Share

Bab 2

Seminggu telah berlalu, Sarah menjalani harinya masih dengan kesibukan. Dewi fortuna seakan betah hinggap dalam diri Sarah. Bahkan kali ini Sarah berkesempatan menjadi pemeran utama dalam sebuah judul film.

Tentu hal itu membuat dirinya kian sibuk dan jarang pulang ke rumah. Hubungannya dengan Kevin semakin dekat, semua berjalan mulus bagaikan jalan bebas hambatan.

Tidak beda jauh dari Sarah, sang kakak pun akhirnya mendapat pekerjaan yakni bermain sinetron striping.

Meski bukan menjadi pemeran utama, Nindi tetap berusaha keras bekerja dengan baik. Sebenarnya Nindi merasa lelah terus dibandingkan dengan sang adik. Tidak sedikit para netizen di media sosial membullynya. Nindi tidak menyerah dia akan melakukan pekerjaannya walau banyak rintangan.

Apa yang dirasakan oleh Nindi ternyata berbanding terbalik dengan apa yang Sarah alami. Sarah yang sedang berada di atas angin menganggap semua pekerjaannya mudah. Tidak jarang dia menyepelekan pekerjaan yang dilakoninya.

Siang itu saat break syuting, tiba-tiba Sarah diserbu sejumlah wartawan.

“Mbak Sarah boleh wawancara sebentar?” kata salah satu wartawan.

Sinta melihat jam yang melingkar di tangannya kemudian memberi izin.

“Mbak Sarah bisa tolong kasih statement tentang video dan foto yang viral saat ini?”

Hah?

Sarah dan Sinta saling menatap.

“Video apa? Saya kurang tahu.” Sarah tersenyum kaku.

“Saat ini foto-foto Mbak Sarah yang sedang berpesta minuman keras bocor ke publik. Apa ada pembelaan Mbak?”

Sinta dan Sarah kaget mendengar perkataan wartawan itu. “Duh maaf ya, saya tidak mengerti foto apa? Dah ya! Permisi.”

Sarah melenggang pergi diikuti oleh Sinta, mereka meninggalkan para wartawan yang masih belum puas dengan jawaban Sarah.

“Apa ini Sarah?”

Sinta menyodorkan ponsel miliknya ke hadapan Sarah. Kini mereka berada di sebuah ruangan dan kebetulan di sana sedang tidak ada orang.

“Apa?” tanya Sarah.

“Lihat sendiri!”

Sarah pun melihat ponsel milik Sinta, betapa terkejutnya dia tatkala melihat video dirinya yang sedang berpesta di pantai itu. Terlihat jelas dia menenggak minuman memabukkan langsung dari botolnya. 

“Gila kamu Sar.”

Sinta kesal bukan main, bukan tanpa alasan. Jika Sarah terkena skandal bukan tidak mungkin jika karier Sarah bisa hancur kapan saja.

“Aku gak tahu.”

Sarah masih mencoba membela diri.

“Gak tahu gimana? Jelas-jelas itu kamu!”

Sarah memberikan ponsel Sinta ke pemiliknya.

“Maksudku, gak tahu bakal nyebar.”

Sinta hanya menggelengkan kepalanya, dia merasa lelah dengan ulah ceroboh Sarah.

“Ya ngapain musti direkam?”

“Gak tahu ah pusing.” Sarah pergi dengan kesal.

Semenjak saat itu pemberitaan selalu tentang Sarah Samanta. Beberapa akun gosip beberapa kali memposting ulang berita tentang Sarah.

Hampir setiap hari wartawan mengejar-ngejar Sarah guna meminta keterangan. Namun Sarah selalu lolos dari itu semua.

Para wartawan tidak tinggal diam, mereka beberapa kali mendatangi kediaman orang tua Sarah.

Rupanya mereka masih belum berhasil, orang tua Sarah selalu tidak berada di rumah setiap kali mereka datang.

Berita mengenai Sarah terus merembet hingga membuat Sarah stres dibuatnya.

Sarah memilih meliburkan diri tiga hari untuk menenangkan diri. Betapa kejam pemberitaan hingga membuatnya sakit karena tertekan.

Akhirnya setelah dua minggu berita Sarah mencuat hingga dapat mengalihkan isu politik, Melinda menggelar jumpa pers.

Kelap-kelip lampu kamera menyoroti wajah Melinda malam itu. Dia merasa harus turun tangan demi Sarah.

“Selamat malam semua, saya mengadakan jumpa pers ini bertujuan untuk meluruskan pemberitaan yang berkembang belakangan ini tentang Sarah Samanta.” Melinda memulai sesi jumpa pers.

“Apa benar Sarah Samanta seorang pemabuk?”

Todongan pertanyaan yang cukup tajam langsung menyerang Melinda.

“Anak saya hanya korban.”

“Dimana saat ini Sarah berada?”

Melinda menghela napas kemudian berkata, "anak saya sangat tertekan dengan adanya pemberitaan ini, Sarah saat ini sedang sakit. Jadi saya minta kepada semua pihak untuk menyudahi ini semua. Ini demi kesehatan mental anak saya. Terima kasih.”

Beberapa wartawan masih sibuk memberi pertanyaan, namun tidak sedikit pula yang mulai iba dengan keadaan Sarah.

Beberapa hari setelah jumpa pers, akhirnya berita tentang Sarah Samanta benar-benar hilang. Melinda berhasil membuat khalayak kasihan terhadap Sarah.

Kini, setelah pemberitaannya menghilang Sarah bisa kembali bekerja tanpa rasa takut.

Sesuatu hal yang sangat langka terjadi ketika siang itu Kevin datang ke lokasi syuting Sarah.

Kevin memberikan kejutan kepada Sarah, dia membawa bunga sebagai bentuk dari perasaannya.

“Terima kasih ya Vin udah jauh-jauh nyamperin aku ke sini.”

Sarah memulai percakapan setibanya mereka di sebuah cafe yang tidak jauh dari lokasi syuting.

“Buat kamu, apa sih yang enggak.”

Tangan Kevin meraih tangan Sarah kemudian mencium punggung tangan Sarah lembut.

“Jadi, gimana?” 

Tanpa melepas genggaman tangannya, Kevin bertanya tentang jawaban dari pernyataan cintanya beberapa hari yang lalu kepada Sarah.

“Harus sekarang nih jawabnya?” Sarah sedikit ragu dengan apa yang akan diucapkannya.

Kevin mengangguk, tangannya mengelus seirama jari jemari Sarah, tatapannya dalam penuh kesungguhan. Tidak lama, Sarah mengangguk kemudian disambut kelegaan dari Kevin. 

Kevin memeluk Sarah tanda bahagia, tidak peduli jika di sekitar mereka banyak orang yang sedang menyaksikan mereka. Bahkan tidak sedikit yang mengabadikannya lewat kamera ponsel.

Sudah dapat dipastikan akan ada gosip terbaru mengenai Sarah.

Kali ini Sarah tidak peduli.

Sarah merasa bahagia untuk saat ini, siapa sangka seorang Kevin akan menjadi miliknya tanpa harus menguras tenaga.

Awal-awal hubungan Kevin dan Sarah berjalan sangat romantis. Kevin memperlakukan Sarah selayaknya ratu.

Sarah sudah sering berkunjung ke apartemen milik Kevin. Melepas rindu atau sekedar numpang beristirahat.

Trisno dan Melinda sudah mengetahui hubungan anaknya dengan Kevin. Mereka pun tidak mengekang hal itu. Justru yang menjadi korban di sini adalah Nindi.

Nindi yang memang sudah tertekan sejak awal, kini pun harus menahan perasaan kesalnya karena orang-orang di sekitarnya yang selalu membandingkan dirinya dengan Sarah.

Selalu begitu!

“Nin, hati-hati loh dilangkah nikahnya,” canda salah satu teman ketika mereka sedang berbelanja bersama.

“Gue mah bodo amat!”

Lidah pandai berbohong tetapi hati siapa yang tahu. Nindi sangat malas bila harus membahas segala sesuatu tentang adiknya.

Seiring berjalannya waktu, rasa sayang sebagai seorang kakak tertutupi dengan rasa iri seorang rival yang selalu kalah.

Nindi berubah menjadi salah satu hater abadi untuk adiknya sendiri. 

Malam minggu ini, Sarah menghabiskan waktu bersama Kevin. Mereka berjalan-jalan menyusuri pusat perbelanjaan hingga berakhir di sebuah club malam.

Kevin sengaja mengajak Sarah ke club untuk dikenalkan dengan beberapa temannya yang ada di sana. Betapa tidak, jiwa pamer Kevin meronta. Dia akan memamerkan Sarah kepada teman-temannya.

Selama ini urusan wanita Kevin selalu kalah, untuk itu Kevin berpikir inilah waktunya pembuktian.

.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status