공유

07. SIKSAAN ABADI

작가: Ryanty_tian
last update 최신 업데이트: 2025-08-02 23:34:49

“Datanglah padaku, Athena.”

Suara Max terdengar dalam, berat, dan dingin. Bukan panggilan biasa tapi perintah.

Athena berdiri di ambang kamar dengan jubah tidur tipis berwarna merah anggur yang menempel sempurna di lekuk tubuhnya. Kain itu seolah sengaja dirancang untuk menyiksa imajinasi siapa pun yang melihatnya dan Max tahu persis mengapa ia memilihnya.

Langkah Athena terdengar ringan di atas lantai marmer. Pelan, anggun, namun penuh beban. Dia berdiri di hadapan Max, memandangi pria itu dengan tatapan dingin.

“Kau pasti sangat menantikan malam ini.” Max menyeringai kecil, menyapu tubuh Athena dari kepala hingga ujung kaki.

“Malam pengantin kita.”

Athena menatapnya tajam. “Dulu mungkin iya,” katanya pelan, “tapi tidak untuk sekarang.”

Senyum Max langsung pudar. Emosinya memuncak dalam hitungan detik. Ia berdiri cepat dan mencengkeram leher Athena dengan satu tangan kuat, mendekatkan wajah mereka sedekat napas.

“Jika bukan karena Celine,” bisiknya tajam, “aku tidak akan sudi menyentuh tubuhmu. Bahkan sekadar memandangmu saja sudah membuatku muak.”

Kilatan amarah menyala di mata Max. Tapi bukan Max saja yang terbakar. Tatapan Athena justru semakin tajam. Lehernya masih dicekik, tapi sorot matanya tak goyah sedikit pun. Seolah memancing Max.

“Bukan karena kau tidak sudi menyentuhku, Max,” ucapnya dengan suara tertahan, “tapi karena kau takut ... takut jatuh hati padaku.”

Max melepaskan cengkeramannya dengan kasar, membuat Athena terdorong dan terhuyung. Ia tersedak, menarik napas dalam-dalam, sisa cekikan masih terasa menyiksa.

“Kau sungguh percaya diri aku bisa mencintaimu,” Max tertawa miring, sinis. “Itu tidak akan pernah terjadi. Sampai mati pun hatiku hanya milik Celine.”

Max membuka kancing kemeja hitamnya satu per satu. Setiap gerakannya begitu tenang namun penuh ledakan emosi yang ditahan. Saat kemejanya jatuh ke lantai, tampak jelas tubuhnya yang memancarkan pesona sempurna mulai dari bahu lebar, otot tegas, dan kulit yang berkilau dalam cahaya temaram. Tapi bukan hanya tubuhnya yang berbahaya tapi tatapan matanya lebih dari itu.

Athena diam, mencoba tak terpengaruh. Tapi detak jantungnya berdebar tak terkendali. Max sungguh membuatnya gila dan benci secara bersamaan.

Max duduk di atas ranjang, menyandarkan tubuh dengan santai, bertumpu pada satu tangan di belakang kepala. Tatapannya menusuk ke arah Athena seperti predator.

“Bukankah kau penuh percaya diri, Athena?” suaranya rendah dan menghina. “Kalau memang sehebat itu godalah aku.”

Dia menyeringai penuh tantangan. “Buat aku mau menyentuhmu.”

Athena mengepalkan tangan pelan. Ini bukan sekadar malam pengantin biasa, ini takdir paling kejam yang harus dia lalui seorang diri. Jantungnya berdentam hebat di dada. Dan ia tahu, malam ini bukan tentang cinta. Bukan tentang keintiman. Ini adalah siksaan yang dibungkus kemewahan yang abadi. Sebuah permainan kekuasaan yang menyamar dalam ritual suami istri.

Max masih di tempat tidur, menyandarkan tubuhnya dengan santai namun mengintimidasi. Tatapannya menuntut, dingin, dan kejam.

"Apa yang kau tunggu?" gumam Max. "Kau ingin aku menyentuhmu? Buktikan bahwa kau pantas untuk disentuh."

Athena menggigit bibirnya, menahan amarah dan malu yang bersatu. Ia melangkah pelan, satu demi satu, mendekat ke ranjang. Ia tahu ini adalah bagian dari rencana Max untuk membuatnya tunduk, menyerah, remuk.

Namun Athena tak ingin kehilangan dirinya sendiri.

Ia berdiri tepat di hadapan Max, kemudian perlahan menaikkan lutut ke ranjang, mengatur napas agar tetap tenang.

Max menatapnya tajam, memperhatikan setiap gerakannya.

"Jangan pura-pura kuat, Athena. Aku bisa mencium ketakutanmu dari jauh," ujar Max sinis.

"Aku memang takut," jawab Athena lirih, menatap mata pria itu tanpa gentar. "Tapi rasa takutku tidak sebesar kebencianku padamu."

Max mendengus, tapi tidak berkata apa-apa. Ia menarik tangan Athena kasar, membuat tubuh wanita itu terjatuh di atasnya. Napas mereka beradu. Keduanya menahan diri, bukan karena rindu tapi karena emosi yang bertabrakan.

Athena berusaha menjauh, tapi tangan Max melingkar di pinggangnya, menahan.

"Tidak bisa kabur," gumam Max. "Belum saatnya."

Lalu, ia membalikkan posisi Athena hingga tubuh wanita itu berada di bawahnya. Mata mereka bertemu dan terlihat panas, tapi bukan kehangatan. Ini adalah api dendam dan luka yang dipaksa menyatu bersamaan.

"Aku akan mengukir malam ini dalam ingatanmu," bisik Max di telinga Athena, suaranya serak dan beracun. "Kau akan mengingat setiap inci rasa sakit yang kuberikan. Dan ketika anak itu tumbuh, kau akan melihat wajahku di dalam dirinya. Itu akan menjadi siksaan abadi seumur hidupmu."

Athena memejamkan mata. Air mata jatuh tanpa suara. Tapi dia tak meronta.

"Aku tidak takut padamu, Max," bisiknya. "Aku takut pada diriku sendiri karena bahkan dalam kebencian ini, aku masih mencintaimu."

Max terdiam.

Kalimat itu menusuk jauh lebih dalam dari teriakan atau tangisan. Tapi alih-alih melembut, ia justru mencengkeram pipi Athena, menunduk menatap wajah wanita itu.

"Kalau begitu, biarkan aku menghapus perasaan tidak berguna itu malam ini."

Dan malam pun menjadi saksi dari kekejaman yang dibungkus dengan janji manis. Bukan pelukan, bukan belaian, tapi luka. Luka yang diciptakan bukan untuk sembuh melainkan untuk mengingat.

Max duduk di balkon, menyandarkan tubuhnya di kursi menghadap kamar. Bara rokoknya yang menyala perlahan, mengiringi pikirannya yang berkecamuk.

Asap tipis mengepul dari sela bibirnya saat ia menyesap rokok itu lagi. Mata tajamnya tak lepas menatap ke arah kamar, lebih tepatnya pada sosok di balik selimut tebal. Athena. Masih terlelap, dengan napas teratur dan tubuh mungilnya menggulung seperti mencoba melindungi diri dari dunia yang telah terlalu kejam.

Max menyeringai miring.

“Pantas saja dia begitu percaya diri, ternyata dia memang mampu membuatku kehilangan kendali.”

Ia mengembuskan napas panjang, seolah baru menyadari bahwa tubuhnya masih menegang, bahkan setelah semuanya selesai. Rasa panas yang menguasainya tadi bukan sekadar amarah tapi ada sesuatu yang lain.

Sesuatu yang jauh lebih berbahaya yaitu keraguan. Tangannya menggenggam rokok itu lebih kuat.

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
baru baca lagii
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   91. BALASAN

    Athena berjinjit, jemarinya mencengkeram kerah jas Max seolah takut momen itu lenyap jika ia melepasnya. Bibirnya akhirnya menyentuh bibir pria itu, pelan, ragu, namun sarat emosi yang lama terpendam. Ada getar halus di dadanya, campuran lega, haru, dan keyakinan bahwa apa yang selama ini ia impikan akhirnya terwujud.“Aku mau, Max,” bisiknya lirih setelah mereka saling melepaskan diri, napasnya belum sepenuhnya teratur. “Kita bisa memulai semuanya dari awal.”Max tersenyum tipis, tangannya terangkat menahan tengkuk Athena, lalu ia menyatukan dahi mereka. Jarak sedekat ini membuat Athena bisa merasakan napas hangat Max, juga ketenangan yang selama ini jarang ia dapatkan darinya.“Syukurlah,” jawab Max pelan namun mantap. “Kita pasti bisa melakukan ini.”Kata-kata itu sederhana, namun bagi Athena terasa seperti janji yang lama ia tunggu. Setelah drama panjang rumah tangga mereka, pengkhianatan, luka masa lalu, dan berbagai insiden yang hampir menghancurkan mereka sepenuhnya, akhirn

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   90. KEPUTUSAN

    “Apa yang terjadi dengan bayi kita?” Max seketika ikut memegangi perut Athena.Sejenak Athena terdiam, bukan karena sikap Max yang memegangi perutnya. Tapi lebih pada perkataan pria itu, bayi kita. Ya, ia tak salah dengar kalau Max mengatakan hal itu. Biasanya pria itu selalu menyebut bayi milikku dan tak pernah menganggap Athena sedikit pun, tapi kini berbeda.Athena tersenyum dan menggeleng, “bayi kita baik-baik saja.”“Lalu kenapa kau memegangi perutmu? Jika tidak nyaman kita bisa ke rumah sakit,” kata Max kini mulai menunjukkan perhatiannya.Athena menggeleng, dan melebarkan senyumnya. “Aku lapar, aku malu jika kau mendengarnya maka aku memegangi perutku.”Max terdiam, ia pun ikut tersenyum.“Kalau begitu ayo kita makan, maaf membuat kalian menunggu lama,” ajak Max mengulurkan tangannya.Athena dengan senang hati menyambut tangan Max, ia tersenyum tipis dan berjalan mengikuti suaminya itu. Begitu sampai, Max menarik kursi supaya Athena duduk dengan nyaman. “Ini untukmu,”

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   89. TERSENTUH

    Semenara itu, Hudson dikurung di ruang bawah tanah keluarga Gregory. Ia tak bisa menghubungi siapa pun karena semua telah disita, ia mengumpat dan memaki Max dengan penuh emosi yang mendalam.“Apa yang terjadi?” tanya Celine yang menemui Hudson dengan alasan mengantar makanan.“Ini ulah Max sialan itu, dia sudah tahu tentang proyek kota Zora. Padahal kita sudah berhati-hati dalam melakukan hal ini, tapi bisa bocor,” seru Hudson memukul jeruji besi di depannya.“Lalu apa yang harus kita lakukan? Mungkin setelah ini target Max adalah aku,” jawab Celine sedikit takut.Celine tampak gelisah, padahal ia baru saja bersepakat dengan Athena tapi Max bertindak jauh di depan mereka. “Mungkin ada yang berkhianat,” ujar Celine berpikir.“Mungkin, tapi siapa. Semua orang yang tahu tentang hal ini adalah orang kepercayaanku, tidak mungkin,” sahut Hudson sangat yakin.Celine terus berpikir, “apa mungkin Emery? Bukankah dia menyusup masuk ruang kerjamu, bisa jadi dia menukar segala buktinya.

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   88. SUAMIKU

    Hudson membeku, keadaan ini di luar dari kendali dan prediksinya. Seharusnya baru ketahuan setelah proyek kota Zora selesai, sehingga Max akan kehilangan kepercayaan dari dewan direksi dan mencopot posisi CEO. Tapi kenapa keadaan kini berbalik, disaat rencananya hampir usai malah semua terbongkar.“Polisi akan menjemputmu besok!” perintah Max membuat suasana kembali gaduh.Banyak yang protes kenapa harus ditunda, dan Max mengangka tangannya tuk memberi isyarat supaya semua diam.Hudson tersenyum tipis, ia tahu Max pasti tak akan tega padanya. Apalagi hubungan mereka cukup dekat sejak kecil, apalagi saat orang tuan Max tiada.“Kita keluarga, aku tahu kau pasti mempertimbangkan hal itu,” kata Hudson penuh percaya diri tinggi.Max pun tertawa, “Paman mengira aku masih anak kecil yang masih bisa dikendalikan? Kau salah besar!”“Apa maksudmu?” Hudson masih menebak-nebak.“Sebagai hukuman, Hudson akan diberhentikan dari perusahaan tanpa gaji atau tunjangan sedikit pun. Dia juga harus

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   87. ILEGAL

    “Beri aku waktu untuk memikirkannya.”Athena masih belum bisa memutuskan hal itu, dan lagi ia masih memiliki tanggungan tugas dari Rosetta yang harus ia selesaikan sebelum melahirkan.“Baiklah, aku bisa menunggu tapi jangan terlalu lama,” kata Celine pun beranjak dan mengambil tas mahalnya lalu melenggang pergi.Pintu tertutup, Athena berembus pelan dan bersandar. Tawaran Celine memang menggiurkan, ia juga penasaran tentang berkas yang berisi tentang keluarga Harrington. Ia memang sudah dekat dengan Max, tapi belum memiliki kepercayaan penuh atas pria itu.“Sungguh memusingkan,” keluh Athena yang merasa semua menjadi lebih rumit.Norah masuk dan meliat Athena sedang memejamkan mata. Tentu saja ia khawatir dan bertanya dengan pelan.“Nyonya, Anda baik-baik saja? Perlu saya ambilkan sesuatu?”“Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja,” kata Athena pelan, “setelah ini rapat dan pekerjaan lainnya kau tunda dulu untuk sementara.”“Baik, Nyonya,” jawab Norah pun pergi.Begitu sa

  • Racun Pernikahan: Ciumanku membuat SANG CEO Tunduk   86. PENAWARAN BARU

    Max masih terdiam, ia masih enggan menjawab. Lalu mobil berhenti di lobi perusahaan Harrington, dan pembicaraan mereka terpotong.“Lebih baik kau masuk,” minta Max.“Baiklah, sampai jumpa nanti malam.” Athena mencium pipi Max sebelum pergi.Athena keluar saat Norah membuka pintu untuknya, mobil Max mulai meninggalkan tempat. Dalam perjalanan, ia berpikir tentang ucapan Athena tadi, apa ia harus melakukan hal itu?“Tuan,” panggil Elio pelan.“Katakan,” minta Max singkat.“Apa Anda sedang mempertimbangkan perkataan Nyonya?” tanya Elio pelan, ia sangat tahu keadaan Max dulu hingga sekarang.“Aku tidak tahu, aku masih bingung harus berbuat apa padanya.” Max bersandar, perasaannya mulai goyah.“Saya tahu masa lalu kalian cukup kelam, banyak kebencian dan pertumpahan darah. Rasanya memang belum tuntas saja kalau masih belum saling balas, hanya saja kini terasa berbeda saja.”“Apa maksudmu?” tanya Max.“Ucapan Nyonya tadi, itu solusi yang cukup baik mengingat Nyonya sendiri mencint

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status