Share

08. PARTNER PENGHANCUR

Author: Ryanty_tian
last update Last Updated: 2025-08-03 23:54:21

Max mematikan rokoknya, menghentikan bara yang sejak tadi menemani malam mereka. Namun bara di tubuhnya belum sepenuhnya padam, masih ada sisa-sisa hasrat dan emosi masih mengendap di antara napas yang berat dan pikiran yang berkecamuk.

Desahan Athena, raut wajah merah wanita itu masih membekas di udara. Entah itu karena cinta, dendam, atau sekadar keterpaksaan. Mungkin semuanya bercampur menjadi satu.

Athena terbangun saat godaan bibir Max menyentuh sepanjang kulitnya, menemani malam ini yang mungkin hanya terjadi saat ini saja. Ingin sekali saja dia merasa dicintai, dipuja oleh suaminya sendiri. Mereka kembali mengulang malam panas, seolah tiada habisnya.

Tengah malam yang sunyi.

Max mengenakan celananya dengan gerakan cepat, tak memedulikan suara napas teratur Athena yang duduk di atas ranjang. Wanita itu berselimut hingga ke dada, tubuh telanjangnya tersembunyi, namun tidak dengan luka batinnya yang terus terbuka.

Athena menatap Max. Pria itu masih sama saja, dingin, angkuh, dan tak tersentuh. Tapi anehnya justru di balik semua itu, hatinya tetap goyah. Ia membenci dirinya sendiri karena masih menyimpan perasaan cinta ini.

“Kenapa kau tidak tidur di sini?” tanyanya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. “Ini masih tengah malam.”

Max menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Ia menunduk, wajahnya hanya beberapa senti dari wajah Athena yang masih kacau karena tangis dan peluh.

“Apa kau masih menginginkanku lagi, hm?” bisiknya rendah, seperti racun yang meresap ke dalam hati.

Athena menegang. Wajahnya memerah. Kedekatan mereka selalu membuyarkan logikanya. Sial. Kenapa dia begitu lemah di hadapan pria ini?

Max menyeringai dingin. “Jangan terlalu berharap, Athena. Aku tidak akan pernah tidur seranjang denganmu.”

Tatapannya menusuk, tanpa belas kasih. “Kau hanya rahim sewaan. Pelampiasan nafsu. Sampai aku mendapatkan pewaris keluarga Gregory, itu satu-satunya fungsi yang kau miliki.”

Athena meremas selimutnya lebih erat, mencoba menahan guncangan di dalam dadanya. Kata-kata itu menghantamnya seperti palu besar, menghancurkan sedikit harapan yang mungkin tersisa.

Max membalikkan tubuh, berjalan ke arah pintu, tapi sempat menoleh sedikit.

“Setiap kali aku menginginkanmu, kau harus bersiap. Di atas ranjang. Tanpa keluhan.”

Kemudian pintu kamar tertutup dengan suara pelan, tapi menyakitkan.

Athena akhirnya tak mampu lagi menahan air matanya. Tangisnya pecah, pelan dan menyayat. Tubuhnya menggigil, bukan karena dingin, tapi karena patah. Dia tahu, dia sudah masuk terlalu dalam, terlalu banyak kehilangan, termasuk harga dirinya sendiri.

Keesokan paginya.

Nenek Daisy dan Emery datang menjenguk Celine di kediaman Gregory. Wajah mereka muram, membawa suasana duka ke dalam kamar putih yang sunyi. Celine duduk di sofa, mengenakan gaun pastel lembut, tapi kesedihan terpancar jelas dari matanya yang masih sembap.

“Kami sangat berduka, Sayang,” ucap Nenek Daisy sambil menggenggam erat tangan Celine. “Kehilangan calon cucu kami, ini sungguh tidak terbayangkan.”

“Ini pukulan telak, Nek,” lirih Celine, menunduk. “Aku kehilangan segalanya dalam sekejap, tapi aku tidak akan melepaskan Athena. Sampai kapan pun.”

Emery duduk di sisi lain, tatapannya tajam, penuh amarah.

“Kau harus membuat wanita itu membayar segalanya,” timpal Daisy, suaranya bergetar, “Kita tidak bisa membiarkannya hidup tenang. Dia harus merasa seperti yang kau rasakan.”

“Aku mendukungmu, Celine,” ujar Emery mantap. “Perempuan itu licik, berpura-pura manis padahal menusuk dari belakang. Kalau kau butuh bantuan katakan saja.”

Celine tersenyum tipis, penuh luka. “Aku bersyukur masih diterima oleh kalian meski aku sudah tidak sempurna lagi.”

Setelah keduanya pamit dan pergi, Celine berdiri. Hatinya belum tenang. Ada yang harus ia pastikan sendiri.

Paviliun Belakang.

Celine melangkah pelan menyusuri lorong panjang hingga sampai ke ruang makan yang sepi. Di sana, Athena sedang duduk sendiri di meja panjang, menyendok sarapan tanpa gairah, ditemani Norah yang berdiri tak jauh di belakang.

Suara langkah sepatu hak tinggi berwarna merah Celine memecah keheningan. Athena mendongak, menghela napas malas.

“Sepertinya pagimu begitu cerah, Athena,” sindir Celine dengan senyum tipis.

Athena meletakkan sendoknya. “Benar. Tapi rusak sejak kau datang.”

Celine menarik kursi di ujung meja dan duduk anggun, menatap Athena dengan tatapan menilai.

“Makanlah yang banyak. Aku ingin rahim yang mengandung anakku sehat dan kuat. Aku tidak sabar menggendong putraku,” ucapnya sembari tersenyum menyeringai.

Athena menyandarkan tubuh, melipat tangan di depan dada. “Apa yang kau inginkan? Apa kau datang ke sini untuk bermain drama lagi? Mungkin jatuh dari tangga bagian dua?”

Celine tertawa, angkuh. “Itu sudah berlalu. Dan dari situ aku mendapatkan ide lebih baik.”

“Datang hanya untuk memeriksa kualitas rahimku?” sindir Athena.

“Tentu saja,” jawab Celine tajam. “Pastikan kau meminum vitamin, makan makanan bergizi, dan jangan stres. Anakku harus sempurna.”

Athena mengejek dengan senyum tipis. “Max yang mengatur semuanya. Bahkan menginginkanku lagi dan lagi. Kau tahu kenapa? Karena aku masih murni dan itu sesuatu yang lebih menggoda.”

Celine mendekatkan tubuh ke meja, tatapannya menantang. “Kau pikir itu membuatku cemburu? Max melakukannya bukan karena cinta. Kau terlalu bodoh jika percaya keperawanan bisa mengikat hati pria. Bagi kami, kau cuma inkubator.”

Athena mengepalkan tangan di bawah meja.

Celine berdiri perlahan, dengan tatapan puas melihat Athena menahan amarah.

“Aku dan Max adalah partner penghancur hidupmu. Kau hanya pion.”

Athena menegakkan dagunya, meski ada sedikit getar di suaranya. “Kalau begitu bersiaplah. Jika suatu hari Max memilihku daripada kau.”

Celine tertawa ringan. “Lucu sekali. Tapi dengar ini, Athena. Standar kami tinggi. Jika anakmu cacat, maka aku akan melenyapkannya tanpa ragu. Dan kau harus terus hamil sampai aku dapatkan putra yang aku inginkan.”

Celine pun melenggang pergi tanpa menoleh lagi.

Athena terdiam di kursinya. Matanya tak berkedip, tangan mengepal kuat di atas paha. Emosinya bergolak, naik turun. Tapi ia tahu satu hal.

Norah mendekat, “Nyonya, Anda di tunggu tuan Max di perusahaan Harrington.”

Athena mengerutkan keningnya, “ada apa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
da aku mah gag mau klw pun si max udh jatuh cinta.. cuma kan ini judul na kek mereka bakal bersama
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   81. SEMAKIN TIDAK TAHU DIRI

    Athena berdiri bersandar di dinding dekat pintu ruang rawat, menatap layar ponselnya dengan tenang. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kegelisahan, bahkan terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa di dalam sana.Pintu ruang rawat terbuka keras. Celine keluar dengan wajah merah padam, matanya masih memerah karena amarah yang belum reda. Ia berhenti sejenak saat melihat Athena di depannya, wanita yang paling ingin ia bunuh saat ini.Aroma antiseptik bercampur wangi parfum mahal mengisi udara di antara mereka, dua perempuan yang saling menatap tanpa kata, namun tensi di udara cukup untuk membuat perawat yang lewat segera menunduk dan mempercepat langkah.Akhirnya Athena tersenyum tipis, nada suaranya lembut namun penuh sindiran.“Oh, Celine, akhirnya kau pulang juga,” sapanya santai, menatap Celine dengan tatapan ringan seolah pertemuan ini hanya kebetulan biasa.Celine memutar tubuhnya menghadap Athena sepenuhnya, suaranya tajam seperti pisau.“Kau semakin tidak tahu diri,

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   80. MEMANFAATKAN SITUASI

    Suara bentakan keras menggema di dalam rumah besar milik keluarga Hudson. Emery menatap suaminya dengan amarah yang menyalak di matanya, sementara Hudson berdiri di hadapannya dengan wajah merah padam karena murka.“Keparat kau, Hudson! Cepat lepaskan aku!” Emery mengentakkan kakinya, meronta dari genggaman pria itu. Tangannya yang halus berusaha melepaskan diri, tapi Hudson jauh lebih kuat.“Diam, Emery!” bentak Hudson, menarik paksa pergelangan tangannya lalu mendorongnya ke dalam gudang tua di ujung lorong. “Aku sudah muak dengan sikapmu yang selalu ikut campur urusanku!”Emery menatapnya tajam, dadanya naik turun karena menahan amarah. “Aku ikut campur karena kau sudah terlalu gila, Hudson! Kau pikir aku tidak tahu rencanamu yang kotor itu? Semua orang tahu kau hanya ingin menjatuhkan Max!”Hudson mencengkeram dagu istrinya dengan keras hingga Emery meringis. “Jaga bicaramu,” desisnya pelan namun berbahaya. “Jika kau bertingkah lagi, keluargamu akan tamat.”Emery menatapnya t

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   79. REKAMAN

    Athena merapikan bajunya, sesekali melirik Max yang masih bertelanjang dada dengan santai. Seolah pergulatan panas di antara mereka tadi hanya hal biasa, bahkan dengan enaknya menyesap whiskey padahal masih sakit. Begitu selesai, Athena langsung merebut gelas Max. Pria itu melotot seketika menatap Athena. “Kembalikan!” perintah Max tanpa pengecualian. “Kau belum sembuh, hindari dulu minuman seperti ini. Tunggu kau sembuh seperti sedia kala,” minta Athena yang juga merupakan perintah. “Aku sudah sembuh,” sahut Max asal. “Buktinya kau mendesah paling semangat tadi, bahkan meminta lagi ... lagi. Ternyata kau lumayan liar juga.” Pipi merah Athena mulai bermunculan, ia memegang kedua pipinya yang terasa panas jika mengingat kejadian panas tadi. Gila saja, mereka bercinta dengan panas di Rumah sakit. “Kau ... kau yang menggodaku lebih dulu,” sangkal Athena malu saja. Max tersenyum tipis, “kau terlihat seperti rubah licik yang penggoda.” Athena beranjak, ia lebih memil

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   78. BERGERAK BERIRAMA

    Hudson yang emosi pun mencekik leher Athena, ia paling benci wanita sombong dan suka merendahkan dirinya. Seolah wanita itu selalu di atas dan bisa mengendalikan situasi, padahal mereka bukanlah apa-apa kalau tanpa ada laki-laki. Athena terkejut, namun berusaha menahan diri dengan baik. Perlakuan ini sudah biasa ia rasakan dulu saat bersama Max, hanya saja Hudson tak sekasar Max. “Kau semakin tidak tahu diri, Athena!” seru Hudson mendorong Athena hingga membentur dinding. “Bukankah hal itu juga berlaku untukmu, paman Hudson?” sindir Athena halus, seolah perlakuan kasar ini tak ada apa-apanya. “Jangan karena sekarang Max menginginkanmu, kau berlagak berkuasa. Itu hanya sementara, Celine tetaplah istri pertama dan diakui oleh semua orang,” sahut Hudson menyeringai. “Pantas saja terus membela Celine,” seringainya tipis, menahan lehernya yang sakit, “aku sepertinya mencium bau bangkai yang sudah lama ditutupi dengan rapat.” “Apa kau juga menciumnya, Paman?!” Athena sengaj

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   77. DATANG DAN PERGI SESUKA HATI

    Menanggapi godaan Max, tentu saja Athena dengan senang hati mengalungkan tangannya dengan manja. Senyuman semanis madu ia ciptakan, hingga membuat suaminya enggan berpaling.“Ternyata aku juga bisa kau rindukan, padahal aku kira kau hanya merindukan istri tercintamu,” sindir Athena tanpa ragu.Max tersenyum tipis, “mulutmu memang tajam.”“Kalau tidak tajam, bagaimana aku bisa menghadapimu selama ini?!” ujar Athena santai, seolah Max sudah tak seperti dulu.Athena mencium bibir Max sekilas, lalu tersenyum, “jadi, apa sekarang kau mulai sadar kalau hanya aku yang tulus mencintaimu?!”“Hmm.” Max tampak berpikir, “bisa dikatakan seperti itu, tapi tetap saja tidak mengubah apa pun.”“Tidak masalah, setidaknya kau tahu bahwa cinta tulus dan ikhlas itu sangat jarang terjadi. Dan sekarang kau memilikinya, yaitu aku,” kata Athena begitu percaya diri, mulutnya begitu pandai merangkai kata.Tulus ... ikhlas.Itu memang dulu Athena rasakan pada Max, namun entahlah rasa itu masih ada atau

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   76. AMPUN

    “Siapa yang menyuruhmu?” Elio menekan ujung pistolnya lebih keras, ia begitu mahir dan tentu saja gampang mengintimidasi lawan dengan senjata. Apalagi dengan pistol, itu sudah menjadi hal biasa untuknya. “Kau menjebakku dengan menyebar informasi palsu!” teriak pria itu tanpa peduli senjata yang dibawa Elio. Max yang duduk santai hanya tersenyum, “kalau tidak seperti itu, mana mungkin kau akan keluar dengan suka rela.” Elio menendang lutut belakang pria itu sehingga terjatuh dan berlutut di hadapan Max, tak lupa pistol masih menempel di kepalanya. “Dasar bedebah,” maki pria itu berapi-api. Max menunduk sedikit, “katakan siapa yang menyuruhmu?” “Tidak ada yang menyuruhku, aku melakukannya sendiri karena aku dendam padamu!” sahut pria itu begitu berani padahal sudah terdesak. Max dan Elio sudah merencanakan ini semua, apalagi ia sudah mendapatkan informasi terkait siapa pelaku yang menabrak mobil. Sangat detail, tapi entah kenapa iu justru sangat mencurigakan. M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status