Share

Part 4

Author: Loyce
last update Last Updated: 2025-07-21 17:45:19

Pertemuan pertama Levana dengan kedua orang tua Galen tidak menimbulkan efek apa pun dalam hubungan pasangan tersebut. Levana yang sudah bekerja di salah satu hotel dan menjadi kru dapur pun tetap bisa melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Begitu juga dengan Galen yang sibuk dengan kuliah S2-nya sambil bekerja di perusahaan ayahnya menjadi sfat biasa.

Komunikasi mereka sangat lancar dan bahkan mereka juga memiliki waktu untuk berkencan ketika waktu luang. Ada masa-masa di mana Levana memikirkan tentang kelanjutan hubungannya dengan Galen mengingat bagaimana orang tua Galen tidak menyukainya.

“Kamu mau nunggu aku sampai aku lulus S2 ‘kan, Lev?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Galen suatu hari. “Tolong kamu nggak perlu memikirkan tentang orang tuaku karena aku yang akan memikirkan caranya untuk meluluhkan hati mereka.”

Levana tidak langsung menjawab. Tentu saja dia bersedia menunggu Galen meskipun memerlukan puluhan tahun sekalipun. Namun, apa pada akhirnya nanti, restu itu juga akan didapatkan dari orang tua Galen? Bagaimana kalau pada akhirnya, dia tetap ditolak? Pikiran-pikiran seperti itu menimbulkan kekhawatiran yang besar dalam hidupnya.

Dia hanyalah perempuan biasa yang sedang berusaha mengubah takdir hidupnya. Levana kini sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus dan ingin memiliki karir yang cemerlang di masa depan.

Ya, dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan, dia yakin karirnya akan berkembang dengan baik dan memantaskan diri untuk menjadi pendamping dari seorang Galen Ravindra Wiraguna. Tidak masalah jika dia tidak lahir dari keluarga kaya, tetapi bukan berarti dia tidak bisa menjadi pantas, ‘kan?

Berbekal keyakinan itulah, dia akhirnya mengangguk. “Aku pasti akan nunggu kamu. Kamu fokus dengan pekerjaan kamu, begitu juga denganku. Saat waktunya nanti, aku pasti akan pantas untuk menjadi pendampingmu.”

Galen tersenyum lebar. Kegigihan yang ditunjukkan oleh Levana adalah bukti nyata jika gadis itu memiliki semangat juang yang tinggi.

“Suatu hari, tentu saja kita akan berdiri bersisihan di pelaminan menjadi sepasang suami istri yang akan mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Memiliki anak-anak yang tampan dan cantik dengan kamu sebagai ibu dan aku ayahnya.” Galen menarik napas panjang. Menarik Levana mendekat agar menempel di tubuhnya dan dia bisa memeluk gadis itu dengan erat. “Aku nggak sabar hari itu tiba, Lev. Kita pasti akan sangat bahagia.”

Sayangnya, semua impian itu tidak sepenuhnya terealisasi. Dua tahun setelahnya, ketika Galen sudah menyelesaikan kuliah S2-nya dan siap menikah, tidak ada pesta pernikahan untuknya. Bahkan pernikahan itu tertutup rapat dan hanya segelintir orang yang tahu tentang pernikahan mereka.

Tidak ada pelaminan mewah, tidak ada gaun menyapu lantai dengan harga ratusan juga yang dikenakan Levana, hanya sebuah acara kecil yang dibuat untuk mengesahkan pernikahan mereka. Semua itu terjadi karena Retno terpaksa menikahkan mereka karena Galen terus mendesak orang tuanya.

Saat itulah kehidupan baru Levana dimulai. Dia dipaksa oleh ibu mertuanya untuk resign dari pekerjaannya dan mengabdikan dirinya untuk keluarga Galen.

“Hari minggu nanti, ada acara arisan di rumah ini. Levana, tugasmu adalah memasak makanan untuk kami semua. Ingat, kamu harus suguhkan menu yang premium untuk tamu-tamu saya.” Itu adalah awal Levana menjadi juru masak di rumah mertuanya saat ada acara.

Tidak ada yang tahu posisi Levana dalam keluarga Wiraguna karena pernikahannya dengan Galen tidak di ekspos. Orang-orang menganggap jika Galen masih lajang dan tidak memiliki istri. Itu adalah salah satu syarat yang diberikan oleh orang tua Galen jika Galen ingin menikahi Levana.

Persyaratan itu diambil oleh Galen karena yang terpenting baginya adalah dia bisa menikahi Levana, ada atau tanpa pesta sekalipun.

“Ibu bisa tentukan menunya, biar saya yang masak nanti.” Itu adalah tanggapan Levana ketika perintah ibu mertuanya sudah terlontar.

Sontak saja, tatapan Retno mengarah lurus pada wajah Levana. Keningnya berkerut, dan pendar amarah menyorot menantunya tanpa ampun. Menutup majalah yang sempat dibaca, Retno memfokuskan atensinya pada sang menantu.

“Levana, gunakan isi kepalamu itu sedikit saja agar kamu bisa berpikir.” Ucapannya tenang, tetapi mampu menusuk perasaan Levana sampai ke jantung. “Sebagai orang yang sudah bergelut di bidang kuliner, seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu buat untuk tamu-tamu saya nanti. Kenapa hal sepele seperti ini saja kamu tidak bisa memutuskan?”

“Bukan begitu maksud saya, Bu.” Levana langsung menjawab. “Saya hanya khawatir kalau-kalau menu yang sudah terhidang tidak sesuai keinginan ibu.”

“Saya sudah bilang, buat menu premium. Artinya, menu yang biasa disajikan untuk acara kalangan atas.” Retno berdecak sebelum membuka majalahnya kembali. “Inilah pentingnya hidup dengan orang yang sepadan. Karena perbedaan strata social itu sangat menjengkelkan.”

Levana tidak menjawab dan memilih menelan semua rasa getir itu di dalam hatinya. Dia tidak memiliki kuasa apa pun untuk membantah dan yang bisa dia lakukan hanya menerima perintah dari ibu mertuanya.

Galen datang tak lama setelah itu, dan saatnya Levana memberikan senyum terbaiknya. Kepura-puraan yang harus dia pertahankan agar Galen tidak mengkhawatirkannya. Levana kali ini benar-benar terjebak pada situasi tak menyenangkan karena cinta. Ya, karena cintanya yang begitu besar kepada Galen, dia rela menjalani kehidupan yang seperti ini.

Mereka tinggal di paviliun belakang rumah hanya berdua bersama suaminya. Retno tidak mengizinkan Galen tinggal terpisah dan meminta untuk tetap tinggal di sana tetapi tidak di rumah utama. Galen pada awalnya menolak dan ingin hidup berdua dengan Levana. Tidak masalah kalau harus menyewa sebuah rumah. Sayangnya, keputusan sudah ditetapkan, dan Galen memilih mengalah.  

“Kamu masih nggak nyaman tinggal di sini?” Pertanyaan itu Galen lontarkan ketika mereka sudah berada di dalam kamar. “Aku akan mencari rumah untuk kita tinggali berdua. Aku janji bisa membuat Mama berubah pikiran dan mengizinkan kita pergi. Untuk sementara, kamu tahan dulu, ya. Aku akan mengusahakannya.”

Galen belum menjadi siapa-siapa kala itu. Dia baru lulus S2-nya dan gaji yang dia miliki belum begitu besar. Untuk membeli rumah mewah di pusat kota tentu harus mengantongi uang milyaran. Meskipun dia putra pemilik perusahaan dan calon pewaris, dia tetap harus bekerja dari nol. Mulai dari staf biasa, dan sekarang sudah naik tingkat menjadi seorang manajer.

“Aku nggak masalah, Mas. Aku akan ikut kamu di mana pun kamu pergi. Aku nggak akan membebani kamu.” Levana benar-benar berperan sebagai istri yang baik untuk Galen dan lelaki itu jelas menyukainya.

Levana tak menuntut banyak hal, bahkan tidak mengeluh ketika Retno selalu bersikap tidak baik kepadanya. Levana pernah melalui kehidupan yang lebih sulit dari hari ini dan dia mampu bertahan. Kali ini pun dia juga akan bertahan untuk Galen. Laki-laki yang sangat dia cintai.

Sampai suatu hari sesuatu terjadi.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 90

    Fajar menemui cucunya tanpa membawa apa pun di tangannya. Baru pukul setengah delapan malam ketika dia baru saja sampai di rumah Galen. Birru belum tidur dan dia masih asyik bersama dengan Dante di rumah sambil belajar.Kepalanya mendongak ketika Fajar datang, lalu tak ada sapaan yang keluar dari mulutnya, bocah itu menunduk kembali pura-pura sibuk. Fajar tidak protes karena dia tahu kalau cucunya itu belum ‘berdamai’ dengannya.“Mas Birru belajar apa?” tanya Fajar setelah itu. Duduk di samping Birru dan mulai pendekatannya.“Baca aja.” Meskipun singkat, tetapi tetap menjawab.“Mas Birru, Opa barusan dari rumah sakit. Mas Birru nggak mau tanya keadaan Mama?” Itu suara Daren. Sedikit membantu agar hubungan kakek dan cucu itu bisa lebih baik.Birru menatap Denta, tetapi tak acuh dengan Fajar. Suaranya pun tidak keluar sama sekali. Dia hanya diam. Nyatanya beberapa saat lalu dia begitu mengkhawatirkan ibunya yang berada di rumah sakit.Sejak pulang sekolah dia dikasih tahu oleh Bibi kala

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 89

    Ruang keluarga kediaman Fajar dikelilingi keheningan yang mencekam. Pasangan suami istri yang sejak tadi sudah sampai itu hanya diam tak mengatakan apa pun. Retno tak menjelaskan sesuatu, begitu juga dengan Fajar yang tak menanyakan sesuatu.Keduanya hanya menatap ke arah yang sama dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.“Bisa kita buat kesepakatan, Ma.” Keheningan itu akhirnya berakhir dengan Fajar yang lebih dulu berbicara. “Setidaknya agar kita nggak terus-menerus berselesih dan bisa mengakhirinya.”Fajar sudah menyerah dengan kehidupan sebelumnya yang membuatnya dihinggapi rasa bersalah yang begitu besar. Sekarang dia hanya ingin kedamaian. Hanya kedamaian di sisa usianya yang sudah semakin menua.“Gia ingin tinggal di dekat Galen dan kami sedang mencari rumah yang barangkali akan dijual.” Meskipun itu belum final, tetapi Fajar sengaja memancing istrinya. Terbukti, perempuan tampak tidak terima. “Mungkin nanti sesekali aku juga akan menginap di sana agar dekat dengan cucu-c

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 88

    “Ibu, ada Bu Retno datang.”Laporan itu membuat Levana yang memejamkan matanya itu sontak terbuka. Dia sedang berbaring di kursi malas di teras belakang rumahnya. Sejak dia tak bisa menghirup aroma masakanan yang kuat, dia tak lagi datang ke restorannya.Galen meminta Yana untuk menangani semuanya dan tentu saja perempuan itu melakukannya dengan baik. Kegiatan Levana sekarang tidak jauh-jauh dari membaca buku, atau berbaring santai di rumah.“Persilakan saja masuk, Bik.” Suaranya terdengar lemah.“Mau saya bantu jalan, Bu?” tawar Bibi setelah itu.“Nggak usah. Saya bisa kok.”Kehamilan Levana kali ini benar-benar diuji. Setiap makanan yang masuk ke dalam perut pun keluar lagi tak lama setelah itu. Suapan ayahnya hanya mempan malam itu saja dan selanjutnya tetap saja Levana memuntahkan makanannya.Galen sekarang pun terkadang hanya bekerja sebentar karena sisa waktunya digunakan untuk menemani sang istri di rumah. Ya, sekarang tidak ada pengendali apa pun dari Galen dan membuatnya beba

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 87

    “Papa udah menyadari kesalahan Papa dan itu sudah cukup. Sekarang Papa bisa mencoba untuk memperbaiki semuanya.” Gia ikut menatap ke arah Birru yang tampak bahagia bermain dengan Dante yang mengangkatnya seperti pesawat. “Birru hanya anak-anak yang hatinya masih sangat lembut. Aku yakin dia akan luluh.”“Ya. Terima kasih sudah mendukung Papa.”Fajar hanya mengangguk. Lalu berlalu membawa Naka yang masih ada di gendongannya mendekati Birru. Di sana juga ada suami Gia yang duduk santai sambil menatap Birru.“Papa,” sapa lelaki itu dan bergeser agar ayah mertuanya bisa duduk di sampingnya.Fajar mendaratkan bokongnya di samping Heydar dan menurunkan Naka. Naka langsung berlari mendekati Dante dan meminta diterbangkan seperti Birru. Dante melakukannya dan Birru tertawa sambil bertepuk tangan melihat adiknya berteriak senang.Senyum Fajar tak bisa ditahan. Melihat rukunnya dua sepupu itu perasaannya menghangat. “Mereka bahagia banget,” komentarnya. “Apa pertama kali mereka bertemu juga sep

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 86

    “Jadi sekarang, diam-diam Papa sudah berdamai dengan Galen dan istrinya?” Lemparan pertanyaan itu dari Retno yang sudah menunggu kedatangan sang suami.Perempuan paruh baya itu duduk di sofa ditemani sepi dan jantung yang bertalu kuat. Sejak tadi dia sudah menunggu Fajar berdiri di depannya karena dia ingin mengonfrontasi lelaki itu dengan banyak pertanyaan.Retno menoleh kepada Fajar yang terdiam di tengah ruangan sebelum dia melangkahkan kakinya. Fajar duduk di sofa yang sama sambil melepas dasi yang membelit kerah bajunya. Tarikan napasnya panjang sebelum dihembuskan keras.“Udah kemakan mulut manis Levana?” tuduhnya tak main-main.Fajar tidak marah, ia justru menjawab dengan santai. “Aku yang lebih dulu mendekati mereka dan meminta maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat di masa lalu,” akunya. “Aku udah nggak bisa lagi mejauhi mereka. Terutama Birru. Aku udah nggak bisa lagi menganggap dia nggak ada.”“Semudah itu Papa luluh dengan mereka?”“Mudah? Apa selama ini nggak cu

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 85

    Pelukan Galen mengerat ketika Levana seakan terusik dalam tidurnya. Malam sudah larut, tetapi Galen lagi-lagi tak mampu memejamkan matanya. Ada banyak hal yang dipikirkan dan salah satunya adalah tentang perubahan sikap ayahnya.Ia percaya kalau ayahnya memang benar-benar sudah berubah, tetapi itu tak serta merta membuatnya merasa tenang. Entah bagaimana reaksi ibunya nanti saat sang ayah memutuskan untuk berdamai dengannya.Keesokan harinya, pagi sekali, bel pintu rumah terdengar. Masih pukul setengah tujuh dan di lantai satu disibukkan oleh kegiatan para asisten rumah tangga. Aroma makanan sudah tercium sampai keluar rumah.“Bapak Fajar.” Pintu terbuka dan Bibi terkejut atas kedatangan ayah Galen tersebut. “Mari silakan, Pak.”Fajar hanya mengulas senyum tipis sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Tatapannya mengitari ruangan dan atmosfernya masih sama seperti sebelumnya. Fajar dulu sesekali juga datang ke rumah tersebut.“Bapak mau dibuatkan kopi atau teh?” tanya Bibi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status