Apa yang kita harapkan, belum tentu ia akan datang. Begitu juga sebaliknya. Apa yang tak kita harapkan malah datang dengan mudah dan tak menemukan satu pun aral rintangan. Keinginan boleh saja ditimbun dalam hati, namun kenyataan yang terjadi biasanya tak seperti apa yang ada di dalam mimpi. Untuk itu hanya ada satu cara untuk mengantisipasi. Lupakan dan jalani sesuai arus yang mengalir berjalan. Satu petuah yang tak boleh diabaikan, jangan sesekali menentang kalau tak mau hanyut dan tenggelam.
Siang, pulang dari siaran, Reksa lagi-lagi mendapat kejutan yang benar-benar tak diharapkan. Mahluk itu datang lagi mengunjungi Reksa seakan ia kekasih hatinya. Maemunah dengan dandanan khasnya yang membuat para demit pada minder dan pergi menjauh, perlahan menjelma di hadapan Reksa. Dengan mengenakan gaun terusan selutut ketat berwarna hijau tosca dan make-up menor, perempuan itu sudah duduk dengan manisnya di teras rumah bersama Emak dan juga Tika. Mereka tampaknya sedHati memang tak pernah bisa dipaksa untuk menyukai sesuatu yang bukan benar-benar keinginan. Saat perasaan mengatakan tidak, maka secara langsung gerak-gerik yang tertangkap mata juga menyiratkan hal serupa. Jika hati menolak maka wajah pun menguntai riak gejolak yang sama. Hanya orang yang tak peka akan situasi yang akan terus menjejali, seakan perlakuannya dapat meruntuhkan sebongkah hati, padahal itu bisa saja menjadi bumerang bagi diri sendiri suatu saat nanti. Saat kepala Reksa sudah terasa nyut-nyutan, seperti mau pecah mendengar celoteh Maemunah yang berceceran kemana-mana, Barudin kemudian pulang ke rumah dari pekerjaanya di pasar ayam. Awalnya Reksa menyambut suka cita kehadiran Barudin, karena secara tak sengaja ia telah menyelamatkan hidup Reksa yang sudah diambang jurang kehancuran. Tapi sangkaan Reksa ternyata salah. Barudin datang bukan untuk menyelamatkan separuh hidupnya, malah sebaliknya. Barudin tak ubah seekor ikan yang suka berenang di air yang keruh,
“Terimakasih Gantara Listeners buat kalian yang masih stay tune di frekwensi 817 Gantara AM. Masih bersama Reksada Dirga disini, kembali menyapa kalian dalam acara Req-Air, tempat dimana kalian bisa berkirim-kirim salam plus minta lagu. Oh iya, tadi sudah Reksa mainkan beberapa lagu sesuai dengan permintaan kalian. Terimakasih buat atensinya yang sudah masuk tadi…”Backsound berkumandang sejenak, menghentak dan kemudian sayup, saat Reksa kembali bercuap-cuap.“Untuk selanjutnya kita bacakan kartu dari Jingga. Halo Jingga, apa kabar? Jingga katanya mau request lagu dari duo Jingga, ‘Tentang Aku’. Wah, kebetulan banget namanya ya? Katanya lagu ini dikirim spesial buat penyiarnya. Terima kasih Jingga. Oiya, Jingga juga mau minta dibacakan pusinya, nih. Kita simak sama-sama ya, guys…”Backsound kembali berkumandang sejenak dan kemudian berubah menjadi musik instrumental yang lirih, saat Reksa membac
Lea menutup file Karya Ilmiah yang tadi dikerjakannya dan kemudian mematikan laptopnya. Matanya sudah mulai terasa lelah. Itu artinya ia harus segera naik ke kasur dan kemudian tidur. Akhir-akhir ini gadis itu memang sedikit sibuk. Tugas akhir dari dosen pembimbingnya sudah hampir kelar dikerjakan. Mudah-mudahan tak ada kendala dan ia bisa segera mengajukan skripsi untuk segera sidang kelulusan. Membayangkan dirinya memakai toga, membuat Lea semakin bersemangat untuk segera menyelesaikan kuliah.Namun sesibuk apapun dirinya, gadis itu selalu meluangkan waktu untuk mengerjakan hobi. Baginya tak butuh sebuah perintah dan waktu khusus untuk sebuah karya yang datang dari kesucian hati untuk dituangkan. Tadi di sela-sela mengerjakan tugas, Lea sempat menulis beberapa bait puisi. Entah mengapa, sekarang ia mudah sekali terhanyut dalam suasana romantisme yang tiba-tiba muncul begitu saja di pintu kalbunya. Dan rasa itu lantas tertuang dalam larik-larik kata yang terangkai begitu saja
Merasa kesepian di tengah keramaian adalah sebuah ironi yang kerap terjadi saat hati dilanda kerinduan. Wajah boleh tertawa tapi hati siapa yang dapat mengira. Tak satupun orang yang tahu kedalam hati seseorang yang berusaha untuk melupakan sebuah kenangan. Keadaan kadang tak berpihak. Keadaan seakan memaksa kita untuk tetap berpijak walau kita ingin beranjak. Pergi… Yang berjalan tak hanya kaki, tapi terlebih adalah sebongkah hati. Meninggalkan keramaian dalam keterasinganMalam minggu studio Gantara AM tampak ramai. Maklum, malam ini ada acara Sing-Sing Air –dulunya acara tersebut bernama Karaoke Live- yang disiarkan secara langsung dari Gantara AM. Para monitor atau pendengar setia radio, baik yang ikut berkaraoke atau tidak, tampak memenuhi ruang tamu yang kini dialih fungsikan sebagai area karaoke, lengkap dengan televisi 21 inc- serta double speaker box usangnya. Acara live ini memang terbilang banyak peminatnya. Selain bisa menghibur, acara ini juga dijadika
Cerita hidup tak ada yang tahu. Seperti cuaca, hari ini panas, besok bisa saja turun hujan. Hari ini terasa dingin, besok lusa bisa jadi berubah menjadi gerah. Yang penting kita bisa terus melangkah dalam menjalani. Tak pernah menyesal apalagi sampai mengutuk diri atas nasib yang telah digariskan Sang Ilahi. Jika semua dipandang dengan kaca mata ikhlas, niscaya apapun yang terjadi bisa diterima dengan lapang hati. Kebahagiaan dan kesedihan seperti mata uang. Keduanya tak akan bisa terpisahkan dari kehidupan dan selalu hadir untuk melengkapi sebuah perjalanan.Saat Reksa keluar dari ruang siar, mau duduk-duduk sebentar sambil menikmati rokok sebatang, Saeful yang malam ini bertugas dengan bersemangat sebagai operator karaoke menghampirinya. Di wajahnya tergambar jelas rasa kepuasan dari pekerjaan yang baru saja dilakoninya. Selain itu, ada sebentuk senyum kecil yang jahil yang ia lontarkan kepada Reksa. Reksa bingung melihat ekspresi Saeful yang bercampur tengil. Ada apa?
Kalau ada kesedihan berbingkai pedih, sekaranglah rasa itu melanda Reksa. Rasa rindu yang datang menghebat saat ia terkenang pada gadis terkasih. Ratu. Dia berharap rindunya yang menghebat berbalas, karena cinta sejatinya masih untuk gadis itu. Bukankah cinta sejati adalah cinta yang tak bertepuk sebelah tangan? Rindu itu datang ketika Reksa tak sengaja mengharapkan kehadiran Ratu dan ingin gadis itu menemani hari-harinya kembali. Rindu itu datang ketika Reksa lupa dan menunggu sampai lupa makan hanya ingin mengetahui kabar dari Ratu yang tak kunjung hadir. Rindu itu datang saat Reksa terkenang akan senyum Ratu dan berharap Ratu juga sedang tersenyum padanya di sana.Dan rindu itu kian menghebat saat Reksa menyadari kalau ucapan-ucapan manis yang selalu hangat sekaligus menyejukkan dari Ratu tak ada lagi untuknya. Rindu itu kian menghebat saat Reksa duduk diam dan kembali teringat, kalau dulu selalu ada Ratu yang mengingatkannya tentang segala hal yang menjurus pada k
“Welcome back again in 817 Gantara AM, Listeners. Masih bersama Reksada Dirga disini dalam acara Req-Air yang akan terus menghibur kamu dengan tembang-tembang pilihan, koleksi dari Gantara AM hingga ke pukul 21 teng nanti…”Suara backsound naik dan mengeras.“Sekedar informasi waktu, jam di studio kami menunjukkan pukul 20.40 menit, terima kasih kalian masih setia bersama kami disini…”Suara backsound naik dan mengeras.“All right! Request berikutnya datang dari Jingga. Kali ini Jingga seperti biasa hanya ingin berpuisi dan minta diputerin lagu anthemnya, Tentang Aku dari duo Jingga yang sempat happening banget di era 90-an. Halo Jingga, apa kabar? Kayaknya kamu ngefans banget ya sama lagu duo Jingga?”Backsound yang tadinya menghentak kini berubah ke warna musik instrumen saxophone miliknya Dave Koz, saat Reksa mulai membacakan puisi milik Jingga.“Dimana Kamu&h
Pagi hari Reksa sudah mandi dan rapi. Tumben! Padahal jam segini biasanya dia belum apa-apa selain masih ngorok di tempat tidur menyulam mimpi. Barudin yang sudah siap-siap mau ke pasar ayam jadi heran melihat tingkah sahabatnya yang lain dari biasanya. Semoga saja dia tak bermimpi, harap Barudin sepenuh hati. Walau ia dan keluarganya tak pernah mempermasalahkan dan memaklumi keadaan Reksa, termasuk kebiasaannya yang jarang bangun pagi, namun tetap saja bangun pagi menjadi sebuah ‘prestasi’ yang masuk kedalam daftar penilain tanpa angka. Makanya tak heran hal tersebut menjadi satu momen ‘istimewa’ bagi Barudin pada Reksa.“Kau ada jadwal siaran pagi ini, Sa?” tanya Barudin.Reksa menggeleng sambil tetap sibuk mematut dirinya di depan cermin.“Kau ndak sedang janjian dengan Maemunah, kan?”Reksa kembali menggeleng, seperti tak hirau dengan candaan Barudin.“Tumben kau sudah mandi dan rapi. Mana