"Siapa kamu?" tanya salah satu dari laki-laki yang bertampang paling garang."Lepaskan istri saya!" jawab Rayhan sambil menendang perut salah satu dari mereka dengan kuat.Wajah Rayhan semakin terlihat khawatir saat melihat Kiran hanya diam saja dengan air mata yang terus turun membasahi wajah cantiknya. Berbagai tendangan dan pukulan dia arahkan tanpa menghiraukan keselamatannya, karena dalam hatinya terus berteriak untuk menyelamatkan Kiran apapun yang terjadi.Dalam hati Rayhan sedikit menyesal karena dia tidak mengajak salah satu pengawalnya malam ini. Wajah dan tubuhnya sudah terasa perih namun gerombolan laki-laki itu sama sekali tidak terlihat menyerah, ingin rasanya dia menyerah tapi rintihan suara Kiran meminta tolong membuat dirinya terus bertahan."Jangan sentuh istri saya, saya akan berikan berapa pun yang kalian inginkan!" teriak Rayhan saat laki-laki berwajah garang itu mulai menyeret tubuh Kiran menjauh."Saya adalah CEO perusahaan Bintara, saya akan melepaskan kalian d
Kiran bingung saat terbangun di tempat yang asing, matanya memandang berkeliling untuk mencari petunjuk tentang keberadaannya saat ini. Sebuah kamar mewah yang ukurannya melebihi rumah kontrakkannya dengan ranjang queen size di tengah ruangan dan lemari berukuran besar di sisi kanannya.Wajahnya berubah menjadi panik saat teringat kejadian kemarin malam, dia langsung melompat dan berlari ke arah pintu. Pikriannya semakin tidak karuan karena takut jika yang membawanya ke tempat ini adalah orang-orang yang menyergapnya diam-diam."Aku harus segera keluar dari tempat ini!" kata Kiran sambil berusaha untuk membuka pintu tersebut.Namun usahanya sia-sia karena pintunya terkunci, Kiran berlari dengan panik ke arah jendela mencoba untuk membukanya tapi dia semakin gelisah karena mengetahui bahwa dirinya berada di lantai yang cukup tinggi. Kiran kembali memutar otaknya agar dia bisa menyelamatkan dirinya dari orang-orang yang berhasil menangkapnya.Saat Kiran sibuk mencari cara untuk melarik
Hari ini merupakan hari pertama Kiran bekerja di perusahaan pusat, setelah sebelumnya dia bekerja hampir 3 tahun di perusahaan cabang yang ada di kota Y. Baju kerja berwarna biru gelap dan riasan tipis menambah kesan profesional Kiran dalam bekerja.Kiran menenangkan detak jantungnya saat berada di depan pintu masuk utama perusahaan Bintara Grup. Dilihatnya gedung yang tingginya lebih dari 20 lantai dengan perasaan cemas sekaligus bahagia. Bekerja di perusahaan utama Bintara Grup merupakan salah satu impian dari Kiran.Setelah mengambil napas beberapa kali dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut. Kiran berjalan dengan penuh percaya diri menuju meja resepsionis untuk bertanya letak ruangan HRD, tetapi sebelum dia sempat bertanya terdengar suara teriakan lembut dan mengemaskan di belakangnya."Mommy!"Kiran terkejut mendengar suara itu, hatinya tiba-tiba berdebar tidak karuan seakan-akan ada palu yang menghantamnya. Sebelum dia sempat menenangkan hatinya sebuah pelukan d
"Kita nggak akan pernah memaafkan Om Aldi karena menjauhkan kita dari Mommy!" teriak Zayyan sambil menatap Aldi dengan kesal."Kalian jangan menambah wanita di sekitar Daddy kalian!" kata Aldi sambil memijat kepalanya yang terasa pusing memikirkan ulah Si Kembar."Kita nggak nambah wanita di sekitar Daddy! Kita hanya butuh Mommy!" balas Zahran dengan wajah marah tapi semkain terlihat lucu dan menggemaskan"Baik kita bicarakan ini sebagai seorang Pria. Kita duduk di kantin sana berbicara bertiga menyelesaikan masalah ini, bagaimana?" usul Aldi mencoba untuk berdiskusi dengan Si Kembar yang kelakuannya hampir sama dengan Daddy-nya jika keinginan mereka tidak dipenuhi.Aldi duduk di depan Si Kembar setelah memesan 1 gelas kopi untuk dirinya dan 2 gelas coklat panas untuk Si Kembar. Dia memasang wajah profesional seperti sedang berhadapan dengan klien. Zahran dan Zayyan akan lebih tenang untuk diajak berbicara jika dia berpura-pura berbisnis dengan mereka."Jadi apa yang kalian inginkan?"
Kiran melangkah penuh percaya diri diiringin dengan senyuman ramah masuk ke dalam perusahaan Bintara. Tak lupa Kiran menyapa satpam dan resepsionis yang berjaga di lobby perusahaan Bintara dengan sopan. Dia juga antri di depan lift bersama karyawan lainnya dengan hati yang berdebar-debar. Saat Lift berhenti di lantai 8, jantung Kiran semakin berdetak lebih cepat. Dia melangkah perlahan mendekat ke arah salah satu karyawan yang sedang bersiap-siap untuk bekerja "Permisi, saya Kiran karyawan pindahan dari cabang di kota Y. Bu Citra kemarin meminta saya untuk bertemu Pak Hendra selaku kepala divisi di sini," kata Kiran memperkenalkan dirinya kepada orang tersebut "Pak Hendra belum datang. Silahkan tunggu di ruang tunggu sebelah sana ya!" jawab karyawan itu sambil mengarahkan Kiran ke ruang tunggu. Setelah beberapa saat menunggu, Kiran dipanggil kembali oleh karyawan yang menyuruhnya untuk menunggu dan mengatakan bahwa Pak Hendra telah menunggu di ruangannya. Saat Kiran masuk, tanpa ba
Setelah rapat selesai, Rara segera mengajak Kiran kembali ke lantai tempat mereka bekerja, dan mengarahkan Kiran untuk duduk di meja kosong di sampingnya. "Mulai saat ini kita satu tim dan ini tempat duduk kamu," kata Rara sambil menunjukkan meja kosong sebelah mejanya. "Makasih," balas Kiran singkat sambil menaruh tas kerjanya di meja dan menyalakan komputer di depannya. "Aku mau ngasih tau sesuatu ke kamu biar nggak patah hati lebih dalam," kata Rara sambil menatap serius pada Kiran. "Aku perhatiin saat di aula kamu liatin Tuan Rayhan terus. Kamu nggak bisa jatuh hati ke beliau, kita udah beda kasta. Selain itu, kamu tau kan wanita yang duduk di sebelah Tuan Rayhan tadi?" lanjut Rara penuh peringatan. Kiran menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Rara tanpa suara karena terlalu fokus dengan cerita Rara. Dia sangat penasaaran dengan cerita tentang Rayhan terutama tentang anaknya. Kiran sendiri merasa bingung kenapa dia tiba-tiba tertarik dengan kehidupan orang lain. "I
Setelah menunggu sekian lama, Si Kembar akhirnya melihat Kiran berjalan bersama pegawai lainnya menuju kantin tempat mereka duduk saat ini. Senyuman lebar menghisai bibir Si Kembar, mereka berdua segera bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud berlari menuju Kiran."Kalo kalian berlari seperti itu, Mommy kalian pasti terkejut dan takut!" kata Aldi memperingatkan Si Kembar agar tidak mengejutkan Kiran, "Selain itu pegawai yang lain juga akan tahu mengenai Mommy kalian dan pastinya Daddy kalian juga akan tahu."Mendengar perkataan Aldi Si Kembar kembali ke duduk, mereka berdua diam memperhatikan setiap gerakan Kiran. Zahran dan Zayyan tidak ingin Kiran takut terhadap mereka, keduanya ingin Kiran menerima mereka sebagai anaknya dengan tulus dari hati yang paling dalam."Kak, aku kangen Mommy. Aku ingin peluk Mommy Kak!" rengek Zayyan sambil terus memperhatikan Kiran dari jauh."Kita harus sabar Dek. Kita nggak boleh membuat Mommy takut pada kita," balas Zahran menenangkan adiknya meski
"Kenapa malah diam?" tanya Kinan sambil mempererat pelukannya karena merasa sangat nyaman saat memeluk Si Kembar. Zahran yang mendengar pertanyaan dari Kiran segera membalikkan tubuhnya lagi dan menatap Kiran dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. "Bukannya Mommy juga membenci kita dan juga tidak ingin bertemu dengan kita lagi." "Bagaimana bisa saya membenci anak setampan dan selucu kalian?" kata Kiran sambil mencubit pipi Zahran yang menurutnya sangat mengemaskan. "Daddy, Kakek, Nenek, dan Tante Denna tidak sayang kita, mereka semua membenci kita," jawab Zahran sambil menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan kesedihannya. "Tante Erina baik ke kita karena kita anak Daddy, hanya Om Aldi yang benar-benar sayang sama kita," tambah Zayyan yang semakin menanggis terisak-isak dipelukkan Kiran. "Kata siapa hanya Om Aldi yang sayang kalian, Tante Kiran juga sayang banget sama kalian," kata Kiran menenangkan Si Kembar sambil terus memeluk dan mengelus-elus punggung kecil mereka.