Share

110. Berharap Bahagia Setiap Hari

Renata tercekat. Wajah rupawan itu sama persis dengan wajah rupawan yang terpatri di ingatannya.

“Kau ....”

“Samudera Biru, kekasihmu.”

Renata terdiam. Mendengarkan suaranya yang juga sama persis dengan suara yang sangat dikenalnya.

Tapi lantas apa? Dia hanya manusia biasa!

Renata mengangkat pedang giok perak. Menghunus lurus ke arah sosok putih dengan mata dingin.

“Tidak! Kekasihku sudah mati!”

Sosok putih mengernyit melihat penolakan Renata yang keras. Namun segera tersadar setelah menatap tubuhnya sendiri. Ia tersenyum tak berdaya.

“Ah, maafkan aku. Aku lupa memberitahumu kalau sekarang tubuh ini hanya tubuh manusia biasa. Aku bukan peri lagi.”

Renata mengepalkan lengan, menahan gemetar yang melanda dengan hebat. Hatinya menjerit untuk menerima penjelasan itu tapi pikirannya menolak keras.

Perang batin itu membuat Renata sedikit kesulitan untuk bernapas. Membuat air matanya berjatuhan seperti gerimis.

Mata sosok putih meredup. Ia menghela napas kemudian melayang mendekat. Menurun
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status