Beranda / Lainnya / Rahasia Senja / 04 Rahasia Senja

Share

04 Rahasia Senja

Penulis: Iani_p
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 15:56:00

_"Saat kita sudah terlihat buruk dimata orang lain. Di saat itu pula, kita harus siap mendengar ucapan yang menyakitkan dan tatapan yang tidak menyenangkan."_

~~~

Senja berjalan terus menuju kamar mandi, untuk membasuh wajahnya yang terasa memanas.

"Senja!!!" Teriakan itu membuat Senja menghentikan langkahnya.

Menatap Asta yang berkeringat. Sepertinya gadis itu dari tadi mencarinya.

"Lu kemana aja? Malah narik Gafi. Terus gua ditinggal. Untung tadi ketemu Gafi. Jadi, gua tanya sama tuh cowok," cerocos Asta tanpa henti.

Senja tidak menyahuti ocehan Asta. Gadis itu memilih memasuki toilet yang tanpa sadar diikuti oleh Asta, masih dengan ocehannya.

Toilet bercat abu itu terlihat elegan. Terdapat tiga bilik yang terbuat dari kaca yang tidak bisa tembus pandang. Senja menuju wastafel berwarna putih bersih itu.

"Parah banget sih!! Yang nyebarin berita hoax kek gitu. Ga mikir apa, itu salah satu pembullyan. Belum aja gua laporin ke guru!!" Kesal Asta.

Senja masih sibuk membasuh wajahnya. "Terus juga, kenapa pacar lu bukannya ngebela. Malah diem aja, mana mulutnya Tio kayak cewek!" Lanjut Asta.

Hembusan nafas kasar terdengar dari mulut gadis berkuncir kuda itu. "Udah lah, Ta. Enggak perlu di keselin. Itu kan pendapat mereka, yang penting enggak sampe lebih dari itu," jelas Senja.

"Ga bisa gitu lah, Nja. Pembullyan dalam bentuk apapun itu, ga bisa kita maklumin. Nanti jadi kebiasaan. Hal kek gitu juga salah satu yang bikin orang mentalnya ke ganggu," protes Asta dengan wajah kesalnya.

Tidak habis pikir dengan logika Senja yang membuat Asta jadi kesal sendiri. Asta tau gadis ceria di sebelahnya itu tidak seperti rumor yang beredar. Tidak mungkin keluarga Senja seperti apa yang digosipkan.

"Btw... Tadi, lu kenapa narik Gafi gitu aja?"

Senja menatap Asta, bingung dengan tindakannya tadi, dan hal itu hanya reflek semata.

"Emm... Ada hal yang gua pengen omongin sama dia. Makanya, gua tarik. Enggak penting juga, Ta. Mending kita ke kantin! perut gua udah bunyi nih," ujar Senja yang mencoba mengalihkan topik. Gadis itu menarik tangan Asta keluar dari toilet.

Asta hanya menurut. Tanpa mau membahas apapun jika sahabatnya sendiri, tidak mau memperpanjang pembahasan mengenai rumor yang terjadi.

Mereka berdua berjalan beriringan tanpa sepatah katapun, hanya saling berpikir dalam hati. Siapa pelaku yang sudah melakukan hal keji seperti itu.

"Lu mau makan apa, Nja?" Tanya Asta setelah keduanya sudah memasuki area kantin.

"Lu yang mau pesenin? Kalo gitu samain aja, gua cari tempat dulu."

Anggukkan dari Asta, membuat Senja melangkah mencari tempat yang kosong. Akhirnya, Senja mendudukkan bokongnya ke kursi itu. Letaknya berada di paling ujung. Karena, hanya tersisa meja dekat jendela yang memperlihatkan taman sekolah yang luas itu.

Tatapan semua murid yang ada di kantin tertuju ke arah gadis berlesung pipi itu. Namun, sebisa mungkin Senja hiraukan.

"Nih, Nja. Untung ga ngantri." 

Senja menatap Asta yang sudah membawa nampan berisi mie ayam dan es teh manis.

"Risih ga sih? Mata mereka dari tadi natep ke arah kita sinis banget," kesal Asta sambil duduk di hadapan Senja.

"Mau gimana lagi, Ta? Anggapan mereka tentang gua udah jelek. Jadi, mau ga mau harus terbiasa ditatap sinis setiap hari," jelas Senja.

Asta menganggukkan kepalanya. "Bener juga yang lu bilang. Yaudah lah ya. Mending kita makan. Selamat makan, Senja!" Seru Asta yang sudah mengaduk mie ayamnya.

Senja hanya tersenyum. Keduanya melanjutkan aktivitas makannya. Sampai seseorang ikut duduk di bangkunya.

"Semua meja udah penuh. Gua sama Gafi gabung di bangku kalian, kaga nape-nape pan?"

Keduanya menatap laki-laki yang berbicara itu. Siapa lagi kalau bukan Galuh.

"Gapapa. Asal enggak buat onar aja," jawab Senja. Entah kenapa semenjak kejadian di koridor membuatnya kesal dengan laki-laki bermata tajam itu.

"Maneh, nyindir urangnya?" Tanya Gafi sambil menengok ke arah samping dimana Senja duduk bersebelahan dengannya.

"Kalo lu ngerasa. Bagus!" Ujar Senja yang sudah menatap laki-laki yang terlihat bekas lembam di bibirnya.

"Kalo ga penuh meja di kantin ini. Saya males harus semeja sama cewek ketus kek kamu!" Jelas Gafi yang kembali menatap bakso di mejanya dan memasukkan bakso ke dalam mulutnya dengan wajah kesal.

"Udah kalian berdua ribut aja. Mending buruan dihabisin dikit lagi mau bel tuh." Lerai Galuh.

Asta hanya diam, menatap Gafi yang memasang wajah kesal. Di mata Asta laki-laki itu terlihat tampan, membuat gadis itu senyum-senyum sendiri.

Menyadari hal itu Senja menyenggol kaki Asta. "Aduh! Apa sih, Nja?" Tanya Asta sambil meringis.

"Lu ngapain senyum-senyum kayak orang gila gitu?"

Asta terkekeh pelan."Nanti gua ceritain."

Senja hanya menganggukkan kepalanya. "Pulang sekolah. Ngumpul dirumah Senja ya?" Tanya Galuh.

Tatapan Senja terarah ke laki-laki berambut belah tengah itu. "Rumah gua? Enggak deh. Kayaknya, mending dirumah lu aja."

"Rumah gua lagi banyak sodara, jadi kagak bisa. Udah dirumah lu aja sih," putus Galuh.

"Rumah gua juga lagi di renov. Jadi, takut ga konsen," sambung Asta yang ikut bersuara.

Gafi hanya diam sibuk dengan kuah bakso dihadapannya. "Yaudah. Di rumah lu aja ya, Fi?"

Semburan dari mulut Gafi mengenai tangan Senja. "Ohokk... Hah? Rumah urang?" Tanya Gafi sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Ishhh.. Jorok banget sih. Gua cuma nanya. Kenapa malah nyembur ke tangan gua?!" Kesal Senja.

Asta terkekeh geli. "Hahaha... Lu lagi pms ya, Nja? Gua liat dari tadi, marah-marah ke Gafi."

"Ya lu coba di sembur gitu, bakal marah ga?" Emosi Senja. Membuat Asta hanya nyengir kuda.

"Hahaha, Senja. Kasian di kasih kuah bakso bau jigong," ledek Galuh dengan tawa renyahnya.

Wajah Senja sudah merah padam. "Berisik!" Tukas Senja

"Sorry. Maneh da tiba-tiba ngomong begitu. Urang teh jadi kaget," ujar Gafi yang sudah selesai meminum air putih entah milik siapa.

Senja hanya diam. Gadis itu mengambil tisu dan membersihkan tangannya. 

"Heh.. lu minum aer gua?" Tanya Galuh.

"Maneh beli lagi gih. Ntar urang yang bayar," jawab Gafi santai.

"Udah-udah. Dari tadi ada aja yang diributin. Mending pikirin lagi, mau kerja kelompok di rumah siapa," lerai Asta.

Senja yang marah karna tersembur kuah bakso, dan Galuh yang air putihnya diminum oleh Gafi. Membuat Asta lelah.

"Jangan di rumah urang. Jarak rumah urang teh ke sekolah jauh. Mending di rumah Senja aja, kayak kesepakatan awal," imbuh Gafi.

"Huuuh. Yaudah, di gua." Pasrah Senja. Daripada harus berdebat lagi.

"Oke. Gua nebeng ya?" Ujar Galuh.

"Lu ngomong ama siapa?" Tanya Asta yang sudah mengernyitkan dahinya.

Galuh menggaruk kepalanya. "Hehe. Siapa aja yang sedia nebengin gua," jawab Galuh yang sudah menatap gadis berambut tergerai itu.

"Maneh teh jalan kaki wae. Biar seger," celetuk Gafi dengan senyum miringnya.

"Lu aja, gua ogah!" Tolak Galuh sambil menunjuk Gafi.

Yang ditunjuk hanya menaikkan kedua bahunya. "Yaudah, Asta sama lu bareng gua aja. Lu bawa kendaraan kan?" Tanya Senja ke Gafi.

"Iya bawa. Nanti urang buntutin dari belakang," jelas Gafi.

"Oke. Awas aja sampe lu kabur!" Tegas Senja sambil menatap laki-laki itu.

"Tenang aja. Urang mah da bisa di percaya. Kalo maneh ga percaya. Maneh bareng urang we," jelas Gafi dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ga usah. Gua percaya."

Bunyi bel berdering, membuat semua murid saling berhamburan. Termasuk mereka berempat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Senja    27 Rahasia Senja

    _"Perlakuan sederhana terkadang membuat bahagia."_~~~Cuaca begitu mendukung untuk beraktivitas di hari libur. Termasuk gadis berambut cepol dengan setelan traningnya. Senja baru saja selesai melakukan yoga. Helaan nafasnya terdengar, peluh yang membanjiri wajahnya begitu terlihat. Gadis itu menengguk botol minum berisi air mineral hingga 'tak tersisa.Bunyi ponsel terdengar nyaring. Senja melirik sebentar ke arah benda pipih yang tergeletak manis di atas meja belajarnya. Selesai menyimpan botol minum, dan mengelap keringatnya ia langsung meraih benda itu. Senyum yang menampilkan lesungnya, kini muncul begitu dalam.Gadis itu langsung menarik handuk, yang tergantung rapih di dekat pintu. Setelah melihat pesan yang entah dari siapa, gadis itu langsung bergegas mandi. Mungkin orang spesial yang akan datang.Sudah hampir setengah jam, akhirnya Senja se

  • Rahasia Senja    26 Rahasia Senja

    _"Hidup itu tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti, selalu ada masalah dalam hidup. Masalah ringan, sedang, hingga masalah yang begitu rumit. Tapi, semua itu punya jalan keluarnya."_~~~"Ikut gua!"Suara berat, membuat gadis berambut pirang itu menatap ketiga orang dihadapannya dengan tatapan aneh."Mau apa sih lu?! Punya urusan sama gua?""Udah lah, lu engga usah banyak bacot!" Bentak laki-laki berkulit sawo matang itu."Ngapain sih?! Gua ga mau!" Berontak gadis itu.Namun, laki-laki bertubuh tinggi itu menyuruh kedua temannya membawa paksa Viola."Bagas!!! Lu mau ngapain gua?"Laki-laki yang dipanggil Bagas itu hanya mengedikan pundaknya, dan berjalan mengikuti kedua temannya itu.Viola, gadis itu mencoba melepas cengkraman kuat dari kedua kakak kelasnya. Namun

  • Rahasia Senja    25 Rahasia Senja

    _"Apa yang kita pikirkan benar, belum tentu benar. Bahkan, bisa saja yang kita anggap tindakan yang benar ternyata malah sebaliknya. Sebuah kesalahan."_~~~Hujan sore di ibukota Jakarta terlihat begitu deras. Awan yang tadinya cerah, kini terlihat begitu gelap. Seharusnya semua siswa-siswi SMA GARUDA sudah pulang sejak sejam yang lalu. Namun, mereka harus menetap di ruang kelas menunggu hujan mereda."Ta, gua perlu ngomong sama lu."Ucapan itu membuyarkan lamunan Asta. Suara berat dan khas itu, menyadarkan Asta bahwa bukan lagi Senja yang duduk di sebelahnya, melainkan Galuh."Hem..."Galuh langsung duduk di sebelah gadis itu, tadi ia meminta Senja untuk berpindah tempat duduk sebentar selagi gadis itu menunggu dijemp

  • Rahasia Senja    24 Rahasia Senja

    _"Apa pun perkataan orang lain, tidak perlu kita hiraukan. Jika itu hanya melukai diri kita. Dengarkan saja yang perlu didengar, anggap angin lalu yang tidak perlu untuk didengar."_~~~Suara riuh terdengar begitu gaduh di kelas IPA 2. Senja yang berjalan dengan penampilan yang sangat berantakan, melewati beberapa temannya yang menatapnya dengan sinis.Cangkang telur serta putih telur bercampur dengan kuningnya, bertengger manis di rambut sebahu gadis itu. Aroma menyengat menusuk indra penciuman semua orang yang ada di dalam ruang kelas.Galuh hanya mengekor dari belakang, sedangkan Gafi hanya diam duduk di kursinya. Laki-laki bermata almond itu tidak lepas memandang Senja yang terlihat tidak baik-baik saja."Bau banget badan lu, Nja. Bikin kelas bau busuk! Bersihin dul

  • Rahasia Senja    23 Rahasia Senja

    _"Orang yang kita anggap akan ada dipihak kita ternyata sama saja dengan yang lain. Rasa kecewa itu benar-benar terasa, menyakitkan."_~~~"Enggak perlu lu anter. Gua kesini sama supir," ujar gadis berambut hitam itu. Sejak Revan dan yang lainnya pergi, keduanya sudah memutuskan untuk duduk di trotoar dekat penjual minuman dingin keliling dan tukang somay."Maneh teh kunaon, sewot terus sama urang? Urang teh punya salah kitu?" Tanya Gafi.Senja menghela nafasnya, ditatap laki-laki yang tingginya 176 cm itu. Memang Gafi tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi bagi Senja, laki-laki itu memang harus ia jauhin. Lebih tepatnya jangan sampai berurusan dengan laki-laki dihadapannya ini."Lu enggak punya salah. Gua harap, ucapan gua di sekolah bisa lu lakuin ya? Gua enggak mau p

  • Rahasia Senja    22 Rahasia Senja

    _"Kecewa itu......"_~~~Beberapa menit setelah Gafi meninggalkan rumah Arya. Keempat anak remaja itu asik dengan kartu dan cemilan di atas meja. Sesekali umpatan-umpatan kasar keluar dari bibir mereka."Sial! Kalah lagi gua!" Celetuk Arya.Tama hanya tertawa merasa senang, karena sejak tadi Arya selalu kalah. "Udah, lu mending maen barbie aja," ledek Banu.Hal itu membuat Arya berdecak kesal, dan melempar batal tepat ke wajah tampan laki-laki itu. "Lu kira gua cowok apaan?" Kesalnya.Banu tertawa sambil memegang perutnya yang terasa kram. "Cowok jadi-jadian hahahaha,""Si anjir! Lu kalo ngomong, perlu gua sumpel mulut lu ya?" Omel Arya."Haha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status