Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 86. Aku Pegang Kata-katamu, Mas!

Share

Bab 86. Aku Pegang Kata-katamu, Mas!

Author: weni3
last update Huling Na-update: 2025-02-23 13:05:35
"Mas!"

"Jangan bujuk aku, Sayang!" ujar Gama membuat langkah Zoya terhenti. Zoya begitu khawatir pada suaminya, bukan ingin membujuk karena sadar betul Gama masih sangat kesakitan hatinya.

Namun perlahan langkah Zoya maju saat Gama terlihat menunduk di depan meja kerja dengan wajah semrawut. Gama mengusap kasar wajahnya dan meninju meja itu dengan sangat kencang.

"Mas!"

"Aku benci hal ini, Sayang!" sentak Gama.

Pria itu terlihat sangat marah. Apa lagi adanya permintaan kerja sama dari perusahaan besar itu. Gama menganggap hanya sebagai lelucon yang mereka buat.

Zoya mengangguk paham kemudian melangkah mendekati Gama. Tangannya terulur mengusap lengan Gama dan memperhatikan wajah pria itu dengan lekat.

Ada secuil hati yang menyayangkan akan sikap Gama tadi tapi Zoya paham itu karena sakit hatinya Gama atas sikap keluarga sang Ayah di masa lalu.

Namun mereka sekarang sudah meminta maaf dan masih menganggap Gama ada. Walaupun salah satu alasan mereka karena membutuh
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Sabar aja lah tunggu hati gama cair
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Hati gama masih sakit dan kecewa
goodnovel comment avatar
Selvie Alia
lanjuttt thorrr..
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 175. Jangan diminum!

    "Berani duduk dan mendekati istriku, maka kamu akan aku pecat!" DEG Bagai tersambar petir di siang yang terik. Dito yang baru saja hendak duduk seketika berdiri lagi setelah mendengar ancaman dari Gama. Mana berani jika apa yang akan dilakukan mempertaruhkan pekerjaan. Dito yang sudah lama mengabdi dengan Gama hingga memiliki banyak tabungan dan aset untuk di masa depan tentu saja tidak akan menyia-nyiakan apa yang sudah berjalan. "Kenapa? Ayo Pak! Saya nggak mungkin habis sendirian," ajak Zoya. "Maaf Nyonya, tapi saya lebih baik kembali ke ruangan saya. Jika Nyonya takut tidak bisa menghabiskannya sendiri, maka Nyonya bisa mengajak Pak Gama untuk makan bersama." "Nggak mau, nanti muntah lagi malah repot. Mau ngajak yang mau-mau aja. Kamu nggak usah takut, Pak Dito! Kalau Mas Gama nggak mau bayar kamu, nanti saya yang menggaji Pak Dito dengan nominal yang sama dengan yang diberikan oleh suami saya." Gama mengerutkan keningnya setelah mendengar itu. Setelahnya Gama

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 174. Mau Ngambek

    "Ada apa dengan Tuan, Nyonya?" tanya Asisten Dito yang dengan tanggap dan gerakan cepat sudah sampai di kantin untuk membantu Gama. "Tidak kenapa-kenapa, hanya aku suruh makan somay tapi Mas Gama tidak mau katanya. Alhasil seperti itu," jawab Zoya. Sebenarnya ingin kasihan tapi kok malah geregetan. "Pak lebih baik anda segera ke ruangan anda dulu dari pada nanti tambah patah di sini," ujar Asisten Dito. Sebagai orang kepercayaan Gama dan orang yang sudah lama ikut dengan Gama tentu tau apa yang Gama suka atau tidak. Terlahir dari orang kaya pastinya jarang makan makanan yang dijual di pinggir jalan atau sekelas kantin. Hanya saja biasanya Gama tidak begini. Entah karena bawaan bayi atau memang Gama benar-benar mual melihat bentukan somay. Namun jika diperhatikan, tidak ada yang menggelikan. Dilihatnya enak-enak saja. "Bawa ke ruangannya saja, Pak! Nanti aku nyusul. Aku masih mau... " "Sayang kamu ikut sekalian! Jangan memancing celaka! Aku nggak suka!" sahut Gama dengan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 173. Mual

    Gama mengusap kasar wajahnya kala tak menemukan Zoya. Entah dimana sang istri. Cepat sekali kaburnya. Gemas rasanya Gama dan ingin menyusul sang istri tetapi dia kehilangan jejak Zoya. "Kamu pasti tidak jauh dari sini, Sayang. Apa mungkin kamu kembali diculik? Astaga.... Zoya." Gama segera melihat CCTV kantor untuk mengetahui kemana perginya Zoya. Sementara Dito sudah lebih dulu pergi mencari keberadaan istri dari Gama Prasetyo. Pengalaman membuat Gama semakin posesif saja. Lepas sedikit, Gama tidak akan bisa tenang. Gama tidak ingin terjadi sesuatu lagi pada Zoya. Dering ponselnya pun membuyarkan fokus Gama dari layar laptop. Gama meraih ponselnya dan langsung menerima panggilan dari Dion. "Bagaimana?" tanya Gama, kedua alisnya menukik mendengar jawaban dari Dion. Pria itu pun beranjak dari duduknya kemudian melangkah panjang meninggalkan ruangannya. Gama hampir berlari untuk menuju tempat dimana Zoya berada saat ini. Kedua tangan Gama terkepal kuat hingga urat tangan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 172. Cari Zoya

    "Terimakasih sudah diperkenankan masuk, Nyonya. Saya pamit pulang," ujar Dito dan dianggukki oleh Sinta. "Oh ya, silahkan! Terimakasih sudah mengantarkan pesanan dari Zoya tadi. Jangan lupa titipkan salam untuknya!" kata Sinta dengan ramah. "Baik, permisi." Dito pun bergegas pergi dari sana. Pria itu melangkah memasuki mobil kemudian segera kembali ke kantor. Ada hal yang harus dilaporkan pada Gama setelah apa yang atasannya itu perintahkan selesai dikerjakan. Dito juga tidak mampir ke mana-mana lagi. Tidak juga mampir untuk memberikan makan siang untuk Sena. Rasanya enggan karena tadi pagi sempat ditolak mentah-mentah yang mana malah berujung tidak ribut. Sampai di kantor bertepatan dengan para karyawan yang keluar dari ruangan meeting. Dito pun segera masuk ke dalam ruangan itu tetapi begitu herannya Dito saat melihat Gama dan Zoya ribut. "Kamu mas! Tuh mereka jadi berpikiran yang nggak-nggak sama aku!" "Berani apa mereka? Mau aku pecat memangnya? Biarkan saja!K

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 171. Egois

    "Mas kamu jangan ketaluan!" pekik Zoya tetapi setelahnya kembali mendesah dengan sangat indah. Kegiatan panas pagi ini membuat hidup keduanya semakin indah. Suami istri yang saling beradu peluh ini tak lagi kuasa menahan gejolak yang ada. Sampai dimana suara panjang yang melegakan diiringi hal yang melenakan membuat mereka merasakan getaran yang membuat ketagihan nantinya. Gama menghela nafas panjang dan mengecup pucuk dada Zoya sebelum beranjak dari tubuh sang istri. Gama tersenyum menatap Zoya yang terlihat lemas di atas meja kerja. "Kenapa kamu selalu membuatku lemas begini, Mas? Kamu lama sekali, sengaja 'kan? Tubuh aku remuk, Mas," keluh Zoya yang hendak beranjak saja sulit. Mana medianya meja kerja. Geregetan Zoya jadinya. Kenapa tidak bisa cari tempat lain yang lebih nyaman agar bisa lebih leluasa dan tubuh tidak sakit begini setelahnya. "Pentok sini sakit, pentok sana sakit, ya Tuhan ini badan aku sakit banget," keluh Zoya dengan dibantu oleh Gama. Pria itu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 170. Dasar Istri Nakal

    "Mas kamu mau bawa aku kemana?" tanya Zoya yang kini melangkah panjang mengikuti Gama. Dia berusaha untuk mengimbangi Gama sampai kakinya terasa seperti melayang. Namun Zoya diam tanpa mengeluhkan itu meskipun rasanya hati ketar ketir dan jantungnya berpacu dengan cepat. Zoya sama sekali tidak mencoba melepaskan diri. Zoya tau apa yang akan Gama lakukan padanya. Sayangnya sikap Gama padanya justru menimbulkan pikiran negatif dari para karyawan. Mereka semakin tidak suka pada Gama setelah diam-diam menyaksikan pergerakan keduanya. Gama membawa Zoya masuk lift dengan bertujuan membawa Zoya menuju ruangan pria itu. Ruangan yang ada di lantai tertinggi dari gedung tersebut. Tak ada ruangan lain yang lebih aman di kantor ini selain ruangan CEO bukan. Ruangan yang bebas untuk Gama menghukum sang istri yang berani membuat cemburu. Gemas sekali Gama. Belum lagi omongan para karyawan yang justru menjodohkan Zoya dengan yang lainnya. "Mas kamu nggak malu dilihat sama karyawan kam

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status