Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa

Rahasia Cinta : CEO Lumpuh Dan Si Gadis Desa

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Oleh:  Winda SiscaaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
15Bab
646Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Elara Rose nekat pergi ke kota untuk mengejar mimpi menjadi seorang tour guide internasional. Demi membiayai kuliahnya, ia menerima pekerjaan sebagai perawat pribadi seorang pria kaya yang ia kira sudah lanjut usia. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa kliennya adalah seorang CEO muda yang kasar dan arogan. Pertemuan mereka diwarnai konflik tiada henti. Meski awalnya saling membenci, perlahan mereka saling terpikat. Akan tetapi, rahasia besar terkuak saat mereka mulai tertarik satu sama lain. Akankah mereka mampu mengatasi keraguan untuk bersama, ataukah cinta mereka hanya akan tersimpan menjadi rahasia yang tak pernah terungkap? Sebuah kisah penuh romansa dan komedi siap menghibur, yuk baca kisah selengkapnya!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Elara, dengarkan Ayah! Anak Pak Lurah itu lelaki baik, masa depanmu akan terjamin kalau kau menikah dengannya," Suara berat dari ruang tamu memecah keheningan pagi itu.

Elara Rose menggeleng tegas, matanya memancarkan tekad yang kuat.

"Ayah, aku sudah bilang. Aku ingin kuliah, aku ingin mengejar mimpiku menjadi tour guide internasional!" Suaranya bergetar, separuh karena emosi, separuh karena takut membuat suasana semakin memanas.

"Tour guide? Apa kau tidak waras, Elara? Hidup di kota itu keras, dan kau tahu keluarga kita tidak punya cukup uang untuk itu!" Suara lembut tapi sarat kekhawatiran menyela. "Anak Pak Lurah itu mau melamarmu. Kau tidak perlu susah payah lagi kalau menikah dengannya."

"Ayah, Ibu, tolong mengerti. Aku tidak mau menikah hanya demi uang. Aku ingin punya hidupku sendiri, dan aku sudah menabung. Aku bisa membiayai kuliahku!" Elara bersikeras, meski hatinya agak ragu melihat wajah kecewa di depannya.

Tangan besar menghantam meja kayu, membuat gelas teh bergetar. "Kau keras kepala sekali! Kalau kau pergi, jangan harap kau bisa kembali ke rumah ini lagi!"

Air mata menggenang di mata Elara, tetapi ia menegakkan bahunya.

"Baik. Kalau itu yang Ayah inginkan." Tanpa menunggu respon lebih lanjut, ia berlari ke kamarnya, mengunci pintu, dan segera merapikan pakaian ke dalam tas kecil. Di bawah tempat tidurnya, ia mengeluarkan batok kelapa yang berisi uang tabungannya selama beberapa tahun terakhir. 

Malam itu, dengan langkah pelan agar tidak membangunkan siapa pun, Elara meninggalkan rumahnya. Desa yang sunyi dan penuh kenangan itu tampak seperti bayangan kelam di bawah sinar rembulan. Hatinya berat, tetapi ia tahu ini adalah satu-satunya cara untuk meraih apa yang ia impikan.

Beberapa jam kemudian, Elara tiba di terminal bus di kota kabupaten tempat ia dibesarkan, ia duduk sendirian dengan tas di pangkuannya. Kepalanya terasa penuh dengan pikiran kalut, rasa bersalah, ketakutan, dan juga percikan sisa semangatnya.

"Pergi ke kota, ya?" tanya seseorang, memecah lamunannya.

"Iya, Pak," jawab Elara singkat, mencoba tersenyum.

"Hati-hati di kota. Jangan mudah percaya sama orang." Pesan itu terdengar tulus, sebelum lelaki paruh baya itu berlalu meninggalkannya sendiri lagi.

Sesaat kemudian, bus yang ditunggu tiba. Dengan hati yang campur aduk, Elara melangkah naik, mencari tempat duduk dekat jendela. Perjalanan menuju ke kota tujuannya hanya butuh beberapa jam saja dari kota kabupaten, tetapi rasanya seperti sangat lama. Elara memandang keluar jendela, mencoba menenangkan dirinya. Dia harus sukses. Dia harus membuktikan bahwa mimpinya bukan hanya angan-angan kosong.

Saat bus berhenti di terminal kota, Elara menurunkan tasnya dengan hati-hati. Gemuruh keramaian dan hiruk pikuk kendaraan membuatnya terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa gugup yang menyerangnya.

"Kamu mau ke mana? Butuh ojek?" tanya seseorang, menyadarkannya.

"Ah, tidak. Terima kasih," jawab Elara gugup sambil melangkah menjauh. Ia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, alamat rumah kost yang sudah ia cari sebelumnya. Meski tabungannya cukup untuk biaya awal, ia tahu harus segera mencari pekerjaan untuk bertahan hidup.

Langkah-langkah kecil Elara membawa dirinya ke depan sebuah rumah kost sederhana. Pemilik rumah, seorang ibu paruh baya, menyambutnya dengan senyum hangat.

"Jadi, kamu Elara? Kamu yang telepon kemarin, kan?" tanya pemilik rumah.

"Iya, Bu. Ini saya," jawab Elara sambil tersenyum kecil. "Saya mau bayar uang sewanya untuk sebulan dulu."

"Baik, kamar kamu di lantai dua. Silakan naik, kalau ada yang kamu butuhkan, bilang saja ke Ibu, ya," kata wanita itu ramah.

Setelah mengatur barang-barangnya, Elara duduk di tepi tempat tidur kecil itu. Untuk pertama kalinya sejak meninggalkan rumah, ia merasa benar-benar sendirian. Namun, ia juga merasa bebas. Besok adalah awal baru, perjalanan panjang untuk mewujudkan mimpinya.

Keesokan paginya, Elara bangun dengan tekad dan semangat yang baru. Ia pergi ke kampus untuk mengurus pendaftaran terakhir dan memastikan semuanya berjalan lancar. Setelah itu, ia berjalan-jalan di sekitar kota untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Restoran kecil, toko kelontong, bahkan laundry—semua ia datangi, tetapi jawabannya selalu sama: "Kami tidak butuh karyawan, saat ini."

Langkah kakinya membawa dia ke sebuah halte bus. Mata Elara tertuju pada satu selebaran yang mencolok: "Dibutuhkan perawat pribadi. Bayaran tinggi. Pengalaman tidak diperlukan."

"Perawat pribadi?" gumam Elara, alisnya mengerut. Pekerjaan itu terdengar aneh, tetapi bayaran tinggi yang disebutkan di selebaran itu menarik perhatiannya. Tanpa pikir panjang, ia mencatat nomor kontak yang tertera.

Keesokan harinya, Elara menghadiri wawancara di sebuah kantor penyalur tenaga kerja.  Hatinya berdebar menunggu gilirannya untuk masuk ke dalam ruangan. Saat namanya dipanggil, ia pun masuk ke dalam ruang wawancara. Di sana, Ia disambut oleh seorang wanita paruh baya yang tampak dingin dan tegas.

"Elara Rose, ya? Silakan duduk," kata wanita itu, membaca profilnya..

"Terima kasih, Bu," jawab Elara, mencoba menenangkan diri.

"Apa kamu yakin akan melamar pekerjaan sebagai perawat?” tanya wanita itu, menurunkan kacamatanya.

“Saya sangat yakin, Bu.”

“Pekerjaan ini tidak mudah, kamu harus merawat klien kami yang berasal dari keluarga terpandang. Ia membutuhkan perhatian khusus. Dia kehilangan kepercayaan pada beberapa perawat sebelumnya, jadi kami butuh seseorang yang sabar dan bisa menjaga rahasianya," jelasnya.

Rahasia? Apa maksudnya? Pertanyaan itu muncul dalam benak Elara. Namun, ia segera tersadar saat pemilik yayasan menggeser kursi, dan melangkah mendekatinya.

“Apa kamu gugup?” tuduhnya.

"Sssayaa… tidak, emmaksud saya, saya akan berusaha bekerja sebaik mungkin, Bu," jawab Elara dengan yakin.

"Baiklah. Kamu bisa mulai besok," kata wanita itu. "Oh, satu hal lagi. Jangan kaget jika kamu tidak diberitahu banyak tentang klien kita. Itu untuk menjaga privasi mereka."

Elara mengangguk, meski rasa penasaran mulai mengusik pikirannya. Siapa sebenarnya klien ini? Dan kenapa pekerjaan ini terasa begitu misterius?

Ia tidak tahu bahwa pekerjaan ini akan mengubah hidupnya selamanya. Elara begitu bersemangat menyambut hari barunya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin.

“Baiklah… sekarang, Suster Elara. Dasar orang kaya, mereka tidak mau bersusah payah merawat orang tuanya saat sudah tua. Tapi, dengan begitu aku jadi punya pekerjaan. Meskipun, harus merawat lansia lumpuh.” Elara Rose tersenyum saat menyebut namanya sendiri dan merapikan blousenya.

Hari pertama bekerja, Elara berdiri di depan rumah megah itu dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Gerbang besar terbuka perlahan, memperlihatkan taman luas dan jalan setapak menuju pintu utama. Ketika ia mengetuk pintu, seorang wanita berseragam ART membukakan dan mempersilakannya masuk.

"Silakan tunggu di sini," ujar wanita itu, meninggalkan Elara sendirian di ruang tamu yang terasa sepi, meski mewah.

Elara menggigit bibirnya, mencoba mengusir rasa gugup. Terdengar suara langkah kaki mendekat, berat dan lambat. Ia menoleh, berharap bertemu dengan sosok yang akan menjadi kliennya. Akan tetapi, langkah itu berhenti sebelum sampai di tempatnya menunggu sang Majikan.

"Dia sudah siap?" Suara seseorang bertanya di sisi yang tak terlihat, entah berbicara kepada siapa.

Pelan-pelan, pintu kamar di dekat tangga itu terbuka. Suara langkah kaki dan roda dari kursi roda yang didorong, terdengar saling bersahutan. Dan, itu cukup untuk menghentikan napas Elara sejenak. Sosok yang muncul membuat hatinya mendadak gelisah. Wajahnya tampak  terkejut, tak mampu ia sembunyikan.

"Apa benar ini... klienku?" tanyanya di dalam hati yang berdebar.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
15 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status