Share

Bab 6

Sarah berada dalam mobil di parkiran sebuah bank. Sarah sedang mengintai situasi sekitar dan mencari sosok Andri. Menurut informasi yang didapatnya dari Kevin, Andri merupakan pegawai bank swasta.

Andri sudah bertunangan dan akan segera menikah di akhir bulan ini. Begitu menurut Kevin.

Sarah memegang kemudinya erat, matanya lincah berlari ke sana kemari. Kemudian sosok yang ditunggunya muncul, Andri keluar dari dalam sana. Sekarang adalah waktunya istirahat, Andri sepertinya akan segera menaiki mobilnya untuk itu Sarah bergegas keluar.

“Permisi.”

Andri mengerutkan keningnya, dia menatap Sarah dengan heran. Sarah menggunakan pakaian serba hitam serta kacamata hitam, topi yang dipakainya juga hitam. Wajar saja bila Andri tidak mengenalinya.

Merasa dicurigai sebagai orang gila, Sarah pun akhirnya membuka topi dan kacamatanya.

“Masih ingat saya?”

Andri tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutannya dia bahkan sampai mundur satu langkah ke belakang.

“Sarah? A-apa yang kamu lakukan di sini?”

Sarah tersenyum sinis.

“Ekspresinya gak usah lebay! Jalan-jalan yuk!” Andri masih terpaku di tempatnya sementara Sarah merebut kunci dari tangan Andri dengan cepat dia masuk ke dalam mobil milik Andri.

“Ayo!”

Andri tersadar dalam kebingungannya dan mengikuti keinginan Sarah.

Sarah sengaja duduk di balik kemudi, Andri di sebelahnya masih sangat bingung bahkan rasa lapar yang tadi dirasanya hilang seketika.

Setelah agak jauh dari tempat Andri bekerja, Sarah membuat jalan mobil tersendat-sendat hingga kepalanya dan juga Andri terantuk-antuk.

“Bisa bawa mobil gak sih?” Andri mulai kesal terlebih mereka tidak punya tujuan yang jelas. Bukannya menjawab, Sarah malah tertawa keras.

Hal ini makin membuat Andri kesal.

“Berhenti! Cepat berhenti!” gertaknya.

Sarah malah semakin menjadi-jadi, dia bukan hanya membuat mobil tersendat-sendat tetapi juga melakukan akrobat mobil dengan cara hendak menabrak apa saja yang ada di jalanan.

Andri melotot dibuatnya, dia harus segera menghentikan Sarah sebelum sesuatu terjadi.

“Mau kamu apa? Berhenti!”

Sarah tetap tidak menggubrisnya, Andri kembali bersuara, “dasar tuli!”

Saat itu juga Sarah mengerem mendadak yang mengakibatkan mobil nyaris masuk got.

“Wow mulut Anda.” Sarah membuat ekspresi kaget yang dibuat-buat.

Andri yang sudah sangat kesal merasa dipermainkan akhirnya turun dari mobil guna merebut alih kemudi. “Keluar!”

Andri menghentakkan tangan Sarah hingga Sarah tersungkur keluar mobil. Sarah masih tidak menyerah, dia bergegas menaiki mobil itu kembali.

“Mau kamu apa?” Andri sudah kehilangan kesabaran kini.

“Cuma ingin main-main kok, malam itu ... ingat gak malam itu?” tanya Sarah santai.

Andri mulai tidak nyaman dari duduknya, dia menyeka keringat yang tiba-tiba muncul di keningnya.

“Kamu minta berapa?”

Perkataan Andri sontak membuat Sarah menoleh sinis ke arahnya.

“Kamu pikir aku pengemis? Kamu lupa siapa aku?”

“Terus mau kamu apa?” Andri mulai kehilangan kesabaran terlebih jam makan siang akan segera berakhir perutnya kembali keroncongan setelah tadi mendadak kenyang.

“Emm ... enggak jadi deh, kamu enggak seru. Balik lagi ke tempat kamu kerja, aku mau ambil mobil.”

Andri melirik penuh amarah tetapi dia menuruti kemauan Sarah yang penting dia bisa terbebas dari situasi yang sedang dihadapinya.

*

Tidak lama, Andri dan Sarah tiba di bank tempat Andri bekerja. Setelah mobil berhenti mereka sama-sama terdiam. Namun kemudian Andri mengusir Sarah sebelum ada yang melihat mereka berdua dalam satu mobil.

“Cepat turun!”

Sarah masih duduk manis tanpa menggerakkan badannya sedikit pun.

“Tunggu apa lagi?” Kali ini Andri sedikit membentak.

“Beliin minuman itu dong. Haus banget, kalau aku yang beli nanti banyak yang ngenalin. Baru deh sesudah itu aku pergi.”

Sarah menunjuk seorang pedagang es cincau di seberang jalan. Andri menarik napas guna menguatkan kesabarannya, walau dengan hati dongkol dia keluar mobil dan menghampiri pedagang es cincau itu.

Setelah Andri turun dari mobil, Sarah bergegas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ternyata itu adalah beberapa pakaian dalam. Sarah sengaja membawanya untuk kesuksesan misi kali ini.

Sarah menyimpan satu persatu barang miliknya itu di dalam mobil milik Andri. Satu siasat yang dia harap berhasil memberi pelajaran pada Andri.

Jangan bermain-main dengan Sarah Samanta!

*

Setelah urusannya dengan Andri selesai, Sarah tancap gas menuju lokasi shooting, sebenarnya saat ini jadwalnya telah dikosongkan tetapi Sarah ingin mencari hiburan selain berdiam diri di rumah. Sarah bosan ditunggu wartawan.

Setibanya di lokasi, Sarah mendapati hal yang ganjil. Di sana sedang take satu adegan dimana seharusnya dia yang memerankan. Sarah tahu betul dalam skrip yang sudah dibacanya. Meski keheranan, Sarah mantap melangkah mendekati.

Ketika semua orang menyadari kedatangan Sarah, mereka berdiam diri antara terkejut dan tidak menyangka akan kedatangan Sarah.

“Sarah.”

Salah seorang kru yang mengenalnya menyapa. Sarah memberikan senyuman terpaksa, dia masih keheranan dengan situasi ini.

Baru saja Sarah akan berucap, tiba-tiba seseorang yang merupakan sutradara mengajaknya berbicara berdua.

Sarah mengikuti sang sutradara, suasana canggung menyeruak ketika mereka berdua sampai di tempat yang tidak banyak orang.

“Kamu pasti bingung ya?”

Sang sutradara mengawali obrolan mereka.

“Kenapa adegan itu? Apa dia seorang stuntman?”

Sutradara itu menggeleng.

“Jadi begini, banyak yang minta saya mengganti kamu dengan yang lain.”

Sarah melongo dibuatnya, “apa maksudnya?”

“Film yang saya garap ini bertema pendidikan, mereka menganggap kamu tidak layak memerankan tokoh utama di film ini.”

Sarah terpaku tubuhnya serasa melayang, “maksudnya ... saya diganti begitu? Bukankah saya yang memenangkan audisinya? Saya berharap besar pada film ini.”

Marah, kecewa, sedih bercampur aduk dalam diri Sarah.

“Maafkan saya, tapi saya tidak bisa berbuat apapun. Pihak produksi dan sponsor memaksa agar mencopot kamu.”

“Apa management saya sudah tahu? Apa Sinta sudah tahu?”

“Kami belum sempat menghubungi, rencananya setelah shooting baru kami akan memberitahu.”

“Ini enggak adil! Memutuskan secara sepihak itu melanggar hukum, apalagi saya sudah menandatangani kontrak.”

Sarah berusaha meredam amarah yang mulai meluap-luap dalam dirinya.

“Itu sama sekali bukan wewenang saya. Saya rasa pembicaraan ini sudah cukup, urusan ini sebaiknya kamu selesaikan bersama pihak produksi.”

Sang sutradara melenggang bersamaan dengan semilir angin yang melewati tubuh Sarah begitu saja.

Sarah sangat kecewa saat ini, bagaimana tidak? Untuk mendapatkan peran itu dia rela ikut audisi. Film yang digadang-gadang akan menjadi film tersukses itu menjadi harapan Sarah untuk kembali memperbaiki namanya. Tetapi ini apa?

Bukan nama baiknya yang kembali tetapi harga dirinya pun ikut pergi setelah mereka memutus kontrak begitu saja tanpa pemberitahuan.

Kemudian Sarah teringat akan Sinta. Sarah bergegas meninggalkan lokasi itu dan menuju ke kantor managemennya. Sarah harus manuntut mereka, Sarah tidak peduli siapa yang akan dihadapi tetapi dirinya bertekad untuk membalas mereka semua.

.

.

.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status