Share

Bab 08

Penulis: Risna Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-08 23:25:22

"Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini.

Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.

Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini.

Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan.

Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghentikan kegiatannya merapikan meja.

"Mas nyari jam tangan?" Gita inisiatif bertanya. Sekarang dia sedang berhadap-hadapan dengan Reynald yang masih menunjukkan raut datarnya.

Dia mengunci mulutnya beberapa saat sebelum benar-benar menyemburkan kalimat pedasnya untuk wanita ini.

"Kamu masih bertanya? Harusnya kamu lebih tahu diri lagi untuk gak seenaknya memindahkan barang orang lain. Entah, apa yang ada di kepala Mama saya sampai menjadikan kamu sebagai menantu," pungkas Reynald menohok. Bahkan, pertanyaan Gita tadi sama sekali tidak dia gubris.

Polisi berpangkat AKP itu justru melenggang pergi meninggalkan Gita yang masih terdiam di tempat. Jujur, dia masih kaget mendengar kalimat ketus yang anak tunggal Rania itu ucapan padahal harusnya dia sudah wajib terbiasa kan?

Gita menarik napasnya panjang. Dia butuh kesabaran seluas samudera menghadapi pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu. Tapi, tenang saja dia tetap tidak akan mundur dari pernikahan ini.

Pernikahan bukanlah sebuah ikatan yang bisa dipermainkan oleh siapa pun. Menikah lalu bercerai? Kalau begitu lebih baik dia menolak mentah-mentah saat sang mertua mengenalkan anak tersayangnya.

Masih dalam radar penglihatan betapa terkejutnya Gita melirik sang suami yang sudah rapi dengan seragamnya setelah keluar dari kamar mandi. Jam tangan yang pria itu ambil lima menit lalu terletak di laci meja tidak jauh dari ranjang.

Kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi. Secepat kilat kaki sepanjang galah itu melewati Gita kemudian keluar dari kamar ini. Entah hatinya terbuat dari apa hingga bisa menyusul langkah lebar Reynald yang tampak acuh tidak acuh dengan kehadirannya selama ini.

Dengan langkah yang cukup tenang Gita berjalan. Sampai di luar dia menuruni anak tangga satu per satu. Reynald jelas sudah menapaki lantai satu. Kalau bukan karena Rania pria tiga puluh tahun tersebut sudah lenyap dari pandangan.

"Kamu ke kantor Rey?" Itulah pertanyaan pertama yang Rania lontarkan untuk anaknya.

Kerutan di dahi wanita lima puluh lima tahun tersebut tercetak jelas. Nampak kebingungan dengan penampilan Reynald yang sudah rapi siap berangkat kerja.

"Iya, Maa."

"Kamu gak salah, Nak? Jatah cuti kamu masih ada seminggu lagi kan?" Rania kontan mendera anaknya dengan beragam pertanyaan.

"Jatah cutinya aku pindahkan ke bulan lain, Ma. Minggu ini benar-benar lagi banyak kerjaan di kantor," jawab Rey terlihat sangat tenang. Di momen seperti ini wibawanya kentara jelas.

"Tapi, kamu gak bisa gitu dong, Rey. Kamu baru aja menikah. Harusnya momen kayak gini kamu manfaatkan untuk bulan madu, Nak. Bukannya malah mikirin kerjaan."

"Maaf gak bisa, Ma. Kerjaan kali ini betul-betul urgent," tolak Rey begitu halus sangat berbanding terbalik dengan nada bicaranya dengan Gita.

"Apa perlu Mama telepon atasan kamu?"

"Maa, tolong." Dengan nada berat Reynald menolak mentah-mentah opsi yang ingin Rania lakukan untuk mencegah dirinya bekerja hari ini.

"Aku pamit dulu," sambung Reynald sadar Mamanya tidak punya pilihan lain, sedangkan Gita cuma bisa tersenyum dalam hati menyaksikan kepergian suaminya. Sekarang dia tahu apa yang pria itu bicarakan tadi malam di telepon bersama rekan kerjanya.

***

Apa yang bisa dia lakukan selain menyibukan diri sekarang sementara sang suami sudah mulai berkerja hari ini. Ini sudah tiga jam berlalu tapi tetap saja rasa bosan itu tidak mampu dia enyahkan.

Dia pun bingung harus mengerjakan apa di rumah sebesar ini. Semua tugas rumah tangga sudah sang asisten rumah tangganya ambil alih. Rania sama sekali tidak mengizinkan menatunya mengotori tangan sekali pun hanya membersihkan ruang tamu saja.

Aktifitas memberi makan ikan di kolam belakang pun sudah dia lakukan berkat ajakan Rania barusan dan kini perempuan yang bekerja sebagai perawat tersebut telah kembali ke kamarnya, menatap plafon putih kokoh dengan pandangan melamun.

Andaikata, dia dan Reynald adalah pasangan yang saling mencintai pasti momen-momen ini mereka gunakan untuk menghabiskan waktu berdua. Entah itu bulan madu atau saling bercengkerama satu sama lain di kamar.

"Mama tahu kamu pasti di sini." Kedatangan Rania yang begitu mendadak terpaksa membuyarkan lamunannya. "Daripada kamu melamun aja lebih baik kita bongkar album masa kecil Rey."

Gita memberikan atensi lebih saat album tua berwarna biru tersebut Rania buka. Sekilas terpampang deretan foto yang Gita bisa pastikan itu adalah Reynald versi kanak-kanak.

"Ini album foto masa kecil Mas Reynald, Ma?" Gita cukup takjub melihat potret-potret lawas suaminya.

Reynald versi masa kecil terlihat sangat manis di matanya. Apalagi gaya imut yang sang suami pasang sedemikian rupa. Beberapa tatapan polos khas anak kecil juga tertangkap di lensa kamera.

"Iyaa, album foto dari zaman suami kamu masih bocah sampai dia lulus di akademi kepolisian. Kamu takjub ya lihat ketampanan anak Mama ini?" Seperti tertular virus Kamilla, Rania ikut-ikutan menggoda Gita yang tampak terpukau dengan sosok Reynald versi mini.

"Kamu tahu foto ini diambil pas Rey habis nangis-nangis sepulang dari taman cuma karena tukang balon yang dia tunggu gak muncul-muncul. Isengnya Papa waktu itu malah Rey dijadiin objek foto dadakan dan dari situ suami kamu langsung diam. Gak mau kelihatan cengeng lagi."

Mengalirlah cerita tentang masa kecil Rey yang penuh warna. Rania tidak merasa lelah menceritakan hal itu terhadap menantu tersayangnya. Lembar demi lembar pun mereka buka dengan semangat.

Namun, dari semua foto yang Gita lihat barusan entah mengapa dia merasa tidak asing dengan sosok Reynald yang tengah memakai seragam tarunanya?

Apakah dia dan Reynald saling mengenal satu sama lain di masa lalu?

***

Holla! Aku update lagi. Vote kalau kamu suka cerita ini. Komen sebanyak-banyaknya, siapa tahu aku bisa double update ya kan 😂

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 12

    Usai sudah pekerjaan Gita kali ini. Jadwal visit ke kamar-kamar pasien telah dia lakukan lima belas menit lalu. Bahkan, pekerjaannya cukup lancar sebab para penghuni kamar-kamar VIP itu tidak banyak tingkah. Mereka cenderung menyukai pelayanan yang Gita berikan. Pantas bila setiap akhir tahun penilaian kerjanya selalu memuaskan. Keramahan gadis itulah yang menjadi kunci. Berprofesi sebagai perawat sudah seharusnya kan Gita mengabdikan diri."Udah selesai sift kamu, Git?" Tiara bertanya tatkala melihat Gita keluar dari deretan kamar VIP tersebut. Kini mereka sedang berpapasan di lorong lantai lima dengan bawaan alat tempur masing-masing. "Udah, Ti. Minggu depan aku baru kebagian jaga malam," jelas Gita sangat mengingat jadwal tugasnya. "Kamu udah selesai juga?" Sekarang gantian Gita yang bertanya. Pasalnya, sang rekan terlihat hendak naik ke lantai enam belas. "Aku kebagian lembur kali ini, hehe. Gantiin cutiku yang bulan lalu." Gita mengangguk saja. Sepertinya dia harus buru-buru

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 11

    Gita terus mengaduk sotonya dengan pandangan tidak minat. Aroma harum dari makanan berkuah itu entah mengapa urung menggugah seleranya. Ibaratkan, orangnya di sini pikirannya berlarian kemana-mana. Raut masam juga terbit dari bibir mungilnya. Setidaknya, itulah yang tengah Tiara perhatikan sekarang. Dia tidak tahu kenapa rekan sejawatnya ini tidak berselera padahal sudah berjam-jam mereka tertahan di UGD. Pun es jeruk yang es-nya telah mencair sedikit demi sedikit tak mampu menarik atensi Gita. "Git, dimakan sotonya. Masa cuma diaduk-aduk aja. Ini kan bukan bubur," celetuk Tiara sesudah menyeruput soto nan kaya akan rempah itu. Kepalanya sampai menoleh ke Gita selama beberapa menit. "Iyaa, Ti." Hanya itu yang Gita ucapkan sebelum dia menyantap soto miliknya. Namun, sama saja, raut tak berselera masih mewakili ekspresinya. Tiara yang tidak puas menilik ekspresi menyebalkan Gita lantas memutar otak. Dia mencari beberapa alasan yang tepat kenapa temannya bersikap seperti ini. Apa ja

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 10

    Suasana di UGD mendadak chaos sesaat setelah lima belas pasien kecelakaan lalu lintas tiba di rumah sakit Delta Medikal. Beberapa koas dan dokter yang berjaga di UGD langsung bergegas memberi pertolongan pertama kepada para korban. Kondisi pasien yang sudah berdarah-darah menjadi tontonan semua orang. Beberapa pasien rawat jalan yang sedang melintas di lobi kelihatan bergidik ngeri melihat keadaan korban luka parah akibat kecelakaan beruntun tersebut. "Tolong minggir." Begitulah suara yang terdengar di antara rintihan kesakitan para korban. Salah satu dari korban-korban kecelakaan itu ada yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin dialah si korban utama dalam kecelakaan ini. Petugas ambulans yang membawa korban-korban itu terlihat terburu-buru seolah tengah dikejar setan. Tidak ada ketakutan tersirat di mata mereka kala sedekat itu menyaksikan kondisi mengenaskan si korban.Sesampainya di UGD ketujuh korban luka-luka tersebut langsung ditempatkan di bilik-bilik yang memang sedang koso

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 09

    Dengan langkah pelan, Reynald menggeret kakinya menuju dapur. Suasana hening malam mengisi selasar lantai dua tempat dia berpijak sekarang. Dapur bersih yang seringkali ditujukan untuk menghidangkan makanan yang sudah selesai dimasak sekarang menjadi destinasi tujuannya. Tempat yang kadang dimanfaatkan Rania untuk menyantap cemilan dan berbagai hidangan lainnya. Belum sempat menginjakan kaki di kamar, cacing-cacing di perutnya lebih dulu berbunyi minta diisi.Terlebih cuaca dingin malam hari yang membuatnya sangat lapar. Mau membangunkan Ria pun dia tidak tahu apakah sang asisten rumah tangga masih terjaga di tengah malam begini. "Apa minta tolong Pak Abdi aja buat beliin makanan di luar?" Reynald berbicara pada dirinya sendiri. Sungguh perutnya sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sementara di kamar, Gita masih sibuk dengan ponselnya. Jari-jarinya lancar mengetikan huruf demi huruf, membalas pesan Tia, teman kerjanya yang saat ini mendapat jatah sift malam. Selesai membalas

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 08

    "Dimana jam tangannya padahal semalam ada di sini." Decakan kecil Reynald terdengar pagi ini padahal sebelum-sebelumnya dia tidak pernah merasa kesusahan seperti ini. Netra tajamnya langsung mengarah ke satu titik. Siapa lagi kalau bukan Mahagita Arunika yang sedang dia tatap sedemikian rupa. Wanita yang menggunakan kaos oblong panjang tersebut nampak fokus menata meja yang terletak di sudut ruangan.Entah apa yang wanita itu lakukan, melihatnya saja sudah membuat Rey jengkel setengah mati. Dia sudah sangat paham siapa yang mengubah tatanan barang di kamar ini. Namun, bukannya bertanya, Reynald memilih membuka lemari. Mengambil arloji berwarna silver yang dia beli dua tahun lalu. Jam mahal keluaran brand ternama. Meski tak bersuara raut sinis tetap tak mampu dia hilangkan. Sungguh dia muak dengan perempuan muda tidak tahu diri itu. Kekesalan Reynald dapat Gita sadari. Pergerakan sang suami yang tiba-tiba membuka lemari kayu jelas membuat kepala Gita otomatis mendongak lalu menghent

  • Rahasia Mendua Suami   Bab 07

    Reynald begitu tenang mengunci mulutnya tatkala melihat bayangan sang ibu. Keterdiaman Gita semula jelas membuat dia bingung sekaligus heran sebab dari gestur perempuan itu yang hendak mendebat tiba-tiba terdiam. Beruntung dia tidak melanjutkan kalimatnya tadi. Tapi, jika itu terjadi bukankah lebih baik? Biarlah ibunya kecewa di awal yang penting pernikahan ini bisa segera berakhir. Reynald betul-betul tidak menaruh perasaan apa pun terhadap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Pun rasa tidak sukanya bertambah saat menyadari ada yang gadis ini inginkan dari keluarganya.Sementara Rania justru menatap anak serta menantunya bergantian. Apa yang terjadi dengan dua anak manusia ini? Kenapa mereka saling menatap seperti itu. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. "Rey kamu nampak kunci Sedan Mama?" Pertanyaan Rania menyebabkan Rey menaikan alisnya. "Mobil yang biasa Mama pakai ternyata masih di bengkel. Adi bilang baru bisa diambil besok."Bukannya Reynald yang merasa lega men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status