Hari ini merupakan hari pertama Kiran bekerja di perusahaan pusat, setelah sebelumnya dia bekerja hampir 3 tahun di perusahaan cabang yang ada di kota Y. Baju kerja berwarna biru gelap dan riasan tipis menambah kesan profesional Kiran dalam bekerja.
Kiran menenangkan detak jantungnya saat berada di depan pintu masuk utama perusahaan Bintara Grup. Dilihatnya gedung yang tingginya lebih dari 20 lantai dengan perasaan cemas sekaligus bahagia. Bekerja di perusahaan utama Bintara Grup merupakan salah satu impian dari Kiran.
Setelah mengambil napas beberapa kali dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut. Kiran berjalan dengan penuh percaya diri menuju meja resepsionis untuk bertanya letak ruangan HRD, tetapi sebelum dia sempat bertanya terdengar suara teriakan lembut dan mengemaskan di belakangnya.
"Mommy!"
Kiran terkejut mendengar suara itu, hatinya tiba-tiba berdebar tidak karuan seakan-akan ada palu yang menghantamnya. Sebelum dia sempat menenangkan hatinya sebuah pelukan di kaki membuatnya berdiri terdiam di tempat, dia melihat seorang anak kecil tampan dengan senyuman yang membuat hatinya semakin teriris.
"Zayyan, jangan memanggil orang lain dengan 'Mommy'!" terdengar suara mengemaskan lainnya dari belakang.
"Tapi Kak, ini Mommy," kata Zayyan sambil terus memeluk kaki Kiran.
"Dia bukan Mom ...." belum selesai kata-kata dari suara kedua tiba-tiba Kiran merasakan pelukan dikakinya yang lain.
"Mommy! Akhirnya kita bertemu dengan Mommy!"
"Zayyan nggak bohong kan Kak!"
Pembicaraan 2 anak itu membuat kepala Kiran menjadi sakit, bayangan kejadian 6 tahun lalu tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Suatu peristiwa yang membuat Kiran kehilangan segala hal yang dimilikinya, keluarga dan teman-teman meninggalkannya dalam keadaan yang sedang terpuruk. Saat sakit kepala Kiran semakin membuatnya pusing dan berputar-putar, terdengar suara dingin dan rendah milik seorang laki-laki yang mampu membuat suasana di sekitarnya seketika membeku.
"Zahran! Zayyan! Apa yang kalian lakukan? lepaskan wanita itu!" Kiran seperti kehilangan kesadaran saat mendengar suara itu, pikirannya menjadi kosong dan hanya bisa diam mematung di tempat. "Aldi, urus 2 anak itu. Jangan sampai mereka membuat ulah lagi!"
Setelah pemilik suara itu pergi menjauh, suasana lobby yang tadinya dingin perlahan-lahan mulai mencair. Suara bisik-bisik kembali terdengar memenuhi lobby gedung tersebut, semua orang kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa membahas kembali apa yang baru saja terjadi.
"Maafkan saya Nona, sepertinya Si Kembar membuat ulah lagi. Kalau boleh tahu apa urusan anda datang kesini?" tanya Aldi sambil tersenyum sopan pada Kiran.
Perkataan Aldi membuat pikiran Kiran kembali fokus dengan keadaan sekitarnya, suara dingin yang tadi dia dengar hampir membuat Kiran kembali terjebak dalam pikirannya sendiri.
Kiran berusaha untuk menenangkan hati dan perasaannya yang saat ini sedang kacau dengan cara mengambil napas dalam-dalam seperti yang diajarkan oleh psikiaternya. Dia tidak ingin hari pertamanya bekerja berantakan karena pikirannya kembali terganggu.
"Saya Kiran pegawai yang baru dipindahkan dari anak perusahaan di kota Y, kalau boleh tahu ruang HRD di sebelah mana, Pak?" tanya Kiran dengan tersenyum sopan setelah pikirannya kembali tenang.
"Ruang HRD ada di lantai 5," jawab Aldi sambil berusaha menarik Si Kembar dari kaki Kiran. "Cepat lepaskan sebelum Daddy kalian marah lagi. Om capek dimarahi Daddy kalian terus-terusan!"
Setelah sedikit drama memisahkan dirinya dari Si kembar, Kiran segera naik lift menuju lantai 5. Di dalam lift Kiran kembali teringat saat dirinya pulang dari acara makan-makan merayakan hari kelulusannya. Di tengah perjalanan pulang saat berjalan sendirian tiba-tiba dia ditarik seseorang kesebuah mobil dan kejadian yang tidak diharapkan pun terjadi.
Teriakan dan tangisannya tidak membuat pria brengsek itu menghentikan perbuatannya malah membuat pria itu semakin bersemangat. Kiran berhasil melarikan diri saat pria itu sudah tertidur di dalam mobil, kelelahan setelah melakukan aktivitas malamnya.
Satu bulan setelah kejadian itu, Kiran menyadari bahwa ada makhluk yang hidup dalam perutnya. Perasaan Kiran begitu hancur saat mengetahui bahwa dirinya hamil. Rasa takut dan kecewa membuat dirinya mengalami depresi sampai harus tinggal di tempat rehabilitasi selama hampir 3 tahun.
Setelah Kiran keluar dari tempat itu, dia baru sadar bahwa keluarganya telah meninggalkannyakarena begitu malu saat mengetahui bahwa dirinya hamil dan menggalami gangguan jiwa. Teman-temannya yang selama ini menemaninya juga meninggalkannya tanpa ingin memberi bantuan untuk kehidupannya barunya.
Dalam 3 tahun ini Kiran bekerja keras untuk hidupnya sampai akhirnya dia bisa diangkat menjadi karyawan tetap di salah satu perusahaan erkenal. Dia sangat bersyukur atas apa yang telah diperolehnya dengan usahanya sendiri tanpa bantuan dari orang-orang yang telah meninggalkannya.
Selama ini dia mencoba untuk mejadi perempuan yang kuat, tetapi kejadian dengan anak kembar tadi mengingatkannya pada bayi yang dikandungnya. Pihak tempat dia direhabilitasi tidak memberitahukan tentang anak yang dikandungnya, apakah bayi itu selamat atau sudah tidak ada di dunia ini. Mereka mengatakan untuk tidak memikirkannya karena bisa mengganggu kesehatan mentalnya kembali.
Kiran menenangkan kembali pikirannya saat sampai di lantai 5, dia tidak ingin kehidupan buruk masa lalunya mempengaruhi kehidupannya saat ini. Dia memutuskan akan menjalani kehidupannya yang baru tanpa ingin terbebani dengan masa lalunya.
"Maaf permisi. Saya Kiran pegawai pindahan dari cabang di kota Y. Saya diminta untuk menemui Bu Citra hari ini," kata Kiran ramah pada salah satu pegawai di lantai 5.
"Kita nggak akan pernah memaafkan Om Aldi karena menjauhkan kita dari Mommy!" teriak Zayyan sambil menatap Aldi dengan kesal."Kalian jangan menambah wanita di sekitar Daddy kalian!" kata Aldi sambil memijat kepalanya yang terasa pusing memikirkan ulah Si Kembar."Kita nggak nambah wanita di sekitar Daddy! Kita hanya butuh Mommy!" balas Zahran dengan wajah marah tapi semkain terlihat lucu dan menggemaskan"Baik kita bicarakan ini sebagai seorang Pria. Kita duduk di kantin sana berbicara bertiga menyelesaikan masalah ini, bagaimana?" usul Aldi mencoba untuk berdiskusi dengan Si Kembar yang kelakuannya hampir sama dengan Daddy-nya jika keinginan mereka tidak dipenuhi.Aldi duduk di depan Si Kembar setelah memesan 1 gelas kopi untuk dirinya dan 2 gelas coklat panas untuk Si Kembar. Dia memasang wajah profesional seperti sedang berhadapan dengan klien. Zahran dan Zayyan akan lebih tenang untuk diajak berbicara jika dia berpura-pura berbisnis dengan mereka."Jadi apa yang kalian inginkan?"
Kiran melangkah penuh percaya diri diiringin dengan senyuman ramah masuk ke dalam perusahaan Bintara. Tak lupa Kiran menyapa satpam dan resepsionis yang berjaga di lobby perusahaan Bintara dengan sopan. Dia juga antri di depan lift bersama karyawan lainnya dengan hati yang berdebar-debar. Saat Lift berhenti di lantai 8, jantung Kiran semakin berdetak lebih cepat. Dia melangkah perlahan mendekat ke arah salah satu karyawan yang sedang bersiap-siap untuk bekerja "Permisi, saya Kiran karyawan pindahan dari cabang di kota Y. Bu Citra kemarin meminta saya untuk bertemu Pak Hendra selaku kepala divisi di sini," kata Kiran memperkenalkan dirinya kepada orang tersebut "Pak Hendra belum datang. Silahkan tunggu di ruang tunggu sebelah sana ya!" jawab karyawan itu sambil mengarahkan Kiran ke ruang tunggu. Setelah beberapa saat menunggu, Kiran dipanggil kembali oleh karyawan yang menyuruhnya untuk menunggu dan mengatakan bahwa Pak Hendra telah menunggu di ruangannya. Saat Kiran masuk, tanpa ba
Setelah rapat selesai, Rara segera mengajak Kiran kembali ke lantai tempat mereka bekerja, dan mengarahkan Kiran untuk duduk di meja kosong di sampingnya. "Mulai saat ini kita satu tim dan ini tempat duduk kamu," kata Rara sambil menunjukkan meja kosong sebelah mejanya. "Makasih," balas Kiran singkat sambil menaruh tas kerjanya di meja dan menyalakan komputer di depannya. "Aku mau ngasih tau sesuatu ke kamu biar nggak patah hati lebih dalam," kata Rara sambil menatap serius pada Kiran. "Aku perhatiin saat di aula kamu liatin Tuan Rayhan terus. Kamu nggak bisa jatuh hati ke beliau, kita udah beda kasta. Selain itu, kamu tau kan wanita yang duduk di sebelah Tuan Rayhan tadi?" lanjut Rara penuh peringatan. Kiran menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Rara tanpa suara karena terlalu fokus dengan cerita Rara. Dia sangat penasaaran dengan cerita tentang Rayhan terutama tentang anaknya. Kiran sendiri merasa bingung kenapa dia tiba-tiba tertarik dengan kehidupan orang lain. "I
Setelah menunggu sekian lama, Si Kembar akhirnya melihat Kiran berjalan bersama pegawai lainnya menuju kantin tempat mereka duduk saat ini. Senyuman lebar menghisai bibir Si Kembar, mereka berdua segera bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud berlari menuju Kiran."Kalo kalian berlari seperti itu, Mommy kalian pasti terkejut dan takut!" kata Aldi memperingatkan Si Kembar agar tidak mengejutkan Kiran, "Selain itu pegawai yang lain juga akan tahu mengenai Mommy kalian dan pastinya Daddy kalian juga akan tahu."Mendengar perkataan Aldi Si Kembar kembali ke duduk, mereka berdua diam memperhatikan setiap gerakan Kiran. Zahran dan Zayyan tidak ingin Kiran takut terhadap mereka, keduanya ingin Kiran menerima mereka sebagai anaknya dengan tulus dari hati yang paling dalam."Kak, aku kangen Mommy. Aku ingin peluk Mommy Kak!" rengek Zayyan sambil terus memperhatikan Kiran dari jauh."Kita harus sabar Dek. Kita nggak boleh membuat Mommy takut pada kita," balas Zahran menenangkan adiknya meski
"Kenapa malah diam?" tanya Kinan sambil mempererat pelukannya karena merasa sangat nyaman saat memeluk Si Kembar. Zahran yang mendengar pertanyaan dari Kiran segera membalikkan tubuhnya lagi dan menatap Kiran dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. "Bukannya Mommy juga membenci kita dan juga tidak ingin bertemu dengan kita lagi." "Bagaimana bisa saya membenci anak setampan dan selucu kalian?" kata Kiran sambil mencubit pipi Zahran yang menurutnya sangat mengemaskan. "Daddy, Kakek, Nenek, dan Tante Denna tidak sayang kita, mereka semua membenci kita," jawab Zahran sambil menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan kesedihannya. "Tante Erina baik ke kita karena kita anak Daddy, hanya Om Aldi yang benar-benar sayang sama kita," tambah Zayyan yang semakin menanggis terisak-isak dipelukkan Kiran. "Kata siapa hanya Om Aldi yang sayang kalian, Tante Kiran juga sayang banget sama kalian," kata Kiran menenangkan Si Kembar sambil terus memeluk dan mengelus-elus punggung kecil mereka.
Pagi ini Kiran memulainya harinya dengan perasaan yang masih kesal karena kejadian yang menimpanya kemarin siang. Kehidupan kantor yang diidamkannya seolah sirna karena CEO yang menyebalkan. Kiran tidak ada keinginan sedikit pun untuk merayu Rayhan. Dia bukanlah tipe perempuan yang suka menggoda laki-laki, apalagi laki-laki yang sudah memiliki kekasih dan tunangan. Kejadian yang menimpanya 6 tahun lalu membuatnya sedikit tidak percaya dengan laki-laki yang ditemuinya. "Dasar orang sombong dan arogan. Nggak semua orang suka sama kamu, dasar laki-laki kurang ajar!" maki Kiran meluapkan segala kekesalan dihatinya. Kiran yang sudah kesal sejak pagi dibuat kaget oleh Rara, rekan kerjanya itu begitu bersemangat memanggil Kiran dari balik meja kerjanya. Wajahnya terlihat bahagia karena tidak sabar ingin berbagi sesuatu yang menyenangkan pada Kiran "Ran, sini cepetan duduk!" teriak Rara dengan heboh. Teriakan Rara membuat karyawan-karyawan lain melihat ke arah mereka dengan pandangan kesa
Sedangkan di ruangan CEO, Rayhan terlihat begitu murka saat mengetahui adanya video yang membuat heboh satu perusahaannya. Dia memperintahkan orang-orang kepercayaannya untuk segera menghapus video tersebut dan mencari orang yang berani mempostingnya. "Saya tidak mau tahu, siang ini juga saya harus mendapatkan orang yang berani memposting video itu!" perintah Rayhan pada anak buahnya. Suasana di ruang CEO benar-benar sunyi, tidak ada seorang pun yang berani membuat suara atau bergerak sedikit pun. Semua yang ada di ruangan itu merasakan aura kemarahan Rayhan yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. "Pecat detik itu juga jika ada karyawan yang berani membicarakan video itu!" lanjut Reihan berusaha meredam amarahnya. Suasana menjadi semakin tegang saat Rayhan menatap mereka satu persatu. Tidak ada satu orang pun yang berani menatap balik mata hitam Rayhan. Mata itu seolah tahu jika seseorang sedang membohonginya. Ketika Reyhan ingin mengatakan sesuatu yang lain tiba-tiba pintu ruangan
Tangan Aldi bergetar hebat saat membaca hasil tes DNA yang ada di tangannya, pikirannya masih tak percaya jika semua yang dikatakan Si Kembar adalah kenyataan. Zahran dan Zayyan melihatnya dengan mata berbinar-binar menanti dirinya mengatakan hasil dari tes yang mereka lakukan. "Bagaimana kalian berdua bisa tau?" tanya Aldi sambil melihat Si Kembar dengan pandangan tak percaya. "Tau apa?" balas Zahran dan Zayyan bersamaan. "Bagaimana kalian bisa tahu bahwa perempuan itu Mommy kalian?" tanya Aldi lagi yang semakin bingung dengan apa yang baru saja dia ketahui. Perkataan Aldi membuat Zahran dan Zayyan tertawa bahagia, mereka belompat-lompat sambil berteriak bahwa mereka mempunyai seorang ibu. Sedangkan Aldi masih saja terdiam sambil melihat ke arah Si kembar dan kertas yang ada ditangannya bergantian, pikirannya sama sekali tidak bisa mencerna dengan baik informasi yang baru saja dia dapatkan. Tanpa Aldi sadari, Si Kembar sudah pergi dari hadapannya karena tidak sabar ingin bertemu