Share

21. Bukan Taruhan

Aku tercengang ketika sebuah kertas terkambang di depanku. Sebuah surat perjanjian tentang taruhan antara kami berdua.

            “Kau bisa menandatanganinya jika setuju,” kata Hwan santai. Dia menyesap kopinya perlahan.

            Hwan membawaku ke sebuah café tak jauh dari rumah. Suara music indie bergema di seluruh langit langit café. Banyak yang datang meskipun baru pukul sembilan pagi. Ada yang mampir karena hendak berangkat bekerja, atau anak sekolah yang mungkin saja membolos atau masuk siang? Pokoknya banyak orang yang datang dan café pagi itu tak sepi.

            Seorang waiters baru saja menyajikan sepotong kue sesuai pesananku sebelumnya. Lebih tepatnya Hwan yang memesan.

            “In

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status