Share

RUSAK
RUSAK
Penulis: Rfrivi

Bab 1

Cantik dan berbakat dua hal dalam diri Sarah  yang banyak membuat orang lain iri. Meski usianya baru menginjak 18 tahun, Sarah sudah menjelma menjadi salah satu aktris yang diperhitungkan di negaranya.

Sarah memiliki seorang kakak perempuan yang usianya terpaut 2 tahun saja. Sang kakak juga merupakan seorang publik figure sama seperti Sarah. Namun Nindi belum bisa menandingi pencapaian yang didapat adiknya. Nindi selalu menjadi bayang-bayang semu dibalik kesuksesan Sarah.

Orang tua Nindi dan juga Sarah selalu mendukung karier kedua anaknya. Trisno dan Melinda bangga memiliki dua anak yang sama-sama terjun ke dunia hiburan. Tak jarang mereka dibuat bangga dengan pencapaian anak-anaknya terutama Sarah.

Trisno dan Melinda memberikan kebebasan pada Sarah menjalani kehidupannya, mereka tidak pernah mengekang atau ikut campur dalam urusan anaknya tersebut.

Kebebasan itu tentu dimanfaatkan Sarah dengan sangat baik. Selain bekerja, Sarah sering pulang malam karena pergi bersenang-senang.

Trisno dan Melinda seakan lupa bahwa Sarah masih seorang gadis yang labil dan butuh bimbingan. Mata mereka seakan tertutupi oleh kegemilangan pekerjaan Sarah.

Malam hari ketika Sarah pulang lebih cepat dari biasanya. Keluarga itu meluangkan waktu untuk bercengkrama di ruang keluarga.

“Pa, besok Sarah pergi tiga hari ke luar kota. Ada pemotretan.” Sarah terdengar meminta izin kepada Trisno.

Setelah menyeruput kopi miliknya, Trisno lantas mengangguk. “Hebat kamu Dek.”

“Mama minta oleh-oleh ya Dek,” Melinda menimpali. Sarah yang sibuk dengan ponselnya mengacungkan satu jempolnya pertanda siap melaksanakan permintaan mamanya.

“Kamu hati-hati, jaga diri ya Dek.” Nindi yang sedari tadi menyimak pembicaraan kini ikut mengobrol.

“Sudah pasti Sarah itu jaga diri, kamu itu jangan ngurusin Adekmu aja. Urus masalah kamu sendiri! Papa lihat udah dua minggu kamu di rumah terus.” Trisno memotong pembicaraan.

“Lagi sepi Pa.”

Seketika Nindi menunduk.

“Sepi bagaimana? Lihat Sarah! Tiap hari kerja gak ada liburnya. Kamu kurang usaha Nindi.” Melinda seakan ikut menghakimi Nindi.

Nindi terdiam, jika harus memilih dia pun ingin seperti Sarah. Apa boleh buat keberuntungan belum berpihak kepadanya.

Sarah tersenyum ke arah Nindi seakan-akan puas dengan keadaan yang selalu mendukungnya.

Didukung penuh oleh kedua orang tuanya, Sarah semakin percaya diri. Pagi itu dia berangkat ditemani managernya, kacamata hitam bertengger cantik menutupi matanya. Ketika berada di dalam mobil, sang manager membuka ponsel miliknya guna melihat jadwal yang dimiliki Sarah.

“Ingat ya Sar, kamu harus profesional. Produk yang kamu iklanin ini adalah salah satu produk terlaris di dunia. Kalau kamu berhasil dengan produk ini, dijamin karier kamu semakin gemilang.”

Seperti biasa Sinta mengingatkan kepada Sarah agar selalu profesional dalam bekerja. Sebagai manager dia merasa perlu untuk menjaga artisnya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sarah yang duduk di sebelah Sinta berdecak, dirinya merasa bosan selalu diingatkan hal yang sama setiap kali bekerja. “Bawel ah.”

Sarah segera memasang headset ke telinganya, duduk bersandar dan menutup matanya. Jika sudah begini, Sinta akan menyerah dan membiarkan Sarah beristirahat sebelum pekerjaan yang melelahkan dilakoni artisnya tersebut.

Setibanya di tempat tujuan, Sarah melenggang masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dipersiapkan untuknya. Sarah memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan sprei putih khas hotel berbintang. 

Pemotretan akan dilakukan sore hari untuk itu Sarah memilih untuk bersantai.

“Makanya lain kali cari tahu yang bener jadwalnya kapan! Kebiasaan deh datang lebih awal kayak gini, dikiranya aku butuh banget kerjaan ini.”

Sinta sibuk dengan koper milik Sarah sambil mendengarkan omelan dari artisnya itu.

“Kalau gini terus, bisa aja aku pecat kamu!”

“Iya-iya maaf, sebenernya jadwal emang siang. Tapi kameramennya minta dimundurin ada kerjaan lain katanya.”

“Halah sok banget kameramennya, siapa sih? Bang Imron?” Sarah beranjak duduk dari posisinya.

“Kamu bakal kaget.”

Sarah mengernyit heran dengan ucapan Sinta, tetapi dia memilih tidak ambil pusing.

Sore hari pun tiba, Sarah sudah bersiap di tepi pantai dengan dress kuning menyala lengkap dengan topi besar yang berbentuk bundar.

“Sorry telat.”

Sebuah suara mengalihkan perhatian semua kru, termasuk Sarah.

“Sinta, dia kan?” bisik Sarah. Sinta menyunggingkan senyum meledek, “Iya, dia Kevin Pribadi. Kameramen terkenal dan terganteng sejauh ini. Gimana?”

“Lumayan.”

Sarah bersemangat untuk pemotretan kali ini, karena ternyata Sarah mengagumi Kevin sudah sejak lama. Sarah akan memanfaatkan hal ini untuk bisa dekat Kevin. Tidak butuh waktu lama sesi pemotretan dimulai.

Sarah berpose sesuai arahan, gambar yang dihasilkan pun hampir sempurna. Kevin sangat puas dengan hasil jepretannya kali ini.

Saat waktu istirahat tiba, Kevin menghampiri Sarah yang sedang duduk di kursi miliknya.

“Kevin.”

Tiba-tiba Kevin menyodorkan tangannya pada Sarah. Sarah sedikit kaget tetapi dia segera sadar dan menyambut tangan Kevin, mereka pun bersalaman.

“Boleh duduk di sini?”

Kevin menunjuk satu kursi di sebelah Sarah.

Sarah mengangguk tanpa ekspresi padahal dalam hatinya kini sedang bersorak sorai. Sebisa mungkin Sarah menyembunyikan perasaannya hanya untuk menarik perhatian Kevin.

“Baru kali ini gambar model yang saya foto terlihat begitu sempurna.”

“Terima kasih,” ucap Sarah singkat.

Ternyata Kevin masuk le dalam jebakan Sarah, dirinya kini penasaran pada Sarah. Hingga pada akhirnya mereka pun bertukar nomor ponsel.

Tiga hari sudah berlalu, semua kru bersiap untuk pesta perpisahan nanti malam. Ya, seperti biasa setelah pekerjaan selesai mereka selalu melepas penat dengan cara berpesta. Tentu Sarah tidak pernah ketinggalan dalam pesta perayaan seperti itu.

Kali ini berbeda, Sinta memilih untuk pulang lebih dulu karena sang ibu tiba-tiba masuk rumah sakit.  Sebenarnya Sinta khawatir meninggalkan Sarah hanya dengan kru-kru yang belum semuanya dikenal, tetapi Sinta tidak bisa memaksa Sarah untuk pulang terlebih tabiat Sarah yang sudah diketahuinya.

Oleh karena itu Sinta memilih pergi.

Ketika malam tiba, ombak dan dedaunan menari-nari diiringi hentakkan musik yang sengaja diputar oleh mereka yang sedang berpesta. Semua orang yang didominasi anak muda tersebut larut dalam suka ria.

Begitupun dengan Sarah, dia sangat menikmati pesta malam ini. Sarah dan Kevin bertambah dekat berkat pesta ini. Mereka duduk berdua dengan santainya saling memuji satu sama lain.

Tiba-tiba satu dari mereka datang dengan membawa beberapa botol minuman keras. Bak semut melihat gula, mereka semua menyerbu minuman keras tersebut. Sarah ikut menenggak minuman terlarang itu dengan santainya.

Bahkan Sarah tidak segan berfoto ria bersama Kevin dan juga yang lain. Sungguh malam itu adalah pesta yang sangat meriah.

Video-video dan foto-foto mereka buat untuk mengabadikan moment langka tersebut.

Sarah yang sudah mabuk berat pun berjalan sempoyongan dan berjoget tanpa malu. Aksinya tersebut menjadi tontonan semua yang ada di sana.

.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status