Selama makan, terdengar dentingan sendok milik Kaysan. Alezha yang tidak nyaman mendengarkan pun langsung melirik tanpa berkata apapun.
Kaysan yang menyadari lirikan Alezha langsung berkata, "Aku sudah menyuruhmu menambah poin tetapi kau tidak mau. Aku tidak memperbolehkan ada dentingan karena aku suka mendengar dentingan dari piringku sendiri," ucap Kaysan dengan santainya. Membuat Alezha hanya geleng-geleng kepala. Ia pun kembali mengingat saat dulu ia sering mendenting-dentingkan sendoknya untuk mengganggu Rayden yang sangat risih mendengar suara dentingan sendok dan garp
"Lalu, apa kau juga suka kentut sembarangan?" tanya Alezha ingin meyakinkan.
"Tidak, dari semua poin itu, aku hanya melakukan yang ini saja. Seperti katamu, aku tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu
"Baguslah." Alezha tersenyu
Mereka pun segera mengabiskan makan siang, lalu bubar, ke tempat tujuan masing-masing. Sepanjang perjalanan, Alezha masih memikirkan surat perjanjian itu. 'Benarkah yang aku lakukan ini? Semoga saja dia keputusan ku ini benar. Maafkan aku, Ma, Pa. Anakmu ini telah berbohong pada kalian
Alezha menepikan mobilnya di sebuah panti perusahaan milik rekan bisnis papanya karena akan diadakan rapat di san
"Selamat datang, Alezha." Seorang pria separuh baya menyambutnya dengan hangat. Pria itu bernama Aiden Alexander, rekan bisnis papany
"Terima kasih, Om Aiden. Apakah Rayden sudah datang?" tanya Alezh
"Sudah, dia sedang mengobrol bersama William dan Harry. Masuklah, masih ada waktu untuk mengobrol," ujar Aide
"Terima kasih, Om. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka." Alezha melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan yang akan digunakan untuk pertemuan besar beberapa petinggi perusahaan termasuk dirinya yang menjabat sebagai Direktur Utama di perusahaan papany
Di sana ia mengobrol dengan si kembar William dan Harry yang merupakan anak Aiden. Terlihat begitu akrab karena mereka memang sering bertemu sejak keci
"Bagaimana kuliah kalian?" tanya Alezha pada William dan Harr
"Ya begitulah. Sedikit memusingkan kuliah sambil dipaksa bekerja begini," keluh Harr
"Dipaksa apanya, kau yang memaksaku ikut bekerja di sini karena kau ingin terlihat sibuk, iya 'kan." William menyiku dada Harr
"Iya, aku mengaku. Kak Alezha, selamat, ya. Kata Om Reyza, kau akan menikah dengan Kaysan dari keluarga Anderson. Kalian cocok, Kak," ujar Harr
Mendengar hal itu, Alezha hanya bisa tersenyum. Tidak mungkin ia menunjukkan raut wajah kekesalan saat membahas Kaysan dan perjodohan merek
"Kenapa kau selalu mencampuri urusan orang. Sudahlah, rapat akan segera dimulai. Katanya kau mau jadi CEO seperti ayah. Jangan banyak mengganggu orang, kurangi bicara dan lakukan lebih." William menarik tangan Harry menuju kursi di ruang rapat tersebu
"Lihatlah, mereka itu sangat lucu. Kembar, tetapi tidak menyembunyikan apapun," sindir Rayden pada Alezh
Mendengar hal itu, Alezha tersenyum. "Seperti kata William tadi, kurangi bicara dan lakukan lebih." Pergi meninggalkan Rayden menuju kursi rapa
Rayden hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap kakaknya yang acuh seperti itu.
*****
Hari itu pun tiba. Alezha dan Kaysan pun resmi menikah. Resepsi pernikahan mereka di selenggarakan di gedung Armadja milik keluarga besar Alezha. Banyak rekan bisnis yang datang menghadiri pernikahan mereka. Acara tersebut juga disiarkan langsung di beberapa stasiun televisi. Bagaimanapun juga, pernikahan mereka ini termasuk pernikahan bisnis antara dua perusahaan besar yang nantinya akan jauh lebih besar lagi setelah pernikahan ini.
Banyak keluarga kedua mempelai berkumpul di sana. Tak terkecuali dua adik Alezha, yaitu Rayden dan Erlangga. Erlangga tampak duduk diam sambil memainkan ponselnya. Sedangkan Rayden sedang mengobrol bersama para rekan bisnisnya. Namun sesekali ia menatap Alezha yang sedang tersenyum menyambut para tamu yang ingin bersalaman. Tampak ketidaksukaan Rayden melihat Alezha berpura-pura bahagia.
Bagaimanapun, mereka adalah kembar. Rayden tentu dapat mengerti apa yang dirasakan Alezha saat ini. Keterpaksaan, sudah jelas mengganjal dihatinya.
"Selamat ya, Reyza. Akhirnya kita berbesan," ucap Zaki sambil menjabat tangan Reyza.
"Semoga kita secepatnya memiliki cucu," sahut Reyza.
"Bagaimana, Alea? Apa kau setuju kalau mereka bulan madu di Amerika?" tanya Kayla.
"Boleh, agar Alezha bisa bertemu dengan keluarga kami yang di sana," sahut Alea.
"Aku sungguh tidak sabar melihat mereka pulang dengan kabar bahagia." Kayla tersenyum senang.
"Hei, mereka hanya bulan madu selama seminggu, bukan berbulan-bulan." Alea menyikut lengan Kayla.
"Oh iya, maaf aku lupa." Kayla tertawa sambil menutup mulut.
Sementara itu, Kaysan dan Alezha tengah duduk di pelaminan sambil sesekali mengobrol.
"Kenapa kau selalu tersenyum?" tanya Kaysan.
"Tidakkah kau tahu apa yang dipikirkan orang-orang jika melihat aku cemberut atau menangis di sini?"
"Tetapi kau tersenyum seperti orang yang sedang bahagia."
"Bukankah setiap pasangan yang menikah harus bahagia?"
"Ya, jika ada cinta diantara mereka."
"Aku bahagia karena melihat orang tuaku bahagia." Alezha melihat ke arah kedua orang tuanya yang sedang bercanda ria dengan orang tua Kaysan.
"Kau adalah anak yang berbakti."
Alezha hanya tersenyum mendengarnya. Ia kembali menatap para undangan yang hadir sembari tersenyum saat ada yang tersenyum padanya.
Hingga seseorang yang mereka kenal datang dan memberi selamat kepada mereka, senyuman mereka pun berubah menjadi sebuah kebingungan.
"Cal,,,,Calya!" Alezha menatap Calya dengan wajah pucat. Kenapa Calya bisa datang ke pernikahan mereka? Apa dia ingin mengacaukan acara itu? Berbagai pikiran buruk pun menghampirinya.
"Selamat, ya. Alezha, Kaysan." Calya menjabat tangan mereka secara bergantian.
"Kenapa kau kesini?" tanya Kaysa dengan ekspresi tak kalah terkejutnya dengan Alezha.
"Maaf, aku hanya ingin mengucapkan selamat. Sekaligus mengingatkan kalian bahwa aku adalah bagian dari kalian." Calya tersenyum lembut.
"Jangan khawatir, Calya. Kami masih ingat akan perjanjian kita, kau tidak perlu risau." Alezha mengingatkan.
"Baguslah. Ya sudah, aku pergi dulu." Calya pun pergi meninggalkan mereka dengan senyuman.
Alezha menghembuskan nafas lega begitu juga dengan Kaysan.
"Sepertinya dia sangat mencintaimu." Alezha tersenyum menatap kepergian Calya yang sudah menjauh dan hilang ditelan lautan manusia yang hadir di sana.
"Setiap pasangan kekasih memang harus saling mencintai."
"Semoga kalian selalu rukun sampai menikah."
"Aku merasa sedang dido'akan."
"Semoga terkabul." Alezha tersenyum.
Kaysan menatapnya tidak percaya. 'Apa yang ada dipikirannya? Kenapa dia bisa setenang itu.' batinnya.
Hingga sampai malam tiba, pesta pun usai. Keluarga besar juga sudah pulang. Menyisakan keluarga inti yang akan melepas kedua pengantin menuju rumah mereka yang hanya akan mereka tempati berdua.
"Kaysan, tolong jaga Alezha, ya," pinta Alea pada pria yang kini sudah menjadi menantunya itu.
"Baik, Ma." Kaysan mengangguk. Ia sudah mulai memanggil mertuanya dengan sebutan Mama sejak mereka menikah pagi tadi.
"Alezha, selalu ingatkan Kaysan untuk sarapan ya, Sayang. Dia ini selalu sibuk bekerja hingga mengabaikan sarapannya," ujar Kayla.
"Baik, Ma," sahut Alezha dengan senyuman lembutnya.
"Beruntungnya aku mempunyai menantu penurut dan ramah seperti ini." Kayla mengusap pipi Alezha lalu memeluknya.Alezha merasakan bahwa Kayla begitu amat menyayanginya meski mereka hanya mertua dan menantu saja. Hal itu menambah poin rasa bersalahnya pada seluruh keluarganya."Berbahagialah kalian. Kalianlah kebanggan kami. Semoga langgeng sampai ke anak cucu." Reyza memeluk Alezha dan Kaysan bersamaan. "Jaga diri kalian, jangan pernah berpikir untuk berpisah atau itu akan menyakiti kami," sambung Reyza. Ia serta merta memeluk putri satu-satunya itu. Yang teramat cantik dan disanjung banyak orang.Ucapan Reyza mampu meluluhlantakkan perasaan Alezha. Ia sudah berjanji dengan Calya untuk berpisah dengan Kaysan. Namun kini papanya malah mengatakan hal yang mustahil ia lakukan. Sekali, lagi, ia merasa menjadi orang yang paling jahat bagi keluarganya maupun Kaysan."Terima kasih, Papa," s
Pagi pun menjelang. Seperti biasa, Alezha melaksanakan sholat subuh. Namun ia tidak menemukanbruangan untuk sholat. Maka ia memutuskan untuk melaksanakan sholat di samping ranjangnya.Samar-samar Kaysan membuka matanya. Ia langsung dapat melihat sosok yang tengah memakai mukena berwarna putih sedang melakukan gerakan seperti sholat.'Alezha? Melaksanakan sholat?' batin Kaysan. 'Oh ya tentu saja, dia anak dari orang-orang yang Sholeh dan sholehah.'"Kau sudah bangun? Masih ada waktu melaksanakan sholat," ujar Alezha saat sudah selesai melaksanakan sholat."Ah, ya. A,,,aku akan melaksanakan sholat." Kaysan bangkit dari ranjangnya. Ia pun segera menuju kamar mandi dengan membawa ponsel. Jelas sekali ia tidak tahu menahu tentang sholat karena nyaris tidak pernah melaksanakannya. Mungkin beberapa kali saat ada praktik sholat di sekolahnya.Ia membuka ponsel saat sudah memasuki kamar m
Negara Amerika, Los Angeles-Alezha dan Kaysan baru saja sampai di sebuah hotel paling terkenal di kota itu. Langsung saja ia menelepon keluarganya dan mengabarkan kalau mereka sudah sampai dengan menggunakan SIM card yang ada di negara itu."Kenapa tidak diangkat, ya?" gumam Alezha."Waktu negara ini dan negara kita berbeda delapan jam. Bisa kau bayangkan kalau di sini pukul tujuh malam, maka di sana puku tiga pagi," ujar Kaysan."Oh iya, aku lupa. Ya sudah, aku kirim pesan saja." Alezha langsung mengirimi pesan kepada orang tuanya dan mertuanya bahwa mereka sudah sampai."Ayo, makan malam. Aku yakin kau pasti lapar," ajak Kaysan."Tidak hanya aku, kau juga pasti lapar, 'kan?""Tentu saja, ayo, beres-beresnya besok saja." Kaysan langsung berjalan keluar kamar diikuti oleh Alezha.Mereka makan di restoran yang ada di
Kejadian dimana Alezha harus kehilangan kehormatannya.Flashback OnDua tahun yang lalu."Ayolah Alezha, aku mohon. Ikutlah berpesta dengan kami," rengek Sofi, sahabat Alezha."Tidak bisa, Sofi. Kau tahu 'kan aku sangat sibuk bekerja. Lagipula, mama dan papa pasti melarang ku berpesta apalagi sampai ke bar." Alezha mencoba menolak."Alezha, ini pesta sekaligus reuni SMA. Kau tidak rindu pada teman-teman kita.""Tentu saja aku merindukan mereka, tetapi aku tidak bisa pergi ke sana. Kenapa tidak di restoran saja? Kita bisa makan dan mengobrol sepuasnya.""Ah, kau ini. Tidak asyik jika hanya di restoran. Ayolah, aku tahu kau tidak pernah ke tempat itu 'kan. Anggap saja ini pertama dan terakhir kalinya kau kesana. Apa kau tidak penasaran bagaimana rasanya berpesta di sebuah bar?" Sofi terus saja membujuk Alezha."Tapi bag
Alezha telah sampai di rumah Sofi. Segera ia mengetuk pintu rumah besar itu dengan hati yang kalut hingga ketukannya seperti orang yang ingin melabrak.Tak berselang lama, keluarlah seorang wanita separuh baya yang merupakan pembantu Sofi."Dimana Sofi?" tanya Alezha dengan wajah tegangnya."Nona Sofi bilang, Nona bisa menemuinya di kamar."Tanpa menunggu lagi, Alezha langsung masuk ke rumah itu menuju kamar Sofi. Sakit di area khusunya pun tidak dirasakannya lagi karena perasaan yang kalut terbakar emosi."Sofi!" Alezha menggedor-gedor pintu kamar Sofi.Pintu pun terbuka dengan Sofi yang sedang mengulas senyuman liciknya."Alezha, kejutan sekali kau datang kesini?""Tutup mulutmu! Apa yang telah kau lakukan padaku?" Alezha menerobos masuk ke kamar Sofi dengan perasaaan yang terbakar emosi."Aku t
Alezha terbangun dari tidurnya saat subuh menjelang. Ia pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Namun, saat ia sudah di depan pintu toilet, ia terkejut dengan keluarnya Kaysan dengan hanya memakai handuk yang terlilit di pinggangnya. Membuat tubuh bagian atasnya terlihat jelas. Bentuk tubuh yang diidamkan semua wanita dengan bulu-bulu halus di bagian dada."Aaaaaa." Alezha berteriak sambil menutup matanya dengan kedua tangannya."Hei, kenapa berteriak? Harusnya aku yang marah karena kau ingin mengintip ku."Mendengar ucapan Kaysan, Alezha langsung menurunkan kedua tangan dari wajahnya. "Apa? Mengintip? Aku tidak melakukannya. Aku hanya ingin mengambil wudhu.""Sudah ketahuan mengintip, malah mengelak. Sudahlah, aku mau memakai bajuku." Kaysan pergi dari hadapan Alezha, menuju ruang ganti.Alezha menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. "Sabar Alezha, kau harus sabar. Ayo tersenyum." Ia pun kembali te
Sudah dua hari sejak Calya datang ke hotel tempat Alezha dan Kaysan berbulan madu. Dan semenjak itu pula, Alezha menjadi saksi kebersamaan mereka.Ada sedikit luka di hati Alezha. Namun bukan luka sebuah kecemburuan. Ia sangat terluka karena dirinya sangat lemah dan tak berdaya hingga mengalami hal seperti ini. Menyaksikan suaminya sendiri bercengkrama dengan kekasihnya tepat di depan matanya.Seperti saat ini, ia mendengar Kaysan dan Calya sedang bercengkrama di balkon kamar hotel mereka. Mereka merasa dunia seperti milik berdua. Memang, mereka tidak bermesraan, namun canda tawa Calya seperti jarum yang menusuk Alezha. Entah sejak kapan Alezha merasa kehadiran Calya membuatnya dirinya tak terlihat atau bahkan tak dianggap."Kay, jika kita menikah nanti, aku ingin bulan madu keliling Eropa!" seru Calya."Ya, kau akan mendapatkannya." Kaysan mengusap kepala Calya dan tersenyum."K
Sebulan telah berlalu. Kaysan dan Alezha masih menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Bekerja di perusahaan orang tua mereka masing-masing. Hingga malam itu pun terjadi. Dimana Alezha dan Kaysan diundang ke sebuah pesta pernikahan rekan bisnis Kaysan.Di pesta itu, Alezha tampak sangat bersinar dengan balutan gaun mahal rancangan neneknya yang dikerjakan asisten pribadinya. Gaun itu adalah satu-satunya model terbaru yang hanya dimiliki Alezha."Bagaimana bisa kau secantik ini. Astaga, aku rasa Kaysan adalah suami paling beruntung di dunia ini." Seorang wanita berdecak kagum saat bertegur sapa dengan Alezha dan Kaysan. Ia adalah istri dari rekan kerja Kaysan yang bernama Diana memang sudah mengenal Kaysan sejak terjun ke dunia bisnis karena dulunya Diana adalah seorang pebisnis juga, namun berhenti setelah menikah dan punya anak.Mendengar hal itu, Alezha hanya tersenyum, sedangkan Kaysan keheranan dengan perkataan istri rekan kerjanya itu. Apakah