Kiran melangkah penuh percaya diri diiringin dengan senyuman ramah masuk ke dalam perusahaan Bintara. Tak lupa Kiran menyapa satpam dan resepsionis yang berjaga di lobby perusahaan Bintara dengan sopan. Dia juga antri di depan lift bersama karyawan lainnya dengan hati yang berdebar-debar.
Saat Lift berhenti di lantai 8, jantung Kiran semakin berdetak lebih cepat. Dia melangkah perlahan mendekat ke arah salah satu karyawan yang sedang bersiap-siap untuk bekerja
"Permisi, saya Kiran karyawan pindahan dari cabang di kota Y. Bu Citra kemarin meminta saya untuk bertemu Pak Hendra selaku kepala divisi di sini," kata Kiran memperkenalkan dirinya kepada orang tersebut
"Pak Hendra belum datang. Silahkan tunggu di ruang tunggu sebelah sana ya!" jawab karyawan itu sambil mengarahkan Kiran ke ruang tunggu.
Setelah beberapa saat menunggu, Kiran dipanggil kembali oleh karyawan yang menyuruhnya untuk menunggu dan mengatakan bahwa Pak Hendra telah menunggu di ruangannya. Saat Kiran masuk, tanpa basa-basi Pak Hendra segera mengajak Kiran keluar lagi untuk diperkenalkan kepada rekan-rekan kerjanya.
Hati Kiran berdetak dengan cepat saat akan bertemu rekan-rekan barunya. Dia tidak tahu apakah nantinya mereka akan sama dengan rekan-rekannya di kota Y atau mereka akan saling bersaing untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi.
"Perhatian semuanya! Ini Kiran rekan baru kita yang merupakan pindahan dari anak cabang di kota Y, untuk perkenalan lebih lanjut silahkan nanti setelah kita rapat bulanan di aula. Sebaiknya kita cepat ke sana sebelum terlambat dan mendapatkan potongan gaji!" kata Pak Hendra singkat karena terburu-buru melangkahkan kakinya menuju aula.
Perkataan Pak Hendra membuat beberapa karyawan segera berdiri dan berjalan keluar dengan cepat. Kiran yang melihat hal itu hanya terdiam karena terlalu terkejut dengan apa yang sedang terjadi dan bingung akan melakukan apa.
"Aku Rara. Ayo pergi sebelum kita terlambat!" ajak karyawan yang tadi berbicara dengannya. Kiran yang tidak mengerti peraturan di perusahaan barunya mengikuti langkah Rara tanpa bicara sedikit pun.
Mereka berdua menuju ruangan aula yang sangat besar dan luas. Aula itu sudah dipenuhi karyawan-karyawan dari divisi lain yang sedang berdiskusi satu dengan lainnya. Kiran mengikuti Rara untuk duduk di bagian belakang bergabung dengan rekan-rekan divisinya yang lain.
"Setiap bulan tanggal 7 perusahaan ini akan mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh semua karyawan. Tujuannya biar kita semua tahu pencapaian perusahaan dalam sebulan ini. Selain itu kita juga akan mengetahui masalah apa saja yang sedang dihadapi perusahaan saat ini," kata Rara menjelaskan pada Kiran yang terlihat kebingungan
"Memangnya di cabang kota Y tidak pernah diadakan rapat seperti ini Ran?" tambah Rara dengan wajah keheranan.
Kiran hanya mengelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan dari Rara, dia masih mencerna semua informasi yang baru dia dapatkan. Peraturan di perusahaan lama tidak seperti di sini, di perusahaan lama lebih santai dan tidak seketat perusahaan utama.
"Kalo gitu sebaiknya lo diam aja selama rapat karena sedikit berisik bakal kena masalah. CEO kita benar-benar orang yang dingin dan nggak berperasaan kecuali khusus untuk kekasihnya," lanjut Rara menjelaskan keadaan di perusahaan ini.
Mendengar hal itu, Kiran hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya. Setelah beberapa saat, suasana di dalam aula tiba-tiba sunyi tanpa ada suara sedikit pun. Keadaan berubah menjadi tegang dan hawa di sekitar Kiran menjadi lebih dingin.
Pintu utama ruang aula terbuka lebar dan seorang pria melangkah masuk diikuti oleh beberapa orang di belakangnya. Pria tersebut menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan kanan kirinya. Langkah lebar dan tegap menambah pesona dari pria tersebut. Kiran juga merasa terpesona dengan aura dari pria tersebut sehingga tanpa sadar matanya menatap sampai lupa berkedip.
"Beliau itu CEO kita, Tuan Rayhan Attair Bintara. Pewaris perusahaan Bintara ini. Dia udah punya tunangan dan kekasih, lo nggak bakal punya kesempatan buat deketin dia. Selain itu, dia juga udah punya anak kembar yang ganteng dan lucu banget," bisik Rara pelan karena melihat Kiran yang terpesona dengan Rayhan.
"Tunangan? Kekasih? Anak?" tanya Kiran bingung dengan perkataan Rara.
"Nanti aku jelasin, sekarang kita diam dulu!" bisik Rara sambil mengangkat telunjuknya kedekat bibirnya.
Setelah itu, mereka berdua diam mengikuti rapat perusahaan bulanan dengan serius. Kiran mencoba fokus mendengarkan rapat ini tapi pandangannya selalu terarah ke arah Rayhan yang duduk di depan. Perasaan aneh menyelimuti pikiran Kiran saat melihat wajah Rayhan. Rasanya mereka berdua seperti pernah bertemu tapi dia lupa kapan dan dimana.
Kiran bingung saat terbangun di tempat yang asing, matanya memandang berkeliling untuk mencari petunjuk tentang keberadaannya saat ini. Sebuah kamar mewah yang ukurannya melebihi rumah kontrakkannya dengan ranjang queen size di tengah ruangan dan lemari berukuran besar di sisi kanannya.Wajahnya berubah menjadi panik saat teringat kejadian kemarin malam, dia langsung melompat dan berlari ke arah pintu. Pikriannya semakin tidak karuan karena takut jika yang membawanya ke tempat ini adalah orang-orang yang menyergapnya diam-diam."Aku harus segera keluar dari tempat ini!" kata Kiran sambil berusaha untuk membuka pintu tersebut.Namun usahanya sia-sia karena pintunya terkunci, Kiran berlari dengan panik ke arah jendela mencoba untuk membukanya tapi dia semakin gelisah karena mengetahui bahwa dirinya berada di lantai yang cukup tinggi. Kiran kembali memutar otaknya agar dia bisa menyelamatkan dirinya dari orang-orang yang berhasil menangkapnya.Saat Kiran sibuk mencari cara untuk melarik
"Siapa kamu?" tanya salah satu dari laki-laki yang bertampang paling garang."Lepaskan istri saya!" jawab Rayhan sambil menendang perut salah satu dari mereka dengan kuat.Wajah Rayhan semakin terlihat khawatir saat melihat Kiran hanya diam saja dengan air mata yang terus turun membasahi wajah cantiknya. Berbagai tendangan dan pukulan dia arahkan tanpa menghiraukan keselamatannya, karena dalam hatinya terus berteriak untuk menyelamatkan Kiran apapun yang terjadi.Dalam hati Rayhan sedikit menyesal karena dia tidak mengajak salah satu pengawalnya malam ini. Wajah dan tubuhnya sudah terasa perih namun gerombolan laki-laki itu sama sekali tidak terlihat menyerah, ingin rasanya dia menyerah tapi rintihan suara Kiran meminta tolong membuat dirinya terus bertahan."Jangan sentuh istri saya, saya akan berikan berapa pun yang kalian inginkan!" teriak Rayhan saat laki-laki berwajah garang itu mulai menyeret tubuh Kiran menjauh."Saya adalah CEO perusahaan Bintara, saya akan melepaskan kalian d
Sudah 1 minggu Kiran tidak lagi bekerja di perusahaan Bintara, panggilan dari Rara dan kepala divisi dia abaikan tanpa ingin menjelaskan apa yang terjadi sedikit pun. Dia memutuskan untuk tidak lagi bersentuhan dengan hal-hal yang berhubungan dengan Rayhan, kecuali kedua anak kembarnya Zahran dan Zayyan. Saat ini dia lebih memilih untuk bekerja paruh waktu di toko serba ada di dekat rumah kontrakkannya sambil mencari cara untuk mendapatkan hak asuh kedua anaknya. Dia tidak akan membiarkan Si Kembar hidup sengsara di dekat orang-orang yang tidak menginginkan kehadirannya. Cerita Rara dan Aldi mengenai kedua anaknya semakin meyakinkan Kiran untuk membebaskan Zahran dan Zayyan. "Terima kasih atas kedatangannya, silahkan datang kembali!" kata Kiran sambil tersenyum profesional saat seorang pembeli melangkah keluar dari toko. "Aku harus mencari pekerjaan yang lebih layak sebelum aku menuntut hak asuh kedua anakku," lanjut Kiran sambil menghela napasnya dengan kasar. Hujan deras dan mie
Kiran langsung merebahkan dirinya sesaat setelah sampai di rumah kontrakannya, tubuh dan pikirannya terasa begitu lelah setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi 6 tahun lalu. Satu demi satu bayangan tentang kejadian naas itu kembali berputar di dalam kepalanya sampai membuat dia menjerit kesakitan. "Aku nggak boleh lemah, aku harus kuat demi kedua anakku!" kata Kiran sambil meminum obat penenang miliknya. "Aku harus bisa ngerebut Zahran dan Zayyan dari tangan laki-laki brengsek itu," tambah Kiran mencoba untuk menguatkan dirinya meskipun dengan tubuh yang gemetar karena penyakit psikologisnya mulai muncul kembali. Dalam hati Kiran timbul perdebatan tentang apa yang terjadi hari ini. Pertemuannya dengan kedua anak kembarnya membuat dirinya bersyukur bahwa di dunia ini dia masih memiliki keluarga yang membutuhkannya, namun kemunculan Rayhan membuat dirinya harus berjuang kembali untuk melawan masa lalunya yang suram. Tangannya tanpa sadar meraih ponselnya untuk melihat foto ked
Kiran tersenyum sinis saat mendengar pertanyaan Rayhan, tangannya semakin mencengkeram erat kerah baju laki-laki yang ada dihadapannya. Rasa kesal, marah, sedih, dan kecewa bercampur menjadi satu dalam hati dan pikirannya. Saat dia ingin membuang semua kenangan buruk masa lalu, tiba-tiba satu per satu rasa penasarannya terjawab. Anak yang selama ini dia rindukan dan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya tiba-tiba muncul dihadapannya tanpa permisi. "Saya adalah mimpi buruk anda dan anda adalah mimpi buruk saya!" bentak Kiran sambil menyeringai tipis karena terlalu kesal mengingat penderitaannya selama ini. Perkataan Kiran membuat rasa penasaran Rayhan semakin besar, tapi saat dia melihat mata coklat Kiran dia sama sekali tidak berani untuk mengatakan hal yang ada dipikirannya. Rasa bersalah membuat Rayhan hanya bisa diam bahkan saat Kiran kembali menemparnya hingga Aldi menghentikannya. Wajah Kiran yang dipenuhi air mata membuat bayangan-bayangan 6 tahun lalu kembali terlintas
Kiran menghela napasnya sambil melihat ke arah anak-anak kembarnya yang sedang sibuk makan es krim coklat. Air matanya kembali mengalir mengingat cerita Rara tentang apa yang selama ini dialami oleh Si kembar. "Apa yang anda ketahui tentang kejadian ini?" tanya Kiran sambil menatap Aldi tajam. "Apa kamu benar-benar tidak mengetahui bahwa Zahran dan Zayyan adalah anak kamu?" balas Aldi memastikan bahwa Kiran sama sekali tidak mempunyai tujuan tidak baik pada keluarga Bintara. "Apa anda pikir saya orang jahat yang tega membuang anak saya demi harta tak berguna itu?" bentak Kiran sampai membuat beberapa orang di sekitar melihat ke arahnya. Perkataan Kiran membuat Aldi sedikit malu karena sempat berpikiran buruk tentang Kiran, padahal selama beberapa hari ini dia tahu bahwa Kiran sama sekali tidak pernah mendekati Si Kembar kecuali mereka yang mendekati Kiran terlebih dahulu. Tanpa banyak bicara lagi Aldi segera menceritakan apa yang dia ketahui tentang kemunculan tiba-tiba Si kembar