Share

PART 6

Raina berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah bantalnya. Sebenarnya, ia masih mengantuk karena semalam ia tidak tidur nyenyak. Dan itu semua karena Rian. Semalam cowok itu mengganggunya. Rian terus meneleponnya dan memarahinya karena Raina membuang martabak di depan rumahnya.

"Woi." Rian menarik lengan Raina membuat langkah cewek itu terhenti.

"Apa? Mau marahin gue lagi? Kan semalam gue udah minta maaf. Belum cukup lo ngomel-ngomelnya?"

"Mana buku PR gue?" tanya Rian sembari menjulurkan tangannya di depan Raina.

Dengan malas, Raina membuka tasnya lalu memberikan buku milik Rian pada cowok itu.

Saat Raina hendak melanjutkan langkahnya, lagi-lagi Rian menarik lengannya membuat Raina berdecak.

"Apalagi sih, Yan? Gak usah ganggu gue deh."

"Urusan kita belum selesai. Lo pikir dengan minta maaf aja bakal cukup?"

"Terus lo mau gue ngelakuin apa?"

*****

"Sapu yang benar. Kalau gak bersih gue suruh ulang, ya," ucap Rian membuat Raina melotot.

"Enak aja lo suruh gue ulang. Lo pikir gak capek apa nyapu?"

"Lanjutin gak usah bacot."

Kini Raina sedang menyapu di ruang kelas Rian. Cowok itu menyuruh Raina menyapu sebagai hukuman karena semalam Raina membuang martabak yang ia beli untuk Rian di depan rumah cowok itu.

Teman-teman kelas Rian hanya bisa menonton Raina menyapu.

Sebenarnya, beberapa dari mereka ingin membantu Raina menyapu karena merasa tidak enak dengan Raina. Namun, Rian malah melarang mereka. Bahkan cowok itu mengancam mereka sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk membantu Raina.

"Lah, Rain, kok lo nyapu di kelas kita?" heran Andi. Cowok itu baru saja tiba di kelas.

Andi menaruh tasnya di atas meja lalu mendekati Raina.

"Sini gue aja yang nyapu. Kasihan lo udah keringatan gini."

"Udah gak usah. Biar gue aja. Lagian ini juga udah mau selesai kok."

"Gak papa. Biar gue bantu lo."

"Andi! Gak usah sok pahlawan," ucap Rian dingin.

"Gue bukannya sok pahlawan. Tapi lo gak kasihan apa sama Raina? Ini bukan kelasnya kenapa lo nyuruh dia nyapu kelas? Lo cowok macam apa sih?" Wajah Andi terlihat kesal. Selama ini, Rian selalu berlaku seenaknya pada orang-orang. Tapi, Andi tidak akan membiarkan Raina diperlakukan seenaknya oleh Rian. Bagaimanapun, Raina adalah pacar Rian, jadi Andi memilih untuk membela Raina.

"Gak usah ikut campur."

"Gimana gue gak ikut campur kalau lo perlakuin cewek lo sendiri kayak gini?"

"Cewek gue kan? Bukan cewek lo?"

Raina yang baru saja selesai menyapu segera mendekati mereka untuk melerai mereka. Jangan sampai keduanya bertengkar karena dirinya.

"Udah gak usah ribut. Gue gak papa kok, Di. Gue balik ke kelas gue dulu."

"Yan, kalau lo perlakuin Raina kayak gitu terus gue gak akan tinggal diam walaupun lo itu cowoknya."

Rian dapat merasakan raut wajah Andi yang begitu serius. Tidak biasanya Andi berbicara seperti itu padanya. Karena Andi yang ia tahu adalah orang konyol yang suka bercanda.

"Sorry, Yan. Bukannya gue mau belain Andi, tapi gue rasa dia benar. Lo jangan terlalu keras sama Raina," ucap Liam.

"Gue gak butuh pendapat lo."

*****

"Rain, ke kantin, yuk," ajak Luna.

"Lo sama Risa duluan aja. Gue mau balikin buku paket ke perpus."

"Oh ya udah. Sampai ketemu di kantin."

Raina pun pergi ke perpustakaan.

Saat di pertengahan jalan, seorang cowok menabraknya membuat Raina terjatuh.

"Eh, sorry. Gue gak sengaja." Cowok itu mengambil buku paket yang terjatuh di lantai lalu menjulurkan tangannya pada Raina membantu cewek itu untuk berdiri.

"Sekali lagi sorry ya."

"Iya. Gak papa kok."

"Mau ke perpus, ya?"

"Iya."

"Em, kenalin gue Arka. Nama lo siapa?" Cowok bernama Arka itu menjulurkan tangannya hendak berkenalan dengan Raina.

"Gue Raina." Raina membalas jabat tangannya.

"Lo ceweknya Rian, ya?"

"Iya. Kok lo tahu? Apa gue seterkenal itu?"

Arka terkekeh pelan. "Iya lah. Lo kan pacaran sama orang yang terkenal di sekolah ini otomatis lo juga terkenal."

"Gue temenin lo ke perpus, ya?"

"Eh, gak usah. Gue pergi sendiri aja," tolak Raina.

"Udah gak papa. Gue temenin, ya?"

"Ya udah deh boleh." Arka tersenyum lebar.

Mereka pun berjalan beriringan menuju perpustakaan.

*****

Luna dan Risa dibuat terkejut karena Rian yang tiba-tiba memukul meja mereka.

"Apaan sih lo? Datang-datang langsung mukul meja. Untung jantung gue gak keluar dari tempatnya," ucap Luna kesal.

"Gak usah lebay. Raina di mana?" tanya Rian tidak ingin basa-basi.

"Ke perpus."

Setelah mendapat jawaban yang ia mau, Rian pun langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih pada Luna.

Sesampainya di depan perpustakaan, ia melihat Raina yang baru saja keluar dari perpustakaan bersama seorang cowok yang tidak dikenalnya.

Raina tampak terkejut saat melihat Rian yang berdiri di depan pintu perpustakaan.

"Rian. Ngapain lo di sini? Kantin bukan di sini. Ini perpus," ucap Raina.

Rian menatap tajam Raina karena ucapan cewek itu yang seolah mengejeknya. Dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas, Rian tidak pernah datang ke perpustakaan. Karena ia sangat malas ke sana. Menurutnya, perpustakaan adalah tempat yang paling membosankan di sekolah.

Tanpa sepatah kata, Rian pun langsung menarik lengan Raina membuat cewek itu terkejut.

"Eh, Yan. Kita mau ke mana?" tanya Raina.

Namun Rian tidak menjawab pertanyaan cewek itu.

Rian terus berjalan, hingga langkahnya terhenti karena dihadang oleh Arka.

"Minggir."

"Gue gak akan minggir sebelum lo lepasin Raina."

"Dia cewek gue. Gak usah ikut campur."

"Gue tahu dia cewek lo, tapi gak usah kasar sama dia. "

"Lo gak ada hak buat negur gue." Rian mendorong bahu Arka lalu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.

*****

"RIAN!" pekik Luna saat melihat Rian menyiram air ke wajah Raina.

Bukan hanya Luna yang terkejut, melainkan murid-murid yang ada di kantin pun juga ikut terkejut. Mereka menyayangkan sikap Rian yang tampak seenaknya saja pada Raina. Padahal Raina adalah pacarnya.

"Lo apa-apaan sih? Kenapa lo nyiram Raina?" marah Luna.

Raina yang disiram hanya diam. Namun, wajahnya tampak memerah menahan amarah.

"Pergi lo. Gak usah ikut campur."

"Raina teman gue. Gue gak bakal biarin lo seenaknya sama Raina. Lo pikir karena lo cowok dia jadi lo bisa ngelakuin apa pun sama dia gitu?"

"GUE BILANG PERGI YA PERGI! MAU GUE SIRAM JUGA?!" bentak Rian membuat Raina dan Luna terkejut.

Liam yang berada di belakang Rian segera mendekati Luna.

"Lun, mendingan lo cabut aja. Rian lagi emosi jadi lo jangan bikin dia tambah emosi," bisik Liam.

"Tapi..."

"Udah lo pergi aja, ya. Gue pastiin Rian gak bakal ngapa-ngapain Raina." Merasa cukup yakin dengan ucapan Liam, Luna pun akhirnya memilih kembali ke mejanya.

"Duduk," suruh Rian pada Raina.

Raina menurut lalu duduk di depan Rian.

"Lo sengaja kerjain PR gue salah-salah biar gue dapat nilai rendah, kan?" tuding Rian.

"Nih Rain, dilap dulu muka lo." Andi memberikan tisu pada Raina yang langsung diterima oleh cewek itu.

"Iya. Gue sengaja," jawab Raina tanpa memandang wajah Rian.

"Oh, jadi lo udah gak takut ya sama gue?"

"Gak tahu."

"Dengar ya, ini terakhir kalinya lo kayak gini. Kalau sampai lo ngulangin lagi, bukan air dingin yang gue siram ke muka lo, tapi air mendidih yang bakal gue siram," peringat Rian.

Raina hanya diam tanpa berniat membalas ucapan Rian. Percuma ia membalas, yang ada mereka akan bertengkar. Jadi lebih baik ia diam, meskipun sebenarnya ia ingin sekali membalas perbuatan Rian.

******************************

Komen (1)
goodnovel comment avatar
zara
cowok cowoknya juga tolol. apa ga gila temenan sama bocah kyk rian?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status