Share

Bab 06. Nekat

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 12:22:03

“Masuk ke mobil!” perintah Gama terdengar lugas.

"Terima kasih. Aku lebih tertarik naik taksi," tolak Zoya dan bergegas kembali masuk ke dalam rumah untuk Bersiap-siap. Tak ingin dia dikasihani oleh Kakak iparnya yang pagi ini pun membuat geregetan.

Sesampainya di kantor, Zoya bergegas untuk turun dari taksi online dan berlari masuk ke dalam kantor menuju lift agar cepat sampai ke ruangannya.

Beruntung belum telat meskipun dia sudah di penghujung waktu. Namun sialnya masih harus melewati lift khusus karyawan yang terkenal penuh sesak.

Pagi-pagi lift karyawan selalu ramai. Dia yang baru datang sudah pasti terjebak antrian. Tak seperti lift khusus CEO yang lancar jaya.

Belum lagi saat penuh begini tercium bermacam-macam aroma yang membuatnya mual. Sungguh ujian setiap pagi di waktu yang mepet.

Zoya berdiri agak belakang sembari menunggu gilirannya untuk masuk. Ekspresinya gelisah dan terus menerus melirik ke arah jam tangan, karena tinggal tersisa lima menit lagi untuk bisa menuntaskan presensi.

Kalau begini terus, ia pasti telat. Terlebih, setiap awal bulan selalu ada pengecekan presensi yang memang rutin dilakukan oleh Gama. Pria itu memang memberi aturan kedisiplinan yang membuat karyawannya harus datang tepat waktu.

Zoya memelas saat lift penuh dan sudah tak bisa untuk menampungnya. Dia harus bersabar menunggu pintu lift kembali terbuka.

Zoya melirik lift khusus para petinggi. Tak ada yang sedang menunggu di sana lalu melihat situasi sekitar. Hanya ada dia saja yang tertinggal di sekitaran lift.

"Tiga menit lagi, nekat kali ya. Bismillah aja deh semoga nggak kena kartu kuning." Zoya masuk ke dalam lift khusus CEO setelah memastikan semua aman.

Dia lalu merapalkan banyak doa sembari berharap agar tak ketahuan oleh atasan. Buru-buru ia menutup pintu lift dan bersandar di dinding lift dengan perasaan lega. Kedua mata tertutup dengan helaan nafas panjang.

"Zoya Anastasya. Kenapa kamu berada di lift khusus petinggi? Terlebih ada Pak Gama juga yang mau masuk. Setelah presensi, silakan pergi ke ruang HRD untuk menandatangani surat peringatan!"

Deg

Kedua mata Zoya terbuka lebar saat ia mendengar suara seorang pria. Terlihat tiga orang pria yang juga masuk ke dalam lift yang sama.

Termasuk Kakak iparnya yang kini menatap tajam ke arahnya. Terlihat sikap Gama begitu dingin dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

Zoya meringis kemudian menundukkan kepala. Setaunya tadi sudah aman bahkan pintu lift sudah tertutup rapat siap naik, tetapi mengapa masih ada yang mau ikut?

"Maaf Pak," lirih Zoya yang kemudian berdiri dengan tegak dan agak bergeser. Dia berdiri di samping Gama yang sejak tadi hanya diam tanpa membela ataupun ikut memberi peringatan untuknya.

Zoya kembali menundukkan kepala, dia berharap lift berjalan dengan cepat tetapi lift justru terhenti saat kedua pria yang merupakan manajer keuangan keluar dari sana, hanya menyisakan dirinya dan Gama.

Tentu saja hal itu semakin membuat hati Zoya tidak tenang. Dia menyesal memutuskan untuk menggunakan lift khusus ini.

Paginya semakin rumit saat kembali harus bersinggungan dengan Gama. Entah sampai kapan dia mampu bekerja dan tinggal dalam bayang-bayang malam panas itu. Nyatanya setelah semua terjadi, hidupnya tak lagi tenang.

Tak ada pembicaraan diantara mereka. Zoya pun malu karena mendapat teguran di depan Kakak iparnya. Memasang muka tembok sebelum akhirnya pintu lift terbuka tepat di lantainya.

Zoya bergegas untuk keluar, tetapi belum sempat ia melangkah, pintu kembali tertutup. Sontak dia menoleh ke arah Gama yang sengaja melakukan itu. Pria itu begitu santai dengan sikap datar.

"Maaf, Pak, tapi saya mau keluar. Kenapa ditutup kembali pintunya?" tanya Zoya dengan gemas. Bahkan saat ini lift sudah kembali bergerak naik.

"Langsung ke HRD, apa kamu lupa jika sudah melakukan pelanggaran? SP satu untuk kamu."

Pintu kembali terbuka tepat di ruang HRD. Zoya mendengus kesal lalu melangkah keluar lift.

Padahal dia ingin mengejar absen dulu. Setidaknya setiap awal bulan mendapat bonus kedisiplinan tetapi gagal karena kakak iparnya yang menyebalkan.

Zoya melirik ke arah Gama dan lirikannya disambut dengan tatapan datar Gama yang entah kenapa begitu intens. Dengan merinding Zoya segera melangkah menuju ruangan HRD tanpa menatap ke arah Gama lagi.

Zoya berusaha menormalkan diri dengan sejenak berdiri di depan pintu HRD. Sumpah demi apa pun, kejadian itu membuat hidupnya berantakan. Pikiran tak tenang dan hati diliputi rasa bersalah.

Dia harus bisa mencari tau penyebab semuanya, tetapi Zoya tak tau harus memulai dari mana sedangkan dia tak mungkin kembali menanyakan hal itu pada Gama.

Setelah dari HRD dan mendapatkan serangkaian ceramah yang berbuntut ledekan karena mereka tau jika Zoya adik ipar Gama. Zoya pun segera ke ruangannya.

Pekerjaan sudah menumpuk dan perkara nekat membuatnya harus ekstra cepat. Belum lagi dikejar deadline karena atasnya yang mengharuskan tepat waktu.

"Zoya, kamu ditunggu Pak Gama di ruangannya. Berkas yang dia minta sudah kamu kerjakan 'kan?"

"Iya sudah, Pak," jawab Zoya. Padahal masih ada sedikit revisi dan itu membuat Zoya ekstra buru-buru. Setelah oke dia bergegas menuju ruangan Bosnya.

Tak lupa Zoya mengetuk pintu ruangan CEO. Rasanya enggan kembali bertemu tetapi pekerjaan mengharuskan keduanya terus terkait dalam satu situasi.

"Maaf, Pak. Saya agak telat. Ini berkas yang Bapak minta." Zoya memberikan berkas tersebut dan meletakkannya di atas meja Gama. Namun dia tak mendapatkan tanggapan apa-apa.

Rasanya ia ingin sekali segera keluar sedangkan Gama seperti sengaja membuatnya berlama-lama di sana. Pria itu tak kunjung mengecek berkas yang diminta.

"Jika ingin dicek nanti, saya pamit kembali ke ruangan saya dulu, Pak." Zoya segera berbalik dan melangkah keluar ruangan.

Percuma ditunggu jika Gama masih sibuk sendiri. Sementara kedatangannya diabaikan begitu saja.

"Tetap di sini! Saya belum meminta kamu untuk keluar dari ruangan saya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Nah ...loh apa maksud gamma tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 210. Sibuk

    Gama mendesah kasar saat melihat Dito datang dengan siapa. Baru saja Gama tiba sudah dibuat bete dengan penampakan yang wanita yang sangat dibenci oleh Gama. Pria itu melangkah masuk ke dalam kantor tanpa menyapa keduanya tetapi Dito segera menyusul Gama. "Pagi, Tuan." "Siang!" sahut Gama tanpa menoleh ke arah Dito. Gama dengan gagah melangkah dan melirik Dito yang terus membuntuti. "Katamu pendarahan tapi kamu bawa ke kantorku. pendarahan dimana maksudmu? Di ranjang?" tanya Gama dengan nada sewot dan Asisten Dito menggaruk keningnya. "Tapi memang kami habis dari rumah sakit, Tuan. Tidak keburu jika saya harus mengantarnya pulang dulu." "Saya tidak mau tau, dia tidak boleh naik ke lantai saya! Suruh wanitamu itu menunggu di lobby!" perintah Gama sebelum masuk ke dalam lift dan Dito menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Sena yang melangkah pelan menyusul pria itu. Dito pun tidak ikut masuk ke dalam lift karena Gama juga tidak sudi ada Sena yang ikut serta.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 209. Urusan Kelamin

    "Bicaramu, Mas! Tidak ada filternya sama sekali. Ayo aku bantu rapikan dulu!" Zoya pun merapikan penampilan suaminya. Dari pakaian sampai rambut pun Zoya manjakan. Gama benar-benar terima jadi saja. Pria itu sangat beruntung sekali memiliki istri yang sangat perhatian. "Jadi aku beneran di rumah sama Bibi?" tanya Zoya lagi. Entah hawanya ingin ikut saja tetapi di rumah nanti malam masih ada pengajian. Pastinya akan ada persiapan juga walaupun bisa pesan tetapi tetap saja harus dikerjakan dan dirapikan. "Iya Sayang. Aku tidak ingin kamu lelah." Gama mengecup kening sang istri kemudian duduk dan mengenakan sepatu sedangkan Zoya segera mengenakan pakaiannya. Zoya manyapu sedikit make di wajahnya agar lebih fresh kemudian mendampingi Gama untuk sarapan. Terlihat ada Bibi yang nampak sedang sibuk menyajikan makanan untuk mereka. "Bibi jangan repot-repot! Maaf Zoya baru turun, By." "Tidak apa, Nak. Ini Bibi sudah biasa. Ayo sarapan dulu!" ajak Bibi kemudian Zoya dan juga Ga

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 208. Pecah Perjaka

    Pagi ini di kediaman rumah Atmanegara. Gama terjaga lebih dulu dari pada sang istri. Yang dilakukan pria itu pertama kali adalah mengecup kening sang istri seraya mengusap perut Zoya. Gama beranjak dari sana kemudian melangkah menuju kamar mandi. Namun sebelum langkah Gama masuk, notifikasi pesan membuat pria itu menghentikan langkah dan meraih ponsel tersebut. [Saya hari ini ke kantor agak telat, Tuan. Maaf...] "CK, bisa saja kelakuannya. Dia yang enak dia juga yang semaunya." [Meeting pagi ini tidak bisa ditunda. Sebelum aku sampai kamu sudah harus tiba di kantor. Jangan sibuk dengan wanitamu saja! Apa kejadian semalam membuatmu pecah perjaka hingga tak bisa jalan? Jangan seperti perempuan kamu, Dito!] Send Dito. Setelah itu Gama pun kembali meletakkan ponsel di atas nakas dan masuk kamar mandi. Di saat pintu tertutup, Zoya membuka mata dan mulai menggeliat dari tidurnya. Zoya mengucak kedua mata kemudian melirik keberadaan Gama di sampingnya tetapi tidak ada. Zoya me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 207. Aku Tidak Tahan

    Dito yang dulu bisa menahan sekarang lagi mampu membendung rasa inginnya. Dito tetaplah pria yang memiliki sejuta hasrat. Sayangnya Dito hanya bergairah pada Sena. Wanita pertama dan satu-satunya yang dianggap paling cantik. Maka malam ini, Sena ada dalam genggaman Dito yang begitu sangat menginginkan. Wanita itu dibuat meringis dan kesakitan saya masuknya Dito di saat sudah sama-sama menginginkan. "Kamu masih perawan, Sena?" "Kamu pikir aku sudah bermain terlalu jauh?" "Tidak mungkin wanita sepertimu belum pernah." "Pernah, tetapi tidak sampai seperti ini dan kamu yang pertama. Kamu yang membuat aku meminta, Dito!" kata Sena dengan suara yang terdengar manja dan wajah sangat ingin memicu hasrat Dito untuk melakukan lebih. "Jangan ditahan! Lepaskan saja! Kamu pantas mendapatkan ini semua, Sena." "Benar begitu, Dito? Maka aku akan membuat diriku menjadi satu-satunya yang kamu mau. Jangan gila dengan wanita lain, Dito! Kamu sudah mengacak-acak aku!" "Tidak asal k

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 206. Lebih Dalam +++

    "Nanti dulu! Jangan rusuh, Dito! Akh.... Tangan kamu astaga..." Sena sudah tak bisa diam. Tubuh wanita itu menggeliat kala bagian paling sensitif disentuh dan dipermainkan oleh Dito. Pria itu belum pernah tetapi sangat pro sekali membuai wanita. Terbukti dengan Sena yang dibuat tak berdaya sampai desahan yang keluar dari mulut wanita itu terdengar semakin liar. "Akh yess, lebih dalam. Enak Dito." Lama -lama candu juga. Tubuh Sena seperti gelombang yang beraturan kala merasakan jemari Dito bergerak sangat nakal. Akh suka! Itulah yang Sena selalu gumamkan dan di setiap kata yang terucap selalu keluar kata sensitif yang membuat Dito semakin horny. "Ssttt...." "Suka?" "Munafik jika tidak. Kamu membuatku tambah tidak waras, Dito. Aku minta tolong jangan hentikan!" Dito menyeringai mendengar permintaan dari Sena. Laki-laki mana yang tidak menginginkan lebih jika melihat wanitanya tidak mau dilepas begini. Sena semakin membuka kaki hingga tak perduli akan apapun. Sena me

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 205. Memainkan Jarinya +++

    Brugh Dito mendorong Sena hingga ambruk di ranjang. Pria itu menyeringai menatap Sena yang menatap was-was. Kedua tangan Sena meremas sprei dengan kuat dan bergerak mundur. "Dito aku belum siap melakukan itu lagi! Jangan ganggu aku!" kata Sena membuat Dito menyeringai mendengar itu. Dito pun membuka ikat pinggang kemudian naik ke ranjang. Kedua kaki mengkukung tubuh Sena dan mengunci pergerakan wanita itu. "Apa kamu tidak merindukan sentuhanku Sena?" "Kamu menjelma seperti singa jika berdua bersamaku, Dito!" Benar, Dito berubah menjadi seperti singa kelaparan saat bersama dengan Sena. Entah ada daya tarik apa pada wanita itu tetapi sejak awal bertemu, memang Sena yang mampu meluluhkan hati Dito. Terlebih Dito yang belum pernah memiliki kekasih dan tidak pernah mencintai seorang wanita. Hal pertama memang hanya Sena yang memberikan tantangan dan godaan, maka jangan heran jika Dito begitu sangat tak tahan jika melihat Sena. "Karena kamu yang pertama." Kedua mata Sena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status