Share

BAB 02 : Seakan Dunia Berhenti Berputar

            Semua gara-gara Papa. Kalau saja orangtua itu tak terlibat kasus korupsi dan sekarang meringkuk di tahanan, mungkin Reksa tak akan pernah menginjakkan kakinya di kota kecil ini, Mempawah. Di saat karirnya sebagai penyiar di salah satu radio swasta terkenal di Pontianak melejit, Papa malah mematikan karirnya dengan cara yang sangat memalukan. 

            Reksa benar-benar kecewa. Semua aset yang mereka miliki disita Negara. Rumah beserta isinya dan kendaraan, semua masuk ke dalam daftar hitam oleh pihak berwajib. Bahkan tabungan dan deposito Papa sekarang sedang diusut dan bakal bernasib sama pula. Keluarga mereka dalam sekejap jadi berantakan. Persis seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya.

            Kecewa dan malu kini memenuhi hari-hari mereka. Mama dan adik perempuannya, Rifka, untuk sementara waktu numpang di rumah tante Eli di Singkawang. Untung Mama masih punya simpanan di beberapa bank. Setidaknya, uang itu bisa buat biaya hidup mereka sehari-hari untuk sementara waktu dan tidak merepotkan Tante Eli. 

            Kejadiannya sekitar dua minggu lalu. Waktu itu Reksa sedang berada di studio, siaran pagi. Setelah jeda sesi kesekian dan lagu sedang dimainkan, iseng dia mengambil salah satu koran pagi yang selalu nangkring di meja siar dari berbagai harian yang terbit di Kalimantan Barat. Walaupun korannya berbeda-beda, namun berita yang terpampang sebagai headline hampir semuanya mengangkat berita terhangat yang sama, yang sedang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini. Mayoritas berita kriminal dan korupsi.

            Reksa tak pernah tertarik dengan artikel kriminal. Apalagi berita tentang kasus korupsi yang sepertinya tak pernah habisnya di Nusantara tercinta ini. Dia membaca koran hanya mencari berita-berita ringan. Berita showbiz tentang film dan musik, syukur-syukur ada review film terbaru dan CD album penyanyi mancanegara yang di gandrunginya. Selain menghibur, berita-berita itu juga bisa menambah wawasan sesuai dengan dunia broadcast yang digelutinya.

            Saat membolak-balik halaman koran, matanya tertumbuk pada berita korupsi di salah satu kolom yang ada disana. Artikel itu menurunkan berita tentang kasus korupsi yang menimpa salah seorang pejabat setempat. Entah kenapa kali ini Reksa merasa tertarik dan mulai membaca artikel terebut.

            Seorang pejabat dari sebuah Departemen Pendidikan berinisal DA terbukti melakukan penggelapan dana bantuan pemerintah untuk biaya operasional pendidikan Sekolah Dasar senilai 15 milyar rupiah. KPK telah mengumpulkan data-data akurat dan pihak berwenang akan segera menyita harta DA dalam waktu dekat. DA sendiri kini sudah diamankan oleh pihak berwajib, guna dimintai keterangan….

            Reksa semula tak menyangka kalau DA itu adalah inisial nama papanya, karena banyak sekali para pejabat yang terlibat kasus korupsi. Dan DA yang dimaksud mungkin saja Darwis Anggoro, Dedi Atmaja atau DA DA lainnya. Dia tak pernah menyangka kalau DA itu adalah inisial dari Darman Achmad, papanya.

            Saat mau mulai cuap-cuap lagi di depan mikropon, ponselnya bergetar. Telepon dari Mama. Mama? Tumben Mama nelepon, pikir Reksa. Padahal beliau tahu kalau sekarang Reksa sedang bertugas, siaran pagi. Reksa lantas melepaskan headset yang melingkari puncak kepalanya dan menjawab telepon Mama.

            “Assallamuallaikum, Ma,” sapa Reksa.

            “Waallaikum sallam. Reksa…” suara Mama menggantung.

            Reksa mengernyit heran. Tak biasanya Mama seperti ini. “Ada apa, Ma?”

            “Kamu bisa pulang nggak sekarang,” pinta Mama. Suaranya bergetar seperti menahan tangis.

            “Emang ada apa, Ma? Aku kan lagi on air.” Firasat Reksa mengatakan, telah terjadi sesuatu di sana, entah apa.

            “Kalo bisa kamu segera pulang, Sa. Papamu.. Papamu…”

            Hubungan telepon lantas terputus. 

            Dada Reksa sontak berdegup keras. Ada apa dengan Papa? Apa yang sebenarnya terjadi di keluarga mereka yang membuat Mama bersikap aneh seperti itu? Reksa termangu di dalam studio dengan ribuan pertanyaan yang kontan mencuat di benaknya. Dari kaca pemisah sang operator tampak bingung melihat gelagat Reksa yang belum juga memulai siaran di sesi selanjutnya. 

            Reksa kemudian keluar dari ruang siar dan menuju ruang operator.

            “Ada apa, Sa?” tanya Budi sang operator.

            “Aku harus pulang, Bud. Mamaku nelepon tadi,” jawabnya, pelan.

            “Apa yang terjadi?”

            “Entahlah. Mamaku minta aku untuk segera pulang.”

            “Oke, kamu pulang saja sekarang. Biar nanti aku naikkan iklan dan masukan lagu-lagu sesuai format acara kamu. Tinggal tiga puluh menit lagi kok, acaranya. Sepertinya telepon mamamu sangat penting.”

            “Sip. Thanks, Bud.”

            Tiga menit kemudian, Reksa pun melesat pulang dengan CBR hitamnya. Tiba di rumah Mama menyodorkan surat penyitaan pada Reksa, serta menceritakan status Papa yang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi. Wajah Mama pucat, matanya merah, sepertinya beliau habis menangis. Mendengar berita itu Reksa langsung ingat dengan artikel yang baru saja dibacanya tadi di ruang siar. 

            DA itu ternyata Darman Achmad, papanya.

            “Tadi dua orang petugas datang dan memberikan surat peringatan pengosongan dan penyitaan rumah beserta aset dan kendaraan pada Mama. Kita diminta selambat-lambatnya keluar dari rumah ini satu minggu dari sekarang,” urai Mama, lirih.

            “Papa…?” Reksa terkejut. 

Reksa tak menyangka Papa bisa berbuat seperti itu. Siapa sangka, dibalik sosoknya yang santun dan bijaksana, beliau malah tergelincir masalah penggelapan uang. 

            “Sekarang Papa dimana, Ma?”

            “Di kantor Polisi. Proses kasus perdatanya akan segera berjalan,” lirih Mama. Sepertinya wanita paruh baya itu tak sanggup menahan beban berat ini. 

            Reksa lantas memeluk mamanya, menghibur beliau, padahal dia sendiri juga perlu dihibur. 

            “Apa semua milik kita akan disita, Ma?” tanya Reksa setelah melepaskan rangkulannya.

            Mama mengangguk. Sepertinya beliau sudah pasrah dengan apa yang telah terjadi. “Rumah beserta isinya dan juga kendaraan. Tabungan dan deposito papamu juga akan segera di telusuri pihak KPK.” 

            Dan sejak saat itu Reksa merasa dunia berhenti berputar.

            Setelah itu keluarga mereka, terutama Papa, menjadi bulan-bulanan media lokal. Diberitakan habis-habisan dengan berbagai macam fakta dan sedikit bumbu. Ada saja berita-berita dan fakta terbaru yang diungkap ke permukaan. Entah darimana para kuli tinta itu mendapatkan semuanya. Berita yang tersaji membuat Reksa bergidik ngeri. Streotype, tajam dan memojokkan.

            Walau tak pernah bersinggungan langsung dengan para wartawan, tapi Reksa tahu kalau di lingkungannya, dia dan keluarganya sedang menjadi sorotan. Menjadi buah bibir yang sayang untuk di lewatkan begitu saja, baik di kompleks perumahan mereka maupun di radio tempatnya bekerja. 

            Beberapa teman dan rekan kerjanya ada yang terang-terangan bertanya tentang kebenaran berita itu dan ada pula yang memilih bertanya pada tembok yang diragukan kebenarannya, menjadi penggunjing-penggunjing yang aktiv di belakang Reksa. Reksa tak bisa memberikan jawaban pada mereka karena dia sama sekali tak tahu ulah papanya di kantor.

            Lama-lama Reksa gerah. Dia mulai tak nyaman dengan keadaan yang semakin sempit. Semakin hari dunia seperti tak bersahabat padanya. Begitu juga Mama dan Rifka. Karena kasus korupsi yang menimpa Papa, Mama perlahan dijauhi ibu-ibu kompleks yang dulu sangat menaruh hormat padanya. 

            Di depan Mama mereka memang masih menyisakan sikap santun. Tapi di belakang mereka bak kaleng rombeng yang setiap saat bisa bernyanyi hingga tak hanya memekakkan telinga tapi juga mengoyak perasaan. 

          Mama sadar. Tak ada orang yang menaruh simpati kepada isteri seorang koruptor, tak juga ibu-ibu pengajian yang saban minggu berkumpul untuk mengumandangkan ayat-ayat suci yang indah. Tak ada tempat bagi koruptor di dunia ini, juga keluarganya yang sebenarnya tak tahu menahu dengan perilaku sang koruptor itu sendiri.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status