Share

Part 5

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 18:16:11

“Seharusnya kamu menggunakan kontrasepsi, Levana. Seharusnya kamu tidak mengandung anak Galen.”

Pernikahan Levana dan Galen sudah berusia dua tahun ketika Levana positif hamil. Setelah diam-diam dia menggunakan kontrasepsi tanpa sepengetahuan Galen, akhirnya dia meninggalkan barang itu karena dia ingin segera hamil. Mereka sudah tinggal berdua di sebuah rumah dua lantai yang berhasil dibeli Galen dengan uangnya sendiri.

Tak hanya itu, Galen juga sudah menjadi wakil ayahnya sehingga uang yang dia hasilnya lebih banyak dari sebelumnya. Dia juga mendapatkan penghasilan lain dari saham yang dimiliki. Itulah kenapa dia berhasil memiliki rumahnya sendiri yang kini ditempati bersama dengan istri tercintanya.

“Saya sudah pernah bilang. Kamu tidak layak hamil dan melahirkan keturunan Wiraguna. Kamu hanya perempuan miskin!”

Retno saat itu benar-benar marah. Tatapan matanya tajam menusuk. Wajahnya bahkan sudah memerah karena amarah. Perempuan itu mendatangi Levana ketika Galen sudah berangkat ke kantor. Selalu seperti itu. Retno akan mengintimidasi menantunya ketika tidak ada putranya.

“Saya sudah pernah bilang. Gunakan kontrasepsi. Cegah kehamilanmu. Tapi, kamu berani melanggar perintah yang sudah saya buat!”

Beberapa jam setelah ijab qabul dilakukan, Retno memberikan sebuah pil kepada Levana. Dia mengatakan jika itu adalah kontrasepsi. Levana dilarang hamil terlebih dulu dan menunggu sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Setelah pil, Retno sendiri yang membawa Levana ke dokter dan meminta kepada dokter untuk menyuntikkan kontrasepsi untuk Levana. Levana tidak memiliki pilihan lain selain hanya nurut. Retno selalu melemparkan ancaman kepadanya untuk membuat Galen menderita. Ya, Levana lagi-lagi hanya menurut demi Galen.

Keberanian itu akhirnya muncul ketika dia sudah tidak lagi tinggal bersama dengan mertuanya beberapa bulan lalu. Dia tak lagi pergi ke dokter untuk melakukan pencegahan kehamilan. Alhasil, dia mampu hamil dan usia kandungannya adalah tiga bulan.

“Maaf, Bu. Tapi Mas Galen sudah menginginkan anak dari saya.”

Itu bukan sebuah alibi yang dikatakan oleh Levana untuk mencari kebenaran. Sebelum mereka tinggal di rumah mereka sendiri, Galen sudah membicarakan tentang anak kepada Levana. Dia berharap istrinya bisa segera hamil, tetapi Galen tak menuntut yang berlebihan.

Dari sanalah, Levana memutuskan untuk tidak lagi KB. Levana tahu ibu mertuanya pasti akan marah, tetapi dia lebih memilih membuat suaminya bahagia. Hal itu terbukti ketika Levana positif hamil, Galen tampak bahagia luar biasa, dan itu cukup mampu membuat Levana menghadapi amukan ibu mertuanya.

“Omong kosong!” Retno membentak Levana dengan geram. “Seharusnya kamu tahu diri jika kamu tidak pantas, Levana. Kamu tidak pantas!”

Murka. Itulah yang terjadi pada Retno kala itu. Dia tak terima dengan keputusan yang diambil oleh Levana tanpa sepengetahuannya. Tidak seharusnya perempuan itu berani. Tidak seharusnya Levana mengkhianatinya. Sebab, semua keputusan yang diambil oleh anggota keluarganya harus atas izinnya.

Jika dia tak mengizinkan, artinya tidak bisa diterukan. Jika diizinkan, maka lanjutkan. Itulah yang selama ini terjadi dalam lingkup keluarga Wiraguna.

“Ibu mengatakan saya tidak pantas, tetapi bagaimana dengan Mas Galen? Kami saling mencintai dan dia bahagia atas kehamilan saya.”

“Gugurkan!” perintahnya telak yang membuat Levana mengencangkan kepalan tangannya. “Kelahiran bayi itu dari rahim perempuan miskin seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan. Hilangkah dia dari dunia ini atau kamu pergi meninggalkan Galen dan bawa bayi itu bersamamu.”

Reflek, Levana langsung memeluk perutnya sendiri seakan-akan takut terjadi sesutu dengan janinnya. Kepalanya menggeleng pelan tak menyangka jika ibu mertuanya sanggup mengatakan itu kepadanya.

“Saya tidak akan pernah melakukan itu.” Levana menolak cepat. “Saya tidak akan menyingkirkan janin saya, dan saya juga tidak akan meninggalkan Mas Galen sampai kapan pun. Tidak akan pernah!”

“Kamu menantang saya, Levana?” Suara rendah Retno itu seakan menusuk sampai ke tulang. “Kamu berani membuat masalah dengan saya?”

“Saya tidak bermaksud untuk menantang Ibu. Tapi, permintaan Ibu sudah kelewatan. Janin ini adalah anak Mas Galen. Darah dagingnya. Juga cucu Ibu ….”

“Saya tidak akan mengakui dia sebagai cucu.” Retno memotong ucapan Levana dengan teriakan. “Saya tidak akan pernah mengakui dia,” ulangnya. Pendar matanya tegas dan sengit. “Tapi baiklah kalau memang kamu bersikeras untuk mempertahankannya. Saya tidak akan melarang. Kamu juga harus ingat, saya bisa mengambilnya dari hidupmu. Pilihannya hanya dua. Lenyapkan dia, atau kamu akan meninggalkan Galen atas keinginanmu sendiri.”

Setelah mengatakan itu, Retno memutar tumitnya untuk pergi dari rumah putranya. Setiap langkah kakinya seakan penuh emosi yang membara.

Levana jatuh terduduk di sofa dengan tubuh bergetar. Dia tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh ibu mertuanya. Dia tak bisa menduga apa yang sudah dipersiapkan perempuan itu untuk kehidupannya.

Levana merasa ketakutan. Meskipun begitu, tak sekalipun dia mengatakan semua ancaman itu kepada suaminya dan memilih memendamnya sendiri. Dia hanya tidak ingin membebani Galen untuk hal-hal yang seharusnya bisa dia tangani sendiri.

Setelah ancaman itu, Retno tidak lagi muncul di hadapan Levana. Galen pun tidak pernah mengajaknya untuk pergi ke rumah orang tuanya. Pekerjaannya semakin banyak dan bahkan Galen pun harus pulang semakin larut.

Sampai suatu hari, Galen mengatakan sesuatu yang membuat Levana tercengang. “Perusahaan sedang krisis, Yang. Kami semua sedang berusaha untuk mengupayakan agar tidak ada PHK besar-besaran.”

Usia kandungan Levana saat itu sudah memasuki bulan kesembilan dan tak lama lagi bayi yang ada di dalam kandungannya akan lahir. Mendengar berita itu, tentu saja membuat keresahan Levana berkali lipat.

“Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba ada berita mengejutkan seperti ini? Mas juga nggak pernah cerita apa pun sama aku.”

Demi Tuhan, Levana tidak mengerti apa pun sebelumnya. Dia pikir, Galen selama ini bekerja sampai malam karena memang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dia tak pernah menyangka jika perusahaannya mengalami krisis.

“Maaf, aku nggak tahu apa-apa tentang itu.” Levana melanjutkan.  

“Nggak perlu minta maaf. Aku sengaja nggak bilang sama kamu karena aku nggak mau kamu kepikiran.” Galen tersenyum ketika mengelus perut Levana yang bulat. “Justru aku yang minta maaf karena aku sering pulang malam dan nggak bisa menemani kamu.”

Dua orang itu saling menguatkan ketika dilanda prahara yang menyakitkan. Namun, Levana merasa ada yang aneh dengan semua kejadian tersebut. Hanya saja dugaan itu tertelan di dalam hatinya. Jika dia mengatakan kepada Galen, itu hanya akan menambah beban pikiran lelaki itu.

Benar dugaannya. Kemelut perusahaan itu tidak kunjung berhenti sampai dia melahirkan. Di saat dia membutuhkan Galen berada di sisinya, lelaki itu sibuk dengan pekerjaannya. Mengurus ini dan itu untuk menyelamatkan perusahaan yang hampir pailit. Sampai Retno kembali datang dan melontarkan semua kalimat yang membuat Levana akhirnya menyerah.

“Mama!” Ketukan di pintu kamar Levana membuyarkan semua ingatan akan masa lalunya. “Mama!” Suara itu berasal dari Birru yang ada di luar kamar.

Buru-buru Levana beranjak dari sofa yang didudukinya untuk membuka pintu kamarnya. Birru menghampur ke dalam pelukannya.

“Ada apa, Nak? Mimpi buruk?” tanya Levana kepada putranya.

“Mama, kata Suster, aku sebentar lagi akan ulang tahun.” Levana sudah membawa Birru duduk di atas ranjang. Ini sudah larut malam dan Birru terbangun hanya karena masalah itu.

“Benar. Birru sebentar lagi akan ulang tahun ke lima. Birru ingin kado apa dari Mama?”

Birru tampak berpikir sebelum menganggukkan kepalanya. “Birru ingin dibelikan papa, Ma.”

***  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 5

    “Seharusnya kamu menggunakan kontrasepsi, Levana. Seharusnya kamu tidak mengandung anak Galen.”Pernikahan Levana dan Galen sudah berusia dua tahun ketika Levana positif hamil. Setelah diam-diam dia menggunakan kontrasepsi tanpa sepengetahuan Galen, akhirnya dia meninggalkan barang itu karena dia ingin segera hamil. Mereka sudah tinggal berdua di sebuah rumah dua lantai yang berhasil dibeli Galen dengan uangnya sendiri.Tak hanya itu, Galen juga sudah menjadi wakil ayahnya sehingga uang yang dia hasilnya lebih banyak dari sebelumnya. Dia juga mendapatkan penghasilan lain dari saham yang dimiliki. Itulah kenapa dia berhasil memiliki rumahnya sendiri yang kini ditempati bersama dengan istri tercintanya.“Saya sudah pernah bilang. Kamu tidak layak hamil dan melahirkan keturunan Wiraguna. Kamu hanya perempuan miskin!”Retno saat itu benar-benar marah. Tatapan matanya tajam menusuk. Wajahnya bahkan sudah memerah karena amarah. Perempuan itu mendatangi Levana ketika Galen sudah berangkat ke

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 4

    Pertemuan pertama Levana dengan kedua orang tua Galen tidak menimbulkan efek apa pun dalam hubungan pasangan tersebut. Levana yang sudah bekerja di salah satu hotel dan menjadi kru dapur pun tetap bisa melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Begitu juga dengan Galen yang sibuk dengan kuliah S2-nya sambil bekerja di perusahaan ayahnya menjadi sfat biasa.Komunikasi mereka sangat lancar dan bahkan mereka juga memiliki waktu untuk berkencan ketika waktu luang. Ada masa-masa di mana Levana memikirkan tentang kelanjutan hubungannya dengan Galen mengingat bagaimana orang tua Galen tidak menyukainya.“Kamu mau nunggu aku sampai aku lulus S2 ‘kan, Lev?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Galen suatu hari. “Tolong kamu nggak perlu memikirkan tentang orang tuaku karena aku yang akan memikirkan caranya untuk meluluhkan hati mereka.”Levana tidak langsung menjawab. Tentu saja dia bersedia menunggu Galen meskipun memerlukan puluhan tahun sekalipun. Namun, apa pada akhirnya nanti, restu

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 3

    Levana praktis tak bisa tidur. Bayangan Galen terus menerus berputar dalam ingatannya. Memiringkan tubuhnya, Levana mencoba menutup matanya rapat. Mencoba tenggelam dalam dunia mimpi yang panjang, sayangnya sampai tengah malam pun dia tetap terjaga.Beranjak dari ranjang, Levana memilik duduk di sofa single yang menghadap langsung pada jendela kamarnya yang lebar. Menatap langit malam yang gelap, Levana mencoba untuk melepaskan segala pikiran yang membelenggunya. Mengingatkan dirinya sendiri jika semuanya sudah berakhir. Galen juga sudah menikah dengan perempuan pilihan ibunya tak lama setelah dia meninggalkannya.Akan tetapi, semua kisah masa lalu itu tiba-tiba mengeroyoknya tanpa bisa dicegah. Ulasan kejadian demi kejadian yang terjadi sejak awal dia diperkenalankan kepada orang tua Galen sampai pernikahannya dengan Galen itu terbayang dalam ingatan.“Ma, Pa. Ini pacarku. Namanya Levana.” Kala itu, Galen membawa Levana ke rumahnya, memperkenalkan gadis itu sebagai kekasihnya, menunj

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 2

    Di dalam dapur restoran dipenuhi dengan aroma lezat yang memikat. Suara alat masak terdengar tumpang tindih tidak karuan. Desisan minyak panas, serta teriakan singkat para kru dapur saling bersahutan. Kepala koki memberikan intruksi cepat dan tegas, sementara para koki pun fokus pada masing-masing pesanan.Para pelayan mencatat pesanan dengan sigap, mengantarkan pesanan, dan memastikan tamu dilayani dengan baik. Keseluruhan situasi ini terlihat di sebuah restoran yang baru berdiri selama satu tahun belakangan ini. Mama Food sedang menjadi primadona baru untuk para pemburu kuliner berkat menu masakan nusantara yang ditawarkan.Di jam makan siang seperti ini, kesibukan bertambah dua ratus persen. Tak hanya tamu yang datang untuk makan, tetapi sebagian juga sambil membicarakan pekerjaan.“Bos, sepertinya kita memang butuh perluasan restoran ini agar bisa menampung banyak orang.” Salah satu chef yang tengah sibuk pun mengawali obrolan dengan pemilik restoran yang ikut berkutat di dapur.S

  • Rahasia Kepergian Istriku   Part 1

    “Mas, aku ingin bercerai.”Levana menatap suaminya dengan tatapan datar tanpa perasaan. Galen yang baru saja menenggak minumannya itu segera menoleh dan menatap istrinya dengan kening mengernyit. Tampak begitu heran.Tidak ada reaksi yang berlebihan yang diberikan oleh Galen setelah itu kecuali hanya diam. Dia baru saja pulang dari kantor membawa serta tubuh yang lelah luar biasa. Seharusnya dia mendapatkan ketenangan saat berada di rumah, tetapi justru sebaliknya. Namun, Galen tidak menganggap ucapan istrinya itu sebagai hal yang serius.“Sayang, kalau bercanda jangan keterlaluan. Aku baru pulang lho ini. Di perusahaan sangat tidak terkendali.” Begitu tanggapan Galen dengan lembut.“Aku nggak sedang bercanda, Mas. Aku udah berpikir panjang dan memutuskan untuk bercerai denganmu.” Levana menjawab dengan tegas tanpa ada gurat keraguan.Ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan gejolak apa pun. Dia hanya terlihat datar dan tidak berperasaan. Galen yang tadinya mengeluarkan senyumn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status