Share

RHMD 99

Author: Ziya_Khan21
last update Huling Na-update: 2025-07-11 08:36:13

Langit berwarna kelabu, seolah ikut menyerap perasaan hati Ruby yang hari ini tampak begitu rapuh meski ia berusaha tegar. Dengan tas berisi beberapa buah tangan dan bunga lily kesukaan sang nenek, Ruby melangkah menuju rumah tempat tinggal Nenek Lina. Setiap langkahnya terasa berat, seakan setiap deru napas menyimpan ribuan beban yang tak terucapkan.

Pintu rumah tua itu terbuka dengan suara engsel yang khas. Aroma kayu tua dan wangi sabun cuci yang sederhana menyambut Ruby dengan kehangatan yang begitu familiar. Di dalam, Nenek Lina duduk di kursi rotan lamanya, tangan keriputnya sibuk merajut selimut wol berwarna pastel.

“Nek, aku datang,” sapa Ruby ceria, berusaha menutupi kegelisahan yang membungkus dadanya.

Nenek Lina mengangkat wajah, matanya yang sudah mulai berkabut oleh usia tetap bisa melihat dengan jernih kegetiran di balik senyum Ruby. “Kau membawa bunga lily lagi. Itu bunga kesayanganku,” katanya lembut.

Ruby tertawa kecil dan meletakkan bunga itu di vas kaca. “Tentu. Rum
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Elly Julita
kamu harus kasih kabar ke ruby nio, emang kalo buat ketemu atau pulang jangan dlu karna bahaya tp harus tetep kasih kabar
goodnovel comment avatar
Reny Cii Jenong
𝙃𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙉𝙞𝙤 𝙨𝙪𝙧𝙪𝙝 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙚𝙥𝙚𝙧𝙘𝙖𝙮𝙖𝙖𝙣 𝙣𝙮𝙖 𝙩𝙚𝙢𝙪𝙞 𝙍𝙪𝙗𝙮 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙙𝙞𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙠𝙝𝙖𝙬𝙖𝙩𝙞𝙧,
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
nio memilih tidak pulang karena ada alasannya Ruby. kamu harus percaya cinta tahu jalan untuk pulang, jadi jangan pernah lelah menunggu
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 129

    Ruby hanya bisa menatap Nio dengan campuran marah, sedih, dan ngeri. “Kau seharusnya memberitahuku.”“Aku tidak bisa,” Nio menatapnya. “Jika Sarah tahu siapa orang terdekatku, dia akan menggunakan mereka untuk menyakitiku. Dan kau… adalah kelemahanku yang paling nyata.”Air mata mengalir di pipi Ruby, tak tertahankan. “Dan sekarang? Dia kembali. Duduk di sebelahmu, tertawa seperti tak pernah terjadi apa-apa.”Nio mengepalkan tangannya. “Aku membiarkannya dekat hanya untuk mengetahui rencananya. Tapi aku tak sanggup melihatnya bersamamu dalam satu ruangan. Aku… takut kau akan menjadi target selanjutnya.”Ruby menggeleng, air matanya semakin deras. “Lalu kenapa malam ini? Kenapa kau kembali sekarang?”“Karena aku tak bisa lagi menjauh darimu,” bisik Nio. “Dan aku janji, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu. Termasuk Sarah.”Ruby menatap Nio, matanya bergetar. Ada ketakutan, tapi juga kepercayaan yang perlahan kembali tum

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 128

    Sunyi mengisi ruang di antara mereka selama beberapa detik.“Dan sekarang?” tanya Ruby lirih.“Sekarang aku tak mau sembunyi lagi. Tapi aku juga tidak bisa langsung kembali. Ada hal-hal yang harus selesai. Termasuk urusan dengan Sarah.”Ruby memandangi wajah Nio yang diterangi lampu dasbor. Dia ingin percaya. Dia ingin semuanya bisa kembali seperti dulu, tapi dia tahu segalanya telah berubah.Akan tetapi, untuk malam ini, berada di samping Nio saja sudah cukup.Dia bersandar pada kursi, menatap jalan yang terus melaju ke depan.“Kalau begitu,” katanya lembut, “antar aku ke rumahmu.”*** Mobil berhenti perlahan di depan sebuah rumah bergaya Jepang modern yang berdiri tenang di balik deretan pohon kamper yang rapi. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi tampak kokoh dan terjaga. Taman mungil dengan batu dan pohon bonsai menyambut mereka dengan kesunyian yang elegan.Ruby turun lebih dulu, memandang sekeli

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 127

    Gerry menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil melirik jam tangannya. Sudah hampir lima belas menit sejak Ruby dan Nio keluar dari meja makan dengan alasan menuju toilet. Hidangan penutup sudah disajikan, tetapi tak seorang pun menyentuhnya.Sarah mengerucutkan bibirnya, memainkan sendok pencuci mulut dengan gelisah. “Lama sekali mereka,” gumamnya.Tepat saat itu, ponsel Gerry bergetar. Dia mengambilnya dengan malas, lalu tertawa kecil begitu membaca pesan yang baru saja masuk.“Apa?” tanya Sarah cepat, menoleh penuh curiga.Gerry mengangkat ponselnya, menunjukkan layarnya ke arah Sarah. “Ruby. Dia bilang, [Maaf, aku harus pulang lebih dulu. Tidak sempat pamit. Terima kasih untuk malam ini.]”Tawanya makin menjadi, seperti menyaksikan lelucon yang hanya dia sendiri yang mengerti.Sarah memandang layar itu dengan ekspresi tak percaya. Alisnya menegang, garis rahangnya mengeras. “Dia pulang?” ulangnya, suaranya penuh nada din

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 126

    Lorong menuju toilet cukup sepi, dengan cahaya lampu redup dan aroma bunga kering dari vas di sudutnya. Ruby baru saja hendak menyentuh gagang pintu saat suara langkah cepat terdengar di belakangnya.Nio tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan menariknya menjauh dari pintu toilet, ke sudut dinding yang lebih tersembunyi.“Hei, apa yang kau—” Suara Ruby tertahan ketika Nio menatapnya tajam, jarak mereka kini terlalu dekat.“Apa yang sedang kau lakukan, Ruby?” bisik Nio, suaranya rendah, tetapi menekan, nyaris seperti desakan yang menyimpan amarah.Ruby menepis tangannya, tetapi tak langsung menjauh. “Aku sedang makan malam. Menjaga hubungan baik untuk masa depan bisnis. Atau kau punya definisi lain tentang itu?”“Menerima penawaran Sarah bukan bagian dari itu,” ujar Nio dengan rahang mengeras. “Kau tahu siapa dia. Kenapa kau melibatkan dirimu?”Ruby menatapnya, tak kalah tajam. “Dan kau pikir aku akan diam saja melihatmu berjal

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 125

    Ruby tidak menjawab. Matanya justru menatap ke arah Nio yang masih diam, seperti patung yang disengaja diletakkan di sana. Seolah tak satu pun percakapan itu menyentuhnya. Sarah menyadari arah tatapan Ruby, lalu tersenyum manis. “Ethan memang begitu kalau sedang lapar. Nggak akan buka suara sebelum makanan datang.” Ia menoleh ke Nio dan menepuk bahunya pelan. “Sayang, kamu belum bilang apa pun sejak duduk. Semua baik-baik saja?”Nio mendongak, hanya sebentar. “Ya. Aku cuma lapar.” Gerry ikut tertawa kecil. “Aku jadi penasaran, Sarah. Bagaimana awalnya kamu bisa ketemu Ethan? Kalian terlihat sangat dekat.” Ruby meremas garpu di tangannya tanpa sadar. Sarah tak melewatkan itu. “Kami bertemu di sebuah gala investasi di Berlin. Awalnya aku tidak mengenali dia, karena dia cukup misterius. Tapi setelah bicara sebentar, aku tahu dia bukan pria biasa.” “Wah.” Gerry mengangguk. “Ethan memang bukan pria b

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 124

    Ruby menatap Gerry, matanya bergetar. “Ini bukan soal siapa yang ada, Gerry. Ini tentang siapa yang benar-benar kumau.” “Dan kau masih mau pria yang bahkan tak cukup mencintaimu untuk mengucapkan selamat tinggal?” sindir Gerry. Ruby mengalihkan pandangan, menatap ke luar jendela, ke arah kota yang mulai gemerlap. Hatinya terasa sesak. Ia tahu kata-kata Gerry menyakitkan, tapi sebagian darinya juga tahu itu benar. Namun, bagian terdalam dalam dirinya tetap yakin, Nio tidak pergi begitu saja. Nio pasti punya alasan. “Apa yang akan kau lakukan jika dia kembali?” tanya Gerry setelah keheningan panjang. Ruby menoleh. Matanya tajam, menyala. “Aku akan memeluknya. Memaafkannya. Dan memberinya alasan untuk tetap tinggal.” Gerry menahan napas. “Dan bagaimana kalau dia tidak pernah kembali?” Ruby bangkit dari duduknya. “Kalau dia tidak kembali, maka aku akan menunggu sampai aku benar-benar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status