lyara kepadanya. Ia siap dengan apapun, asal Lyara tidak pergi. Asal ia bisa melihat Lyara, bisa memastikan wanitanya hidup dengan baik tanpa kurang satu apapun. Tiga hari berlalu.Seharian setelah malam itu, setelah Lyara tahu tentang semuanya, Lyara hanya mengurung diri di kamar. Tidak mau makan. Tidak mau bicara. Tidak mau bertemu dengan siapapun. Bibi Ina yang mengirimkan makan ke dalam kamar pun tidak di acuhkannya. Bunda menggeleng saat tidak berhasil membujuknya. Kakek juga menyerah. Rania yang tidak berani hanya menyemangati kakaknya yang terlihat putus asa.Makanannya utuh sampai malam hari Raja memaksa masuk ke dalam kamar. Raja ingat Lyara mual hanya setelah bertemu dengannya dan ia meminta Bibi Ina untuk mengambilkan bubur. Membujuk Lyara tidak sesulit itu, Lyara mau makan dari suapannya. Raja berterima kasih dan meminta maaf sekali

  • Queen of Liars   Bab 68

    Lyara berdiri dan menghampiri Bunda.“Ra, Bunda kangen,” ucap Bunda kemudian bergegas memeluk Lyara. Membawa kehangatan pada tubuh mungil Lyara di depannya. Bunda melepaskan pelukannya dan menahan Lyara di depannya, tangan bunda meraih tangan Lyara, “Kamu oke? Mual? Ada muntah? Pusing gak? Kamu lemes?”Mendengar rentetan pertanyaan Bunda, Lyara tersenyum lalu menggeleng, “Aku baik-baik aja sampai kemarin, Bunda. Lalu Mas Raja datang dan tiba-tiba aku gak bisa makan,” keluhnya kemudian.Alis Bunda bertaut, menoleh pada Raja, “Kamu ngapain, Kak?” tanyanya.Lyara terkekeh, “Mas Raja gak ngapa-ngapain, Bunda. Cuma tiba-tiba aja aku baru mau makan kalau disuapin,” jelasnya lagi. Ia mengeluhkan keanehan tiba-tiba yang ia rasakan.Lalu tawa Bunda terdengar, tangan Bunda beralih ke perut Lyara, “Mulai manja ya, Cucu Nenek,” ucap Bunda kemudian.Lyara mengerutkan alis, “Emangnya dia udah bisa manja-manja, Bunda?”Bunda mengangguk. “Cucu bunda udah mulai mau deket

  • Queen of Liars   Bab 67

    “Aku,” Raja mengangkat wajah, meluruskan tatapannya pada wanita yang sedang menunggunya itu. Ia sampai pada satu titik dimana ia ragu dengan apa yang ingin disampaikan olehnya. Namun apa yang dititahkan oleh Kakek dan Bunda tertanam dalam kepalanya. Bahwa ia harus mengatakan hal yang sebenarnya. Dengan kepergian Lyara seminggu ini. Raja sudah takut kalau Lyara benar-benar meninggalkannya. Ketakutannya saat Lyara pergi terasa nyata. Ia takut Lyara benar-benar pergi lagi. Ia takut kalau Lyara akan menghilang lagi. Ia takut tidak akan bisa menemukannya secepatnya. Saat tahu Lyara hamil, ia benar-benar merasa bersalah. Ya, ia bahagia. Ia tentu saja bahagia dengan kenyataan itu. Tapi apakah Lyara tidak keberatan? Apakah Lyara bisa menerimanya? Apakah Lyara kesulitan selama ini? Lalu jika ia berkata bahwa ayah dari anak yang dikandungnya adalah penyebab dari semua kemalangannya selama ini, apakah Lyara akan bersedia berada di sampingnya? Seperti selama ini? Apakah Ly

  • Queen of Liars   Bab 66

    “Rakha yang memberi tahu?” tembak Lyara.Raja menggeleng, “Sampai akhir, Rakha diam tidak mau memberi tahu apa-apa tentang kamu.”“Lalu?” Lyara memicing, “Apa selama ini aku diikuti?”“Pengamanan, Yara. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa,” jawab Raja mengakui.Lyara menggeleng, “Apa kamu tidak percaya padaku? Kamu anggap aku bisa kapan saja menghianatimu?”Dengan tenang, Raja menjawab, “Kamu tau yang terjadi padaku. Aku mau kamu aman dan aku tau kamu aman. Hanya itu. Aku percaya, sangat percaya padamu. Itu hanya bentuk ketakutanku, Yara.”Menghela napasnya, Lyara berdiri, ia butuh udara segar. Berjalan keluar resto yang hangat, Lyara mengambil langkah ke arah taman hotel yang langsung berhadapan dengan kolam renang. Tangannya terkepal di sisi kiri kanannya, ia berjalan dengan kekesalan yang terlihat jelas.Raja beringsut mengikutinya. Lelaki itu mensejajarkan langkah, memilih berjalan di samping kirinya. Tangannya yang hendak meraih tangan Lyara kembal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status