Home / Romansa / Rahasia Hati Mafia Dingin / RHMD 3 Menikahlah denganku

Share

RHMD 3 Menikahlah denganku

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-05-03 00:17:48

Suasana kafe di pusat kota Macau seharusnya terasa hangat. Aroma kopi, suara alat penggiling biji yang berputar, dan obrolan pelan di tiap sudut ruangan membuat suasana ideal untuk dua orang yang sedang menjalin sesuatu.

Tapi tidak untuk Ruby.

Ia duduk di kursi kayu keras, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja. Matanya mengarah ke luar jendela, menyaksikan orang-orang berlalu-lalang semua tampak bebas, semua kecuali dirinya.

Gerry duduk di seberangnya, mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung dan jam tangan mahal yang tak pernah lepas dari pergelangan tangannya. Di depannya, secangkir espresso yang nyaris tak disentuh.

“Aku tahu Kau tidak suka ini,” ujar Gerry akhirnya, suaranya datar tapi tidak bermusuhan. “Dan jujur saja, aku juga tidak menginginkannya.”

Ruby menoleh cepat. “Lalu kenapa Kau tetap di sini?”

Gerry mengangkat bahu. “Karena aku tidak punya pilihan. Ini tentang keluarga. Tentang bisnis. Kau tahu sendiri bagaimana orang tua kita.”

Ruby menghela napas, memalingkan wajah lagi. “Aku tidak bisa menikah karena alasan itu.”

“Aku pun begitu,” kata Gerry sambil tersenyum miring. “Makanya aku ada ide. Kita jalani saja. Pernikahan ini tetap terjadi di atas kertas, demi keluarga. Tapi kehidupan pribadi? Bebas. Kau boleh bertemu siapa pun. Aku juga. Kita hanya perlu main peran.”

Ruby langsung menatapnya tajam. “Jadi Kau ingin aku berpura-pura menikah sambil hidup seolah tidak menikah?”

“Ya,” jawab Gerry tenang. “Kau bebas mencintai siapa pun yang Kau mau. Aku juga. Kita hanya menjaga citra.”

Ruby menggigit bibir bawahnya, lalu menggeleng. “Kedengarannya menjijikkan.”

“Kenapa?” tanya Gerry, mencondongkan tubuh ke depan. “Kecuali Kau punya rencana lain... atau seseorang yang Kau ingin nikahi.”

“Itu bukan urusanmu.”

Gerry tertawa pelan. “Benar. Tapi itu satu-satunya alasan yang bisa membuatmu lolos dari perjodohan ini. Kalau Kau bisa tunjukkan bahwa Kau punya pria yang pantas... Ayahmu mungkin akan berhenti memaksamu.”

Ruby menatap ke cangkirnya yang sudah dingin. Suaranya pelan, nyaris seperti gumaman. “Pantas menurut siapa?”

Gerry meneguk espresso-nya yang akhirnya disentuh. “Menurut orang tuamu. Dan dunia mereka.”

Hening membentang beberapa detik.

Ruby sadar, jika ia tidak menemukan caranya sendiri... maka hidupnya akan ditentukan oleh meja pertemuan dan tanda tangan di buku nikah yang tak punya arti apa-apa.

Tapi... apakah ia cukup nekat untuk menolak semuanya?

Atau... cukup berani untuk menikahi pria yang bahkan ia tak benar-benar kenal?

*** 

Esok hari, langkah Ruby menyusuri trotoar siang itu terasa berat, meski matahari bersinar cerah dan angin laut membawa aroma asin yang familiar dari Pelabuhan Macau. Di pundaknya tergantung tas kerja, dan di tangannya secangkir kopi yang sudah dingin setengah jalan. Pikirannya masih sibuk memutar ulang percakapan dengan Gerry.

Pura-pura menikah? Menjijikkan. Tapi apa alternatifnya?

Ia menarik napas panjang dan menggeleng, mencoba mengusir beban itu dari pikirannya. Saat melintas di ruas jalan yang lebih sepi, ia melihat sebuah proyek pembangunan di sisi kanan jalan. Rangka baja dan kayu berdiri kaku di bawah sinar matahari, diapit tumpukan semen dan alat berat. Beberapa pekerja berseragam oranye dan helm kuning berlalu-lalang di antara debu dan suara mesin.

Ruby mempercepat langkah, ingin segera melewati lokasi bising itu.

Namun tiba-tiba—

BRUK!

Suara keras terdengar dari atas. Sebuah pipa logam panjang terlepas dari tangannya seorang pekerja, meluncur turun dari lantai dua dan jatuh... tepat ke arah Ruby.

Ruby membeku. Semuanya terlalu cepat.

Tapi sebelum benda itu sempat menyentuh tanah, tangan kuat menarik tubuhnya menjauh, memeluknya erat dan membalikkan posisi mereka.

DUAAR!

Pipa itu menghantam aspal keras, menciptakan suara nyaring dan debu yang mengepul.

Ruby terengah. Ia mendongak, dan matanya terkunci pada wajah yang begitu dikenalnya, meski belum lama.

Nio.

Dia berdiri tegak di depannya, masih memegangi lengan Ruby, napasnya sedikit memburu. Helm kerjanya miring, tangan dan bajunya berdebu, tapi mata itu... mata yang sama, tajam dan gelap, menatap Ruby seolah ia tak pernah pergi.

Beberapa pekerja lain berlarian ke arah mereka, termasuk mandor yang langsung memarahi pekerja ceroboh di atas. Tapi dunia Ruby dan Nio seolah terhenti di tengah keramaian itu.

“Kau...” gumam Ruby pelan. “Nio?”

Nio menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk kecil. Wajahnya tetap tenang, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sedikit lebih lembut... atau mungkin itu hanya perasaan Ruby yang terlalu kacau.

“Kau baik-baik saja?” tanya Nio, suaranya rendah tapi jelas.

Ruby mengangguk perlahan, masih sulit percaya pada pertemuan ini. “Aku... aku tidak nyangka ketemu Kau lagi.”

Nio menatapnya sesaat sebelum melepas genggaman di lengannya. “Aku kerja di sini.”

Ruby memandangi sekeliling proyek bangunan yang nyaris mencelakainya... ternyata menyimpan satu hal yang selama ini ingin ia cari.

Mungkin, hanya mungkin, semesta memang tak pernah berniat memisahkan mereka.

*** 

Kini mereka berada di sebuah restoran. Ruby mengajak Nio untuk makan siang sebagai tanda terimakasih. Nio duduk kaku di seberang Ruby, mengenakan kaos polos yang terlalu tipis untuk ruangan ber-AC dan celana jeans lusuh. Ia jelas tak biasa berada di tempat seperti ini. Ia bahkan belum menyentuh gelas air mineralnya, sementara Ruby sibuk membolak-balik buku menu.

"Aku pesan pasta carbonara, Kau mau apa?" tanya Ruby sambil tersenyum lembut.

Nio ragu. "Yang paling murah aja."

Ruby tertawa kecil. "Ini traktiranku. Tenang aja."

Setelah pelayan mencatat pesanan mereka, Nio menunduk sedikit, menatap taplak meja.

“Kau seharusnya tidak membawa aku ke tempat seperti ini,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. “Lihat mereka!”

Beberapa tamu restoran memang sempat melirik Nio saat mereka masuk. Beberapa dengan tatapan penasaran, sebagian lainnya dengan cibiran yang tak disembunyikan.

Ruby menatap Nio dengan senyum yang lebih hangat. “Biarkan mereka menatap. Mungkin karena Kau lebih tampan dari yang mereka bayangkan.”

Nio mengangkat alis, sedikit tidak yakin apakah Ruby bercanda atau tidak.

"Aku serius," lanjut Ruby. “Mereka tidak tahu Kau siapa. Tapi aku tahu.”

Nio hanya menatapnya, diam.

Lalu makanan datang dan mereka mulai makan dengan hening. Diam-diam Ruby, memperhatikan wajah pria di depannya.

Ada sesuatu dari Nio yang tak bisa ia abaikan, garis tegas rahangnya, sorot mata tajam tapi sering kosong, dan gestur tubuh yang tenang terlalu tenang, bahkan untuk seorang buruh bangunan.

Dan yang paling aneh... caranya menjawab.

Ruby mengangkat garpu, lalu sambil iseng berkata dengan aksen aneh, “Ti piace la pasta?”

Nio tanpa berpikir, menjawab: “Sì, è buona.”

Ruby terdiam.

Ia menatap Nio, terkejut. “Kau mengerti bahasa itu?”

Nio terlihat bingung sesaat. “Aku... asal saja tadi. Tapi... itu artinya ‘ya, enak’, kan?”

Ruby mengangguk perlahan. “Kau tidak sadar barusan jawab pakai bahasa Italia?”

Nio memandang tangannya, lalu ke piringnya. Ia menggeleng pelan. “Entahlah... hanya keluar sendiri aja.”

Ada keheningan aneh di antara mereka. Sesuatu bergeser. Sesuatu yang tersembunyi di balik kepala yang hilang ingatan, tapi tubuh yang masih menyimpan memori.

Ruby tersenyum kecil, menyembunyikan degup jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ia tidak tahu siapa sebenarnya pria ini... tapi semakin hari, ia semakin ingin tahu.

“Nio ... menikahlah denganku,” ucap Ruby tanpa berpikir panjang

bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (22)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
what??? ini kalau ak yg jadii niooo langsung kusemburkan makanan yg ada dimulut saking kagetnya. wkwkwkkwkwwk to the point bgt km by
goodnovel comment avatar
Endah Spy
kenalan dulu weh masa langsung mau nikah aja
goodnovel comment avatar
Indri Irmayanti
btw Nio sdh tdk tinggal sama Nenek Lina lagi kh? si Gerry seenak jidat mau buat aturan itu, nggk ada jaminan klo tiap malam dia bakal minta jatah sama Ruby. untung di Gerry, buntung di Ruby dong. Nio bakal jawab apa ya kira-kira?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 132

    Kantor itu tampak sepi saat Nio masuk. Langkah kakinya bergema di lantai marmer yang mengkilap. Lampu-lampu gantung bergaya minimalis menggantung di langit-langit tinggi, menciptakan suasana yang dingin dan steril. Di tengah ruangan luas itu, pintu kaca buram tampak setengah terbuka. Nio mendorongnya perlahan dan melangkah masuk.“Sarah?” panggilnya, matanya menyapu ruangan yang tertata rapi tapi kosong.Tiba-tiba, dari balik tirai, Sarah muncul dengan kilat tajam di matanya dan di tangannya, sebuah pisau berkilat meluncur cepat ke arah Nio. Refleks, Nio menangkis dengan lengannya, tapi serangan lanjutan datang tanpa jeda. Sarah menyerang dengan kecepatan dan presisi seperti seorang pemburu yang sangat mengenal mangsanya.Nio mundur selangkah, mencoba menghindar, tapi Sarah berhasil menyudutkannya ke tembok. Pisau dingin kini menempel di lehernya, nyaris menggores kulit.“Masih bisa bertarung rupanya,” bisik Sarah dengan senyum miring. Napasnya pendek tapi terkendali. “Kau belum kehil

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 131

    Ruby tertawa, dan meski ia tahu hari itu mungkin akan kembali membawa mereka pada rencana, bahaya, dan keputusan penting pagi ini milik mereka.Nio masih memeluk Ruby erat ketika suara getaran ponsel di atas nakas mengusik ketenangan pagi mereka. Getaran itu pelan, tapi cukup mengganggu keheningan yang damai. Ruby memejamkan mata lebih erat, berharap suara itu hanya bayangan. Tapi detik berikutnya, bunyi itu terdengar lagi. Lebih keras.Nio mendesah, kepalanya masih terbenam di lekuk leher Ruby. “Jangan sekarang.”Ruby membuka matanya perlahan. “Angkat saja,” ujarnya lembut. “Mungkin penting.”Nio mengangkat wajahnya sedikit, menatap Ruby seolah berharap ia akan berubah pikiran. Tapi Ruby hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Dengan enggan, Nio bangkit, duduk di tepi ranjang, dan mengambil ponselnya.Nama yang tertera di layar membuat rahangnya mengencang, Sarah.Ia sempat ragu. Jari-jarinya melayang di atas layar ponsel ta

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 130

    Ruby tertawa pelan, napasnya berembun. Tapi tawa itu segera lenyap saat Nio membungkuk dan mengangkat tubuhnya perlahan, membawanya ke arah ranjang. Ia meletakkan Ruby dengan hati-hati, seolah wanita itu adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk dijatuhkan begitu saja.Cahaya lampu redup menyelimuti mereka, menciptakan bayangan hangat di dinding ruangan. Nio menyusul Ruby di atas ranjang, dan mereka saling menatap dalam diam yang penuh makna. Tangan mereka saling menggenggam, seolah tak ingin melepaskan lagi. Tak ada lagi jarak. Tak ada lagi keraguan.Nio kembali mencium Ruby lebih panas dari sebelumnya, tangan Ruby memeluk punggung lebar Nio yang mulai melepaskan pakaiannya. Tangan besar itu bahkan dengan berani melepaskan kancing-kancing blouse yang Ruby kenakan.Mata mereka bertemu dalam kerinduan yang dalam, Nio kembali mencium bibir Ruby dalam penyatuan yang hangat dan penuh dengan perasaan. Ruby membiarkan Nio menguasai tubuhnya. Kerinduan yang suda

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 129

    Ruby hanya bisa menatap Nio dengan campuran marah, sedih, dan ngeri. “Kau seharusnya memberitahuku.”“Aku tidak bisa,” Nio menatapnya. “Jika Sarah tahu siapa orang terdekatku, dia akan menggunakan mereka untuk menyakitiku. Dan kau… adalah kelemahanku yang paling nyata.”Air mata mengalir di pipi Ruby, tak tertahankan. “Dan sekarang? Dia kembali. Duduk di sebelahmu, tertawa seperti tak pernah terjadi apa-apa.”Nio mengepalkan tangannya. “Aku membiarkannya dekat hanya untuk mengetahui rencananya. Tapi aku tak sanggup melihatnya bersamamu dalam satu ruangan. Aku… takut kau akan menjadi target selanjutnya.”Ruby menggeleng, air matanya semakin deras. “Lalu kenapa malam ini? Kenapa kau kembali sekarang?”“Karena aku tak bisa lagi menjauh darimu,” bisik Nio. “Dan aku janji, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu. Termasuk Sarah.”Ruby menatap Nio, matanya bergetar. Ada ketakutan, tapi juga kepercayaan yang perlahan kembali tum

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 128

    Sunyi mengisi ruang di antara mereka selama beberapa detik.“Dan sekarang?” tanya Ruby lirih.“Sekarang aku tak mau sembunyi lagi. Tapi aku juga tidak bisa langsung kembali. Ada hal-hal yang harus selesai. Termasuk urusan dengan Sarah.”Ruby memandangi wajah Nio yang diterangi lampu dasbor. Dia ingin percaya. Dia ingin semuanya bisa kembali seperti dulu, tapi dia tahu segalanya telah berubah.Akan tetapi, untuk malam ini, berada di samping Nio saja sudah cukup.Dia bersandar pada kursi, menatap jalan yang terus melaju ke depan.“Kalau begitu,” katanya lembut, “antar aku ke rumahmu.”*** Mobil berhenti perlahan di depan sebuah rumah bergaya Jepang modern yang berdiri tenang di balik deretan pohon kamper yang rapi. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi tampak kokoh dan terjaga. Taman mungil dengan batu dan pohon bonsai menyambut mereka dengan kesunyian yang elegan.Ruby turun lebih dulu, memandang sekeli

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 127

    Gerry menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil melirik jam tangannya. Sudah hampir lima belas menit sejak Ruby dan Nio keluar dari meja makan dengan alasan menuju toilet. Hidangan penutup sudah disajikan, tetapi tak seorang pun menyentuhnya.Sarah mengerucutkan bibirnya, memainkan sendok pencuci mulut dengan gelisah. “Lama sekali mereka,” gumamnya.Tepat saat itu, ponsel Gerry bergetar. Dia mengambilnya dengan malas, lalu tertawa kecil begitu membaca pesan yang baru saja masuk.“Apa?” tanya Sarah cepat, menoleh penuh curiga.Gerry mengangkat ponselnya, menunjukkan layarnya ke arah Sarah. “Ruby. Dia bilang, [Maaf, aku harus pulang lebih dulu. Tidak sempat pamit. Terima kasih untuk malam ini.]”Tawanya makin menjadi, seperti menyaksikan lelucon yang hanya dia sendiri yang mengerti.Sarah memandang layar itu dengan ekspresi tak percaya. Alisnya menegang, garis rahangnya mengeras. “Dia pulang?” ulangnya, suaranya penuh nada din

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status