Share

Bab 2

Hari ini weekend dan Mishka anak perempuan Aditya sangat bersemangat untuk menghabiskan waktunya bersama orang tuanya.

Sejak sarapan pagi Aditya mendapatkan telepon dari Tarina, laki-laki itu mengangkatnya dan menjauh dari Mishka dan Irani.

"Sebentar ya sayang, kamu main dulu nanti kita jalan-jalan," ujar Irani sambil bergegas mengikuti Aditya keluar rumah.

Laki-laki itu tampak seperti sedang berdebat di telpon. "Ya aku ga bisa, kamu kan tahu ini weekend," ujar Aditya.

Irani tersenyum simpul dan menghampirinya. "Sayaaaang ayo dong kok belum siap juga sih? Mishka udah nungguin loh," kata Irani sengaja meninggikan suaranya supaya Tarina mendengarnya.

Aditya pun menatap Irani dan hanya bisa menghela nafas pelan. "Kamu ngapain sih?" tanyanya.

"Ngapain? Harus ya aku jawab?"

Aditya tidak mempedulikan Irani dan berpindah tempat supaya menjauh darinya.

Irani pun tetap mengikutinya. Dia ingin Aditya kesal padanya, namun tidak ingin Aditya pergi dengan wanita itu karena ini adalah hari libur yang seharusnya mereka habiskan bersama Mishka.

"Sayaaaang ayo dong kita udah siap nih," panggil Irani lagi dan akhirnya Aditya mematikan panggilannya dengan Tarina.

Aditya pun menghampiri Irani dengan geram. "Kamu tuh bisa ga sih sabar sebentar? Aku tahu bukan Mishka yang minta, tapi kamu yang cemburu," tuduh Aditya.

"Cemburu? Apa itu cemburu? Kamu pikir aku terlalu sangat mencintaimu mas setelah aku tahu kamu selingkuh?" tanya Irani karena perempuan itu tidak merasakan apa yang Aditya tuduhkan.

Bagi Irani setelah ia tahu perselingkuhan Aditya dan Tarina, cinta di hatinya sudah tidak ada lagi. Apapun yang ia lakukan saat ini hanya untuk Mishka.

"Kamu sudah berjanji akan menghabiskan waktu untuk keluarga di hari weekend, jadi aku hanya sedang menuntut hak yang seharusnya jadi milik Mishka. Kalau kamu mau pergi dengan wanita itu silahkan, jangan menyesal kalau Mishka kecewa sama kamu."

"KAMU EMANG SUKA YA CARI GARA-GARA?"

Irani yang hendak masuk ke dalam rumah pun menghentikan langkahnya mendengar kata-kata dengan nada tinggi itu dari Aditya.

Irani lalu mundur dua langkah untuk berdiri tepat di hadapan Aditya, kemudian dia menatap Aditya dengan tenang.

"Yang suka mencari gara-gara siapa mas? Yang selingkuh itu siapa? Apapun yang kita ributin itu cuma karena kamu selingkuh aja, lainnya ga pernah kok kita ribut kaya gini. Kalau kamu ga menyalakan api, ga mungkin ada asap."

Setelah mengatakan itu Irani pun masuk ke rumah dan meminta Mishka siap-siap.

Hari ini Mishka harus mendapatkan kebahagiaannya dengan main dan jalan-jalan.

'Setelah ini kamu harus terbiasa tanpa ayah kamu Mishka, ibu harap kamu akan mengerti kalau orang tuamu tidak bisa saling sama-sama lagi,' batin Irani.

Sore hari Aditya mengatakan pada Irani bahwa perempuan itu tidak akan mendapatkan uang belanja seperti biasanya.

Aditya sengaja melakukan itu karena dia pikir untuk memberi pelajaran pada Irani yang sudah membuat Aditya kesal.

Mengetahui uang belanjanya dipotong Irani tidak bereaksi apapun. Dia tetap tenang dan tidak protes pada Aditya.

"Kok kamu ga protes?" tanya Aditya penasaran.

Irani pun tersenyum "protes apa mas? Uang belanjanya kurang? Kamu mau aku protes gimana? Marah-marah nuntut kamu gitu?" tanya Irani.

Aditya semakin tidak mengerti dengan sikap istrinya ini, rencana yang ia pikir bisa membuat Irani kesal pun gagal.

"Mas, istri yang baik kan harus bisa menerima berapapun uang yang suaminya kasih. Kalau kamu mampunya kasih segini ya udah, apa yang mau aku proteskan? Selama uang ini masih cukup buat biaya Mishka ga masalah buat aku."

"Kamu mau ngerendahin aku kalau aku cuma mampu kasih kamu segitu iya?" tanya Aditya tidak terima atas kata-kata yang keluar dari mulut Irani.

Perempuan itu heran pada Aditya. "Kenapa? Ada yang salah dari kata-kataku tadi?"

"Aku itu kasih uang cuma segitu ke kamu supaya kamu itu sadar supaya jangan bersikap berani sama suami. Itu hukuman kamu atas perlakuan tidak menyenangkan yang kamu lakukan."

Irani tidak habis pikir suaminya berniat menghukumnya dengan mengurangi uang belanjanya. Sudah jelas-jelas dia yang selingkuh dan melukai hatinya malah dia yang berucap seperti itu pada Irani.

"Ooh jadi ini hukuman? Yakin kamu mas? Kamu kasih aku segini karena ingin menghukumku atau karena yang sebagian lagi udah kamu kasih ke perempuan itu?"

"Jangan bawa-bawa Tarina dalam masalah ini ya!" peringat Aditya. "Ini hanya tentang kita berdua," lanjutnya.

"Sejak kamu jadiin dia orang ketiga ya berarti dia harus selalu ada dalam masalah kita dong mas. Semua masalah dalam rumah tangga kita ini kan karena dia, karena kamu yang udah membawanya, aku hanya mengikuti apa maumu saja mas."

Irani sudah malas selalu membahas Tarina dalam setiap perdebatannya dengan Aditya.

Dirinya juga tidak akan memprotes uang yang diberikan Aditya, lagipula tanpa diketahui oleh suaminya itu, Irani memiliki uang sendiri yang sebanding dengan uang milik Aditya.

Sayangnya Aditya tidak tahu itu dan Irani juga tidak akan memberitahunya. Mungkin suatu saat jika sudah waktunya, Aditya akan tahu kalau Irani tidak seperti yang ia kira.

"Kamu pikir aku akan mengeluh dan meminta uang lagi kan mas? Tenang saja, tanpa kamu beri aku uang belanja pun aku juga tidak akan mati kelaparan apalagi sampai mengemis sama kamu," ujar Irani dengan tenang.

Ia menyimpan uang belanjanya yang sudah Aditya potong itu untuk tabungan Mishka dan biaya pendidikan Mishka kedepannya.

'Harusnya aku bisa meminta uang belanja lebih karena kamu sudah menyakiti hatiku dan setidaknya kamu harus membayar dengan uang itu mas, tapi tidak masalah, tunggu saja, sampai kapan kamu akan melajukan permainanmu ini,' pikir Irani.

Aditya juga merasa penasaran kenapa Irani bisa setenang itu setelah uang belanjanya ia potong setengahnya.

Dia bahkan berpikir jika Irani akan mencuri uangnya, laki-laki itu lalu sengaja meletakkan setengah uang belanjanya lagi di meja kamar mereka dan ingin melihat reaksi Irani apakah dia akan mengambilnya atau tidak.

"Istri kamu itu cuma pura-pura sok aja mas, paling juga dia akan mengambilnya," kata Tarina saat bertemu dengan Aditya.

"Mungkin," jawab Aditya ragu.

"Jadi kapan kamu mau cerain dia mas?" tanya Tarina dengan manja.

Aditya memijit kepalanya dan tersenyum pada Tarina. "Kamu ga usah khawatir Tarina, aku pasti cerain dia kok. Lagipula semakin kesini dia semakin berani sama aku dan bikin aku kesal sama dia," curhatnya.

"Makanya cerain aja secepatnya mas, jangan takut kalau dia bawa Mishka. Lagian nanti kamu juga bisa punya anak sama aku kan?"

Tarina semakin mendesak Aditya supaya cepat-cepat menceraikan Irani dan dia bisa segera masuk ke rumah Aditya. Menjadi nyonya di rumah itu.

"Mishka itu anak aku Rin, aku sayang sama dia."

"Iya aku tahu kok, aku kan cuma suruh kamu tinggalin Irani bukannya Mishka mas. Kalau setelah cerai nanti kamu mau Mishka tetap sama kamu dan hak asuh dia jatuh ke tangan kamu kan bisa. Memangnya Irani bisa apa kalau dia ga punya uang?" tanya Tarina meremehkan Irani.

Tanpa mereka sadari sebenarnya Irani mendengar percakapan mereka berdua di kafe itu. Irani hanya tersenyum mendengar perempuan yang menjadi selingkuhan suaminya itu.

"Aku bisa apa?" tanya Irani dengan senang, direndahkan seperti itu tidak membuat Irani sakit hati, justru dia merasa senang karena Tarina tidak mengenal dirinya yang sesungguhnya.

"Terkadang kita memang harus pura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa supaya orang-orang tidak tahu sebesar apa kekuatan yang kita punya."

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status