Share

Tiga-Awal dari Kekecewaan

Terisya memasuki rumah tersebut dengan langkah pasti, dia menyeringit saat mendengar suara seseorang yang tampaknya sedang berdebat. Di mengetuk pintu tersebut dan masuk. 

"Kau tau bos tidak akan mau membuang buang waktunya untuk mengurus sampah seperti mu" ucap pria bertubuh kekar yang menggunakan setelan formal berwarna hitam. 

"Ta... Tapi dia belum pulang" balas paman Terisya dengan nada tergugup. 

"Ada apa paman?" Terisya membuka suara, semua orang langsung menatapnya. Dia menyeringit saat melihat para pria berbadan kekar itu tampak tersenyum kemenangan. 

"Kalian bisa mem.... membawanya" Mata Terisya langsung membulat mendengar kata tersebut yang keluar dari mulut bibinya. 

Salah satu pria berbadan besar tersebut mengunci pergerakan Terisya dengan menyatukan kedua tangannya ke belakang. 

"A... A... Apa maksud kalian?. HEY LEPASKAN AKU" Terisya memberontak, otak cantiknya masih tidak mampu mencerna apa yang terjadi. 

"Paman dan Bibi mu ini meminjam uang kepada bos kami, dia bilang jika tidak bisa melunasi nya dalam waktu 1 bulan kami boleh membawa mu" ucap pria yang nampaknya memimpin pria lainnya.

Deg

Seketika mata Terisya memanas, dia menatap tak percaya kedua orang di depannya. Kenapa dirinya yang harus di jadikan sebagai tumbal dari semua yang mereka lakukan?. 

Apa yang kurang dari Terisya? Bahkan dia rela mengorbankan masa depannya untuk membantu mereka. Sekarang apa, mereka menjualnya. Mereka menjadikan sebagai pelunas hutang. 

"Tidak mungkin" ucap Terisya dengan suara lirih. 

"Cih, lebih baik kau menuruti mereka. Setidaknya kau berguna biar pun hanya sedikit" ucapan Chelsea itu membuat Terisya langsung meloloskan air matanya. Setidak berguna itu kah dirinya di mata mereka?. 

"a... aku mohon le.... lepaskan aku" ucapnya lirih sembari menatap memohon pada orang di depannya yang sedang mengeluarkan suntikkan dan mengarahkan nya ke Terisya. 

"jangan harap gadis cantik, ah sepertinya kau akan sangat mahal dan bos pasti sangat menyukai mu" detik itu juga kesadaran Teresa menghilang setelah jarum suntik di lehernya terlepas. 

"ayo bawa dia" perintah pria yang di anggap Terisya sebagai pemimpin pria berbadan kekar yang ada di sana. 

* * * *

Pria pria tersebut menyeringai saat menatap Terisya yang masih tak sadarkan diri bersama beberapa wanita lainnya. Mereka di tugaskan untuk menjaga para wanita wanita yang akan dikirim. 

Pintu terbuka menampilkan sosok pria dengan wajah sangar tanpa ekspresi. Dia menatap satu persatu dari wanita tersebut termasuk Terisya.

"Kau bawa mereka semua ke mobil, tapi pisahkan dia" perintah nya pada anak buahnya yang sedang berdiri di belakang nya. Yang di tunjuknya adalah Terisya. 

"Kenapa bos?" Tanya salah satu dari mereka. 

"Dia akan kita kirim ke pusat, dia akan sangat mahal" pria berwajah datar tersebut meninggalkan anak buahnya. 

"Ah andai aku memiliki uang banyak, aku akan memiliki dia yang mau di kirim ke pusat, kau tau dia cantik dan  manis" ucap salah satu dari mereka dengan berbisik. 

"Kau kerjakan saja tugas mu dan jangan terlalu banyak menghayal" balas temannya membuatnya langsung memanyunkan bibirnya. 

* * * *

Teresa terbangun dari pingsan nya, dia menatap sekitar yang tampak gelap. Matanya menajam saat menyadari dirinya di dalam sebuah mobil yang sedang melaju melewati hutan. Terbukti dengan gelapnya malam dan hanya ada pohon pohon besar yang berada di kiri dan kanan jalan itu. 

Dia menatap dua orang yang kini sedang fokus ke depan, sepenggal memori sebelumnya menari nari di pikiran nya membuat nafas Teresa langsung memburu.

Otak kecilnya terus di paksa untuk berfikir bagaimana cara terlepas dari mereka. Sungguh dia tak masalah mati di tengah hutan dan di makan habis oleh binatang buas, daripada harus dijual oleh mereka. 

Senyum di bibir Teresa terlihat, dia menengok ke dua orang yang masih tampak fokus dan tidak memperhatikan dirinya. Dengan cepat Teresa mencekik leher salah satu pria yang sedang mengemudi. 

Dia menarik kuat tangannya ke belakang hingga mobil tersebut hilang kendali dan memasuki hutan. Karena kaget pria yang mengemudi menginjak pedal gas dengan kuat alhasil mobil tersebut melaju cepat. 

Teresa menutup matanya berdoa dalam hati semoga dia di beri keselamatan. Tangan Teresa di angkatnya dari leher orang tersebut bersamaan dengan mobil yang terguling dan masuk ke jurang, memang tak dalam namun berhasil membuat mobil tersebut hancur sisi kiri dan kanan nya. 

Setelah mobil tersebut berhenti berguling Teresa mengangkat kepalanya, dia menatap dua pria di depannya yang sudah menutup mata dengan darah di kepala mereka. Teresa yang kaget dengan cepat mengambil tangan keduanya, huh dirinya dapat bernafas lega saat dirasanya keduanya masih hidup. 

Dengan cepat dia keluar dari mobil, Teresa merasa cukup pusing karena keningnya tadi sempat terbentur jendela mobil dan tangannya terkena pecahan kaca mobil sisi lainnya yang pecah. 

Teresa bukan orang yang bodoh, dia menelusuri mobil tersebut sebelum pergi guna mencari sesuatu untuknya dapat bertahan hidup. Dia menengok ke bangku belakang di sana ada lima koper berwarna hitam, Teresa membukanya dan melihat setumpuk uang dollar. 

Tanpa pikir panjang dia mengambil secukupnya uang tersebut dan memasukkannya kedalam kantong kiri dan kanan bajunya. Dia juga membuka koper sebelahnya yang ternyata berisi senjata, tanpa berfikir panjang dia mengambil pistol. Mengingat ini di tengah hutan tak mungkin dirinya tak membawa senjata apa pun. 

Dengan langkah terseok dan kening serta tangan yang masih mengeluarkan darah Teresa meninggalkan mobil itu. Dia berjalan menuju ke selatan, tidak perduli semakin memasuki hutan yang jelas sekarang dirinya harus pergi. Tak mungkin dia ke Utara karena disana ada jalan yang tadi di lewati mereka. 

Sudah sekitar 3 jam dia berjalan dan kini Teresa sudah tak kuat lagi, dia melihat ke langit langit di mana hujan mulai turun. Teresa menangis di bawah guyuran hujan namun tak menghentikan langkahnya. 

Langkahnya terhenti saat mendengar lolongan serigala, jantungnya berpacu cepat dan detik berikutnya dia berlari. Nasib sial untuk Teresa, setelah 20 langkah berlari dirinya tergelincir ke depan dan masuk ke jurang dengan batu batu besar. 

Jurang ini cukup dalam, kepala Teresa lagi lagi terbentur namun kali ini benturan nya sangat keras membuat kesadaran nya menghilang. 

Tubuh Teresa tergeletak di pinggir jalan, dalam benaknya dia sudah pasrah mati di sini. Ketimbang harus bersama mereka dan berakhir di jual. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status