Hari ini weekend dan Mishka anak perempuan Aditya sangat bersemangat untuk menghabiskan waktunya bersama orang tuanya.
Sejak sarapan pagi Aditya mendapatkan telepon dari Tarina, laki-laki itu mengangkatnya dan menjauh dari Mishka dan Irani."Sebentar ya sayang, kamu main dulu nanti kita jalan-jalan," ujar Irani sambil bergegas mengikuti Aditya keluar rumah.Laki-laki itu tampak seperti sedang berdebat di telpon. "Ya aku ga bisa, kamu kan tahu ini weekend," ujar Aditya.Irani tersenyum simpul dan menghampirinya. "Sayaaaang ayo dong kok belum siap juga sih? Mishka udah nungguin loh," kata Irani sengaja meninggikan suaranya supaya Tarina mendengarnya.Aditya pun menatap Irani dan hanya bisa menghela nafas pelan. "Kamu ngapain sih?" tanyanya."Ngapain? Harus ya aku jawab?"Aditya tidak mempedulikan Irani dan berpindah tempat supaya menjauh darinya.Irani pun tetap mengikutinya. Dia ingin Aditya kesal padanya, namun tidak ingin Aditya pergi dengan wanita itu karena ini adalah hari libur yang seharusnya mereka habiskan bersama Mishka."Sayaaaang ayo dong kita udah siap nih," panggil Irani lagi dan akhirnya Aditya mematikan panggilannya dengan Tarina.Aditya pun menghampiri Irani dengan geram. "Kamu tuh bisa ga sih sabar sebentar? Aku tahu bukan Mishka yang minta, tapi kamu yang cemburu," tuduh Aditya."Cemburu? Apa itu cemburu? Kamu pikir aku terlalu sangat mencintaimu mas setelah aku tahu kamu selingkuh?" tanya Irani karena perempuan itu tidak merasakan apa yang Aditya tuduhkan.Bagi Irani setelah ia tahu perselingkuhan Aditya dan Tarina, cinta di hatinya sudah tidak ada lagi. Apapun yang ia lakukan saat ini hanya untuk Mishka."Kamu sudah berjanji akan menghabiskan waktu untuk keluarga di hari weekend, jadi aku hanya sedang menuntut hak yang seharusnya jadi milik Mishka. Kalau kamu mau pergi dengan wanita itu silahkan, jangan menyesal kalau Mishka kecewa sama kamu.""KAMU EMANG SUKA YA CARI GARA-GARA?"Irani yang hendak masuk ke dalam rumah pun menghentikan langkahnya mendengar kata-kata dengan nada tinggi itu dari Aditya.Irani lalu mundur dua langkah untuk berdiri tepat di hadapan Aditya, kemudian dia menatap Aditya dengan tenang."Yang suka mencari gara-gara siapa mas? Yang selingkuh itu siapa? Apapun yang kita ributin itu cuma karena kamu selingkuh aja, lainnya ga pernah kok kita ribut kaya gini. Kalau kamu ga menyalakan api, ga mungkin ada asap."Setelah mengatakan itu Irani pun masuk ke rumah dan meminta Mishka siap-siap.Hari ini Mishka harus mendapatkan kebahagiaannya dengan main dan jalan-jalan.'Setelah ini kamu harus terbiasa tanpa ayah kamu Mishka, ibu harap kamu akan mengerti kalau orang tuamu tidak bisa saling sama-sama lagi,' batin Irani.Sore hari Aditya mengatakan pada Irani bahwa perempuan itu tidak akan mendapatkan uang belanja seperti biasanya.Aditya sengaja melakukan itu karena dia pikir untuk memberi pelajaran pada Irani yang sudah membuat Aditya kesal.Mengetahui uang belanjanya dipotong Irani tidak bereaksi apapun. Dia tetap tenang dan tidak protes pada Aditya."Kok kamu ga protes?" tanya Aditya penasaran.Irani pun tersenyum "protes apa mas? Uang belanjanya kurang? Kamu mau aku protes gimana? Marah-marah nuntut kamu gitu?" tanya Irani.Aditya semakin tidak mengerti dengan sikap istrinya ini, rencana yang ia pikir bisa membuat Irani kesal pun gagal."Mas, istri yang baik kan harus bisa menerima berapapun uang yang suaminya kasih. Kalau kamu mampunya kasih segini ya udah, apa yang mau aku proteskan? Selama uang ini masih cukup buat biaya Mishka ga masalah buat aku.""Kamu mau ngerendahin aku kalau aku cuma mampu kasih kamu segitu iya?" tanya Aditya tidak terima atas kata-kata yang keluar dari mulut Irani.Perempuan itu heran pada Aditya. "Kenapa? Ada yang salah dari kata-kataku tadi?""Aku itu kasih uang cuma segitu ke kamu supaya kamu itu sadar supaya jangan bersikap berani sama suami. Itu hukuman kamu atas perlakuan tidak menyenangkan yang kamu lakukan."Irani tidak habis pikir suaminya berniat menghukumnya dengan mengurangi uang belanjanya. Sudah jelas-jelas dia yang selingkuh dan melukai hatinya malah dia yang berucap seperti itu pada Irani."Ooh jadi ini hukuman? Yakin kamu mas? Kamu kasih aku segini karena ingin menghukumku atau karena yang sebagian lagi udah kamu kasih ke perempuan itu?""Jangan bawa-bawa Tarina dalam masalah ini ya!" peringat Aditya. "Ini hanya tentang kita berdua," lanjutnya."Sejak kamu jadiin dia orang ketiga ya berarti dia harus selalu ada dalam masalah kita dong mas. Semua masalah dalam rumah tangga kita ini kan karena dia, karena kamu yang udah membawanya, aku hanya mengikuti apa maumu saja mas."Irani sudah malas selalu membahas Tarina dalam setiap perdebatannya dengan Aditya.Dirinya juga tidak akan memprotes uang yang diberikan Aditya, lagipula tanpa diketahui oleh suaminya itu, Irani memiliki uang sendiri yang sebanding dengan uang milik Aditya.Sayangnya Aditya tidak tahu itu dan Irani juga tidak akan memberitahunya. Mungkin suatu saat jika sudah waktunya, Aditya akan tahu kalau Irani tidak seperti yang ia kira."Kamu pikir aku akan mengeluh dan meminta uang lagi kan mas? Tenang saja, tanpa kamu beri aku uang belanja pun aku juga tidak akan mati kelaparan apalagi sampai mengemis sama kamu," ujar Irani dengan tenang.Ia menyimpan uang belanjanya yang sudah Aditya potong itu untuk tabungan Mishka dan biaya pendidikan Mishka kedepannya.'Harusnya aku bisa meminta uang belanja lebih karena kamu sudah menyakiti hatiku dan setidaknya kamu harus membayar dengan uang itu mas, tapi tidak masalah, tunggu saja, sampai kapan kamu akan melajukan permainanmu ini,' pikir Irani.Aditya juga merasa penasaran kenapa Irani bisa setenang itu setelah uang belanjanya ia potong setengahnya.Dia bahkan berpikir jika Irani akan mencuri uangnya, laki-laki itu lalu sengaja meletakkan setengah uang belanjanya lagi di meja kamar mereka dan ingin melihat reaksi Irani apakah dia akan mengambilnya atau tidak."Istri kamu itu cuma pura-pura sok aja mas, paling juga dia akan mengambilnya," kata Tarina saat bertemu dengan Aditya."Mungkin," jawab Aditya ragu."Jadi kapan kamu mau cerain dia mas?" tanya Tarina dengan manja.Aditya memijit kepalanya dan tersenyum pada Tarina. "Kamu ga usah khawatir Tarina, aku pasti cerain dia kok. Lagipula semakin kesini dia semakin berani sama aku dan bikin aku kesal sama dia," curhatnya."Makanya cerain aja secepatnya mas, jangan takut kalau dia bawa Mishka. Lagian nanti kamu juga bisa punya anak sama aku kan?"Tarina semakin mendesak Aditya supaya cepat-cepat menceraikan Irani dan dia bisa segera masuk ke rumah Aditya. Menjadi nyonya di rumah itu."Mishka itu anak aku Rin, aku sayang sama dia.""Iya aku tahu kok, aku kan cuma suruh kamu tinggalin Irani bukannya Mishka mas. Kalau setelah cerai nanti kamu mau Mishka tetap sama kamu dan hak asuh dia jatuh ke tangan kamu kan bisa. Memangnya Irani bisa apa kalau dia ga punya uang?" tanya Tarina meremehkan Irani.Tanpa mereka sadari sebenarnya Irani mendengar percakapan mereka berdua di kafe itu. Irani hanya tersenyum mendengar perempuan yang menjadi selingkuhan suaminya itu."Aku bisa apa?" tanya Irani dengan senang, direndahkan seperti itu tidak membuat Irani sakit hati, justru dia merasa senang karena Tarina tidak mengenal dirinya yang sesungguhnya."Terkadang kita memang harus pura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa supaya orang-orang tidak tahu sebesar apa kekuatan yang kita punya."Bersambung."Aryaaan, Aryaaan, Aryan bangun dong ini udah siang. Mama mau nunjukin kamu hal penting. Ayo bangun dulu," suruh Bu Naya, mamanya Aryan.Pagi-pagi sekali bu Naya sudah terkejut melihat anaknya menjadi bahan pembicaraan orang-orang di media sosial."Apa sih Ma, hari ini Aryan libur Ma, bangun nanti juga gapapa," ujar laki-laki itu dengan malasnya."Ga, ga bisa. Kamu harus lihat ini dulu. Ini maksudnya apa? Coba kamu jelasin sama mama," pinta Bu Naya sambil menarik Aryan untuk bangun dan memperlihatkan ponsel miliknya.Dengan terpaksa Aryan pun bangun dan melihat berita tentang dirinya. "Kok bisa gini sih? Ini maksudnya apa? Aryan ga ngerti Ma," jawabnya bingung. "Kamu dituduh selingkuh sama Irani. Jadi Irani itu janda? Dia udah punya suami sebelumnya? Tapi kenapa mantan suaminya jadi ikut nyeret kamu juga dalam hal ini? Ini gimana maksudnya?" tanya Bu Naya panik."Laki-laki kurang ajar, dia yang aku temuin kemarin malam sama Irani Ma. Aryan ga nyangka dia malah bawa-bawa aku jadi sel
"Oh woow Irani, that's look so good. Akhirnya berani juga ya jalan-jalan sama selingkuhan setelah kamu cerai sama suami kamu?" tanya Tarina saat melihat Aryan dan Irani hendak makan malam di sebuah restaurant. Aryan mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan ucapan perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan mengatakan hal itu.Selang beberapa detik setelah itu Aditya menyusul Tarina dan mulai menatap Aryan dan Irani dengan tatapan yang membuat Aryan bingung."Ngakunya sok yang paling tersakiti dan memojokkan mas Aditya selingkuh sama aku, ga tahunya kamu sendiri juga selingkuh kan?" tanya Tarina lagi."Tunggu tunggu, ini maksudnya apa ya? Saya ga kenal sama kalian dan—""Oh ya? Ngapain mau coba-coba bersandiwara? Kalian itu sama-sama kotor—""Cukup Mas. Aku udah ga ada hubungan apapun dan ga mau berurusan apapun sama kamu ya. Kita udah selesai dengan semua masalah kita dan masa lalu kita. Jadi tolong jangan mengusik kehidupan aku apalagi nuduh dan fitnah aku hal yang ga bener," tegas
Pagi-pagi sekali Irani menyiapkan keperluan Mishka sekolah, menyiapkan bekal dan melakukan aktivitasnya sebagai ibu yang baik.Perempuan itu mengantar Mishka ke sekolah sebelum dirinya pergi ke rumah Aryan untuk menjaga Pari."Ibu hari ini ga pulang malam lagi kan?" tanya Mishka saat dalam perjalanan ke sekolah."Iya sayang, nanti ibu usahakan pulang cepat ya, Mishka mau apa? Mau ditemenin main, nonton atau jalan-jalan malam?" tanya Irani dengan senang hati."Emm nonton terus sama jalan-jalan aja deh sambil nyobain makanan-makanan baru," pinta bocah itu.Irani hanya tersenyum dan mengiyakan apa yang Mishka minta. Semoga saja dirinya bisa pulang cepat hari ini. Lagipula sepertinya tidak banyak yang harus ia kerjakan di rumah Aryan. Irani disuruh untuk menyeleksi beberapa baby sitter untuk Pari dan men-training mereka.Aryan minta Irani tidak sembarangan dalam memilihkan baby sitter untuk Pari. Semoga saja ia bisa mendapatkan seperti yang Pari minta. "Irani," panggil bu Naya mamanya A
Hari ini kabar duka datang dari keluarga Aryan, pada akhirnya Pari harus kehilangan ibu kandungnya, Karin. Sedangkan ayah Pari yaitu Dion masih harus berjuang untuk melewati masa kritisnya.Naya, mamanya Aryan sangat shock karena menantunya meninggal dunia dan Dion harus menjadi duda, Pari juga harus kehilangan sosok ibu di usia yang masih bayi.Aryan mencoba untuk menguatkan ibunya dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja dan Pari akan tetap mendapatkan sosok ibu yang akan selalu menyayanginya. Sampai sekarang Dion belum sadar juga, Naya tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika sampai Dion juga pergi meninggalkannya."Maa, mas Dion pasti sembuh. Dia harus sembuh untuk Pari, mama ga boleh berpikiran yang engga engga ya," tutur Aryan mencoba menenangkan ibunya.Hari-hari berlalu Aryan juga mengkhawatirkan kondisi ibunya karena terlalu banyak pikiran, perempuan itu sampai harus sakit juga.Irani yang kebetulan hari ini ada di rumah Aryan pun tidak hanya menjaga P
Di rumah sakit terpaksa Irani harus ikut menunggu Pari karena bayi itu ternyata harus dirawat. Aryan tidak tahu apa-apa, mamanya Aryan juga sudah sangat lelah karena usianya yang sudah tua dan memikirkan anak serta cucunya yang harus mendapat musibah seperti ini.Sesuai permintaan Naya yang menyuruh laki-laki itu supaya meminta Irani menjadi baby sitter Pari untuk sementara, maka hari ini ia berusaha mengatakan itu dan membujuk Irani."Berapapun gaji yang kamu minta akan aku kasih," jelas Aryan."Ya masalahnya bukan itu Pak, menjadi baby sitter yang harus selalu ada di dekat Pari hampir 24 jam. Lalu bagaimana dengan anak saya?" tanya Irani memikirkan Mishka yang juga membutuhkan sosoknya sebagai seorang ibu.Aryan terdiam mendengar itu. "Kamu bisa tetap pulang, saya akan tetap cari baby sitter lain buat gantian jaga Pari," jawab Aryan memberikan solusi untuk masalah yang masih mengganjal di hati Irani."Ya masalahnya ini tuh mama yang minta, aku sama mama udah pusing sama semua keada
Di sebuah cafe elit yang ada di kota dimana Tarina tinggal, perempuan itu malam ini menghabiskan waktunya dengan beberapa teman barunya di sana.Tarina mencoba untuk mencari teman baru setelah teman-teman lamanya merasa tidak suka dengan hubungannya bersama Aditya setelah mereka mengetahui semuanya.Tapi untung saja Tarina bisa segera mendapatkan teman baru dan tidak akan kesepian jika ditinggal Aditya kerja."Yang jadi masalah itu cuma Mishka anaknya mas Aditya," jelas Tarina saat sedang curhat dengan temannya.Apalagi masalah dalam kehidupan Tarina jika bukan Mishka? Dirinya sering bertengkar dengan Aditya hanya karena Mishka atau Irani."Anak kecil itu masih saja menetap di pikiran Aditya dan aku seolah ga bisa menghilangkannya," keluhnya lagi. "Mengalahkan Irani itu hal yang mudah tapi ternyata mengalahkan bocah kecil itu ternyata sulit juga," lanjutnya.Teman-teman Tarina pun menanggapi kalau solusi untuk semua itu hanya ada satu yaitu Tarina harus segera memiliki anak sendiri ka
"Makasih ya Ran, kalau ga ada kamu, saya ga tahu lagi mau ngurus Pari gimana," ujar Pak Aryan saat melihat Pari sudah tertidur lelap.Aryan sangat kasihan pada bayi mungil itu. Jika sampai Pari kehilangan ibunya, Aryan tidak tahu lagi harus bagaimana kedepannya.Mendengar ucapan terimakasih yang keluar dari mulut Aryan membuat Irani seakan tidak percaya kalau laki-laki itu memang mengucapkannya. Pasalnya Aryan seperti orang yang tidak akan pernah mengatakan maaf dan terimakasih di mata Irani, namun ternyata perempuan itu salah. Nyatanya Aryan juga manusia yang baik."Oh ya, kamu udah makan?" tanya laki-laki itu basa basi."Sudah pak, pak Aryan belum makan?" "Emm udah udah kok, saya cuma basa basi aja," jujurnya.Keduanya sama-sama terdiam dan tidak memiliki topik pembicaraan. Hari sudah semakin sore dan Irani harus kembali ke rumahnya karena Mishka pasti menunggu."Oh iya pak, saya harus pulang. Mishka pasti nungguin saya di rumah," pamit Irani karena dia pikir pekerjaannya untuk mem
Hari weekend membuat Tarina juga ingin menghabiskan waktu liburan bersama dengan Aditya, apalagi beberapa hari ini dirinya tidak sempat mengurung diri karena orang-orang yang berkomentar buruk tentang dirinya di media sosial.Aditya tidak mempermasalahkan hal itu, tapi ia ingin jalan-jalan dengan mengajak Mishka."Mas kenapa sih harus sama dia juga? Kamu ga capek ya kalau kita berdebat cuma gara-gara itu? Mishka kan udah pergi sama Irani, ya kita pergi sendiri lah," ujar Tarina dengan marah.Selalu saja itu masalahnya, Tarina tidak suka mengajak Mishka apapun alasannya. Dia pasti akan selalu berdebat dengan Aditya jika laki-laki itu berbicara tentang Mishka apalagi ingin mengajaknya. "Rin aku ga mau ya kamu terus-terusan kaya gini. Mishka itu anak aku, lagian aku itu tetep pilih kamu kok, kalau aku mau aku udah pergi ke rumah Irani sendiri dan jalan-jalan sama mereka. Nyatanya engga kan? Aku pilih dirumah sama kamu. Jadi ya udah lah jangan kaya gini. Emangnya kamu mau aku pergi sama
Setelah Bayu dan Bu Resti mengobrol, Irani bersantai dengan menikmati makanan yang bu Resti masak. Ia tidak peduli lagi dengan Aditya yang mau berkata apa lagi setelah semua iniBaru saja Bayu selesai bicara dengan ibunya, saat Irani hendak tidur, handphone miliknya tidak mau beristirahat juga karena terus berdering.Kali ini bukan dari Aditya, melainkan dari si bos paling atasan itu, siapa lagi kalau bukan Pak Aryan.Irani mengeluh kesal saat melihat nama itu tertera di layar miliknya. "Kenapa juga sih hari libur mesti nelpon gini?" tanyanya kesal.Ingin tidak diangkat, takut akan menjadi masalah ke depannya, apalagi pak Aryan si manusia yang menurutnya kaku itu selalu saja keras kepala. Tapi jika ia mengangkatnya sekarang, Irani tidak siap dengan kerjaan-kerjaan yang membuatnya pusing karena selalu salah di mata Pak Aryan."Hallo, lama banget sih kamu angkat teleponnya," omel suara yang tidak asing lagi di telinga Irani."Ya sabar dong pak, masih mending kan saya angkat," jawab Iran