Share

Pertemuan

Beberapa hari kemudian, Alezha dan kedua orang tuanya pergi ke sebuah restoran. Mereka akan bertemu dengan calon suami Alezha, yaitu Kaysan Anderson dan juga orang tuanya. Rayden dan Erlangga tidak ikut karena ini khusus pertemuan untuk kedua calon suami istri itu.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka segera turun dari mobil. Alezha menatap restoran yang sangat sepi. Ia yakin bahwa keluarga Anderson sudah mereservasi tempat itu demi makan malam ini.

Perlahan, mereka melangkahkan kaki menuju dalam restoran. Mereka di sambut oleh pelayan dan menajer restoran bak tamu agung.

"Silakan masuk, Tuan, Nyonya, Nona," ucap sang manajer sambil menunduk memberi hormat.

Mereka pun dibimbing menuju sebuah ruangan yang berisi sebuah meja dengan enam kursi. Sepertinya ruangan itu hanya di khususkan untuk tamu penting mereka.

Terlihat tiga orang sedang berdiri menyambut mereka. Dua orang yang sudah tua tersenyum ramah. Sedangkan anak mereka hanya menyunggihkan sedikit senyuman seakan tidak peduli.

Alezha dapat melihat bahwa pria yang bernama Kaysan itu juga mengalami keterpaksaan. Memang wajahnya sangat tampan, apalagi dibalut dengan setelan jas yang rapi dan tubuh tinggi nan kekar. Namun tetap saja, Kaysan adalah orang asing yang baru pertama kali Alezha temui.

"Silakan duduk, Tuan Reyza, Nyonya Alea, dan Alezha," ucap ibu Kaysan yang bernama Kayla.

"Terima kasih, Kay," sahut Alea.

Alezha merasa heran mendengar Alea memanggil dengan akrab begitu. Apa mungkin mereka adalah teman?

Reyza dan Alezha pun ikut duduk bersamaan dengan keluarga Anderson.

"Tidak menyangka ya, waktu begitu cepat berlalu. Anak-anak sudah tumbuh dewasa dan sebentar lagi akan menikah." Kayla mulai membuka pembicaraan.

"Ya, dan kau masih sangat cantik seperti dulu. Benar 'kan, Pak Zaki?" tanya Alea pada suami Kayla, yaitu Zaki.

"Benar, tidak sangka rambut kita semua sudah putih sekarang, hahaha," sahut Zaki yang langsung mendapat anggukan dan tawaan dari mereka semua.

Sedangkan Alezha dan Kaysan hanya diam saja tanpa saling memandang.

"Alezha sangat cantik sekali seperti dirimu, Alea." Kayla menatap Alezha dan tersenyum.

"Terima kasih, Kayla. Kau selalu saja memuji." Alea membelai rambut Alezha. "Dia ini putri kebanggaan kami. Dia Armadja kami," sambungnya.

"Ya, aku sudah dengar prestasinya. Dia menamatkan S2 dengan cepat, ya." Kayla melirik Kaysan, ingin melihat bagaimana ekspresi Kaysan saat tahu calon istrinya adalah orang yang sangat pintar.

Benar saja, Kaysan langsung terbelalak menatap Alezha yang ternyata sangat pintar. Sedangkan dirinya saja butuh waktu lama menyelesaikan pendidikan itu. Sekarang isinya sudah dua puluh tujuh tahun dan setahun lalu baru meluluskan S2nya. Sedangkan Alezha yang katanya dua tahun lebih muda darinya sudah menamatkan pendidikannya begitu cepat? Benar-benar mengagumkan.

"Ya jelas saja, papa dan pamanya orang yang pintar, tentu anaknya juga pintar," sambung Zaki.

Mendengar semua pujian itu, Alezha tersenyum pada mereka meskipun itu adalah senyuman palsu. Sebenarnya ia tidak butuh pujian. Yang ia butuhkan adalah melewati makan malam ini dengan cepat.

"Langsung saja ke intinya agar anak-anak tidak canggung. Alezha, Kaysan, kalian akan kami jodohkan, bagaimana? Apa kalian setuju?" tanya Kayla pada dua muda mudi itu.

Kaysan tampak diam, namun seketika ia terkejut saat Alezha mengatakan setuju untuk dijodohkan. Ia menatap Alezha dengan tatapan tidak percaya.

"Aku setuju," sahut Alezha dengan senyuman di wajahnya.

'Bagaimana seseorang bisa menurut seperti itu?' batin Kaysan.

"Ya ampun, anakmu ini penurut sekali, ya. Beruntung sekali Kaysan memiliki calon istri penurut seperti ini," puji Kayla.

"Dia memang putri kebanggaan kami yang tidak akan pernah mengecewakan kami." Reyza menatap Alezha dengan tatapan penuh kebanggaan.

'Seandainya kalian tahu bahwa anak yang kalian banggakan ini hanyalah pembohong besar.' batin Alezha.

"Bagaimana denganmu, Kaysan?" tanya Zaki pada anaknya.

"Bolehkah aku berbicara dengan Alezha terlebih dahulu, Ma, Pa?" tanya Kaysan.

"Boleh, tetapi jangan lama-lama, ya. Kita akan segera makan," ujar Kayla.

Kaysan mengangguk. Ia dan Kayla pun pergi ke luar ruangan, menuju ke kursi pengunjung lain.

"Kenapa kau setuju saja dengan perjodohan ini?" Kaysan mulai membuka pembicaraan.

"Aku hanya ingin menjadi anak yang penurut. Karena apapaun yang menjadi keputusan orang tuaku, maka itulah yang terbaik," sahut Alezha dengan senyuman.

"Tetapi kita tidak mungkin menjalani biduk rumah tangga tanpa cinta."

"Jika kau punya kekasih yang kau cintai, kau bisa terus bersamanya." Alezha menatap Kaysan dengan serius.

"Tidak mungkin. Jika aku menikah, mana mungkin aku berpacaran dengannya."

'Ternyata benar, dia punya seorang kekasih.' batin Alezha.

"Nikahi dia setelah kita menikah dan bahagialah bersamanya."

"Apa?" Kaysan menatap Alezha seakan tak percaya.

"Jangan kau korbankan hatimu dengan perjodohan ini. Nikahi dia, aku akan menyetujuinya."

"Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?"

"Aku sadar, dan aku ingin kau menikahi dia. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian. Aku akan menjaga rapat rahasia ini."

"Kenapa kau mengorbankan perasaanmu dengan perjodohan ini? Apa kau tidak punya kekasih?" 

Mendengar kata kekasih, Alezha menjadi emosional. "Kekasih? Tidak, aku tidak punya." Meremas roknya yang tertutupi meja.

"Baiklah, kita akan bicarakan ini lagi nanti. Sebaiknya kita kembali," ujar Kaysan sambil menatap Alezha dengan tatapan heran.

Bisa-bisanya ada wanita seperti Alezha yang mau mengorbankan dirinya demi kebahagiaan orang lain. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi dengan masa lalu Alezha.

Setelah makan malam itu, Alezha dan Kaysan pun melakukan pertemuan lagi. Dan kali ini, Alezha meminta Kaysan membawa kekasihnya. Mereka bertemu di sebuah apartemen milik Kaysan.

"Perkenalkan, ini Calya, pacarku." Begitulah cara Kaysan memperkenalkan Calya, wanita bertubuh tinggi langsing, berkulit putih, berwajah oval, berbibir tipis, dan berhidung mancung.

"Aku Alezha, kau cantik sekali, Calya," puji Alezha.

"Terima kasih." Calya tersenyum ramah.

"Untuk apa kau memintaku membawa kekasihku?" tanya Kaysan.

"Untuk mengatakan padanya bahwa tidak ada cinta diantara kita. Aku tidak ingin merusak hubungan siapapun." Alezha menatap Calya dan tersenyum. "Aku senang, ternyata kekasihmu pengertian dan ramah seperti ini."

"Aku percaya kalau tidak ada cinta diantara kalian. Aku yakin Kaysan hanya mencintai aku." Calya menggenggam tangan Kaysan tepat di hadapan Alezha yang terlihat biasa saja.

"Apa kau mau menikah dengan Kaysan setelah kami menikah?" tanya Alezha.

"Maaf, aku belum bisa. Aku harus menyelesaikan pendidikan ku terlebih dahulu. Orang tuaku tidak akan mengizinkan aku menikah jika belum menyelesaikan pendidikan itu," sahut Calya.

"Berapa lama lagi kau akan lulus?" tanya Alezha dengan penuh harap.

"Setahun lagi, do'akan saja," ujar Calya.

"Tidak apa, setelah itu, kalian akan menikah," sahut Alezha.

"Maaf, apakah kalian akan bercerai?" tanya Calya ragu-ragu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status