Share

Rahasia Mendua Suami
Rahasia Mendua Suami
Penulis: Risna Putri

Bab 01

"Tolong katakan pada Mama saya kamu akan mundur dari pernikahan ini." Sebaris kalimat tersebut akhirnya meluncur keluar setelah keduanya terjebak dalam keheningan. "Saya sama sekali gak punya perasaan apa pun dengan kamu."

Ekspresi datar yang pria bernama Reynald itu tampilkan mengisyaratkan kalau dia sama sekali tidak peduli dengan tanggapan gadis di hadapannya.

Bahkan, amplop coklat yang sedari tadi tersimpan di saku seragam dinasnya lantas tersodor di atas meja. "Ambil uang ini. Anggap saja itu sedikit kompensasi untuk kamu," titah polisi tampan tersebut seolah tidak punya perasaan ketika mengatakannya.

"Nominalnya memang gak banyak, tapi saya harap itu cukup mengganti kerugian waktu yang kamu luangkan untuk menuruti kemauan Mama."

Masih saja pria arogan ini menyambung ucapan demi ucapannya yang tidak berperasaan itu. Berharap wanita pilihan ibunya tersebut segera paham dan tidak menggangu kehidupannya lagi.

Namun, wanita bernama lengkap Mahagita Arunika ini tetap saja bergeming. Bibirnya terkunci rapat-rapat, tak tahu harus menanggapi seperti apa.

Semua terasa mendadak. Katakanlah Gita shock bukan main mendengar pernyataan sang calon suami. Calon suami hasil dari perjodohan yang dia jalani tiga bulan lalu.

"Saya sadar selama beberapa bulan ini Ibu saya selalu merepotkan kamu. Beliau mungkin terlalu cerewet mengatur ini dan itu. Pun saya rasa kamu kurang nyaman kan? Jadi, dengan sangat saya minta kamu terima amplop ini lalu mundur dari pernikahan," tegas Reynald tak membiarkan Gita menginterupsi kalimatnya.

Walaupun terlihat tenang ketika mengatakan hal tersebut Reynald masih berusaha memilah kosakata yang tepat dan halus agar tidak terlalu menyinggung Gita. Dia cuma ingin pernikahan ini segera batal tanpa perlu menyakiti pihak mana pun.

Gita yang duduk berhadap-hadapan dengan Reynald seketika menghela napas pelan. Wanita dua puluh empat tahun itu menatap sang calon suami lekat. Tidak ada yang tahu seberapa terkejutnya dia detik ini.

"Saya paham ini mungkin kurang adil untuk kamu, tapi apa yang bisa diharapkan dari pernikahan yang sama sekali tidak didasari oleh cinta?" Sadar Gita mulai bereaksi, Reynald semakin getol membombardir sang calon agar menyetujui permintaannya barusan.

Nada bicara Reynald memang terdengar biasa saja, tetapi itu semua tidak menutupi fakta kalau Gita cukup sakit hati mendengarnya.

"Kalau boleh jujur gak ada yang bisa diharapkan dari pernikahan tanpa cinta dan saya rasa kamu cukup paham dengan hal itu," tukas Reynald mulai blak-blakan.

"Dan sampai kapan pun saya gak bisa menikah dengan perempuan yang sama sekali gak saya cintai. Apalagi yang baru saya kenal tiga bulan lalu."

Keterusterangan Reynald mutlak menyakiti Gita. Semakin panjang waktu yang dia habiskan bersama Reynald di kafe ini, semakin dia sadar laki-laki ini tidak mengharapkannya. Bahkan, untuk mencobanya sekali pun. Terdengar dari nada bicara si calon suami yang kian menusuk.

Mungkin inilah tujuan polisi tampan tersebut mengajaknya bertemu. Di jam-jam makan siang yang tidak pernah keduanya lakukan.

Masih segar di ingatan Gita bagaimana Reynald yang tidak pernah mau menjalin komunikasi dengannya. Meski sekedar bertukar sapa. Entah hubungan macam apa yang sedang mereka jalani sekarang. Betul-betul membingungkan.

Terlalu polosnya Gita mengira semua sikap Reynald normal untuk seukuran laki-laki dingin yang tidak banyak bicara. Semua itu Reynald lakukan bukan karena kepribadiannya, melainkan karena dia tidak menaruh perasaan apa pun pada gadis dua puluh empat tahun ini.

"Kamu masih mendengar saya kan Gita?"

Reynald kembali berusaha menarik perhatian Gita yang entah mengapa bungkam bagai patung sejak dia mengungkapkan keinginannya. Pun lidahnya sedikit berdecak menyaksikan keterkejutan gadis ini yang tidak kunjung usai.

"Seharusnya kamu sadar pernikahan ini tidak akan pernah berjalan mulus tanpa ada cinta di dalamnya," ulang Reynald menegaskan ucapannya sekali lagi. "Sudah berapa banyak pasangan di luar sana yang memilih bercerai padahal pada awalnya mereka mengaku menikah karena cinta dan saya gak mau memposisikan kamu dalam seperti itu."

Masih saja putra sematawayang Rania itu menyampaikan pandangannya tentang pernikahan. Dia sampai tidak sadar mata perempuan di depannya ini sudah mulai berkaca-kaca. Bukan syok lagi yang Gita rasakan melainkan sesak di dada.

"Kenapa diam? Saya bicara sama kamu bukan sama lantai kafe." Kekesalan Reynald mulai tersulut. Sampai-sampai dia menyunggingkan senyuman sinisnya.

Tentu Gita tercekat mendengar nada agak tinggi yang Reynald suarakan. Sungguh Gita merasa terpukul dengan keinginan yang calon suaminya utarakan.

"Tapi, bagaimana dengan reaksi Mama Mas nanti? Saya gak punya keberanian buat bilang itu semua setelah setuju dengan perjodohan ini. Saya benar-benar gak mau mengecewakan beliau," jawab Gita usai dihadapkan kemauan calon suaminya.

Di sisi lain, Reynald mencoba sabar. Jawaban Gita barusan sungguh tidak bisa hatinya terima. "Jadi, kamu lebih mementingkan tanggapan Mama saya daripada perasaan kamu sendiri? Kamu yakin Gita? Saya percaya pernikahan ini gak akan mendatangkan kebahagian apa pun untuk kamu. Termasuk saya."

Ngotot sekali Reynaldi Braga ini memaksakan kemauannya. Sampai-sampai dia mampu meramal masa depan dan menjustifkasi tidak akan ada kebahagian jika mereka sungguh menikah nanti.

Selama beberapa detik Reynald memalingkan mukanya. Dia muak melihat sikap Gita yang berpura-pura seperti malaikat.

'Seberbakti itukah gadis muda ini terhadap ibunya?' Reynald sampai harus bermonolog seperti itu mendengar jawaban seorang Gita Arunika.

Gita menunduk, tatapannya terus tertuju ke lantai. Seakan yang bicara dengannya saat ini adalah si ubin. Bukan Reynald, sang calon suami yang nampak tenang di kursinya, menanti keputusan final perempuan bersweter rajut ini.

"Asal kamu tahu Mama saya cuma ingin balas budi. Beliau gak mengharapkan kamu jadi menantunya karena selama ini dia sering mengenalkan putri dari kenalan ayah saya di kepolisian.

"Kamu tahu, ibu saya hanya ingin balas budi. Beliau gak benar-benar mengharapkan kamu

jadi menatunya karena selama ini dia sering mengenalkan putri dari kenalan ayah saya di kepolisian," ungkap Reynald tak gentar.

"Dari segi karir dan pendidikan mereka jelas lebih jauh di atas kamu lalu apa yang Ibu saya lihat dari kamu?"

Gita mengangkat kepalanya. Hatinya semakin tercabik mendengar itu. Dadanya sakit sekali. Sekujur tubuhnya gemetar tatkala Reynald menyampaikan lautan fakta itu.

"Bahkan, dari segi sosial dan ekonomi kamu gak akan bisa menyaingi mereka lalu sekarang kamu merasa bisa mendampingi saya? Konyol! Mana mungkin Ibu saya memilih kamu kalau bukan atas dasar balas budi."

Gita memejamkan matanya. Dia tidak berani menatap iris kelam Reynald yang urung menyampaikan kebohongan. Luka di hatinya semakin menganga. Penghinaan secara halus itu tak mampu menutupi seberapa pedih perasaan Gita saat ini.

Setidakberhaga inikah dia hingga mustahil bisa mendampingi Reynaldi Braga?

"Saya harap kamu paham akan konsekuensi menikah dengan saya. Kamu masih terlalu muda untuk Ibu saya libatkan dalam pernikahan konyol ini," tutur Reynald sekali lagi menyakinkan calon istrinya ini untuk mundur secara perlahan tanpa paksaan.

Terkesan egois? Ya, memang, tapi sungguh dia tidak ingin hidup dalam aturan yang orang lain buat meski itu ibunya sendiri.

Reynald bangkit dari duduknya. Selama beberapa detik dia memandangi wajah Gita tajam sebelum benar-benar pergi dari sana.

Sekepergian pria itu Gita masih mematung di tempat. Dia diam membisu tak tahu harus merespon apa. Semua terasa cepat baginya. Penolakan Reynald dan ketidaksediaannya dalam pernikahan ini membuat gadis itu menghela napas panjangnya.

Dada Gita sesak mendengar setiap kata yang melintas di lidah calon suaminya. Kehangatan yang sedikit Reynald tunjukan waktu itu ternyata hanya kamuflase belaka.

Tanpa sadar air mata menetes dari matanya. Sudah menganak sungai sebelum denting notifikasi menginterupsi rasa sakitnya itu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status