Share

Hukuman

Suara jam beker berdering keras membuat sang empu langsung membuka matanya. Kella merasa terusik tidurnya, tangannya meraba-raba jam beker hingga jam itu terjatuh dari nakasnya. Kella secara mengambil jam beker, meskipun sedikit kesulitan, lalu menekan tombol off agar berhenti.

Tangannya meraih handuk yang berada di kapstok dan melakukan ritual di kamar mandi seperti biasa. Selang beberapa menit Kella sudah berada di kamar tidurnya yang sudah memakai baju segaram sekolah, berdiri di depan cermin besar sambil memperhatikan tubuhnya sendiri.

“Hm ... kenapa tubuhku mulai gendut, yah?” gumamnya berpikir. Pasalnya dulu tubuh Kella tergolong kurus, dan sekarang tampak sedikit berisi.

Rambut Kella terkepang ke belakang, dengan kacamata sebagai aksesoris tetapnya. Ia tersenyum, "Perfect juga!" takjubnya pada diri sendiri. 

Fashionnya memang jelek, dan terlihat seperti anak cupu. Tetapi, semua itu ada alasan tersendiri yang tidak boleh diungkap, menjadi sebuah rahasia baginya sendiri. Tangan Kella mengambil ransel cokelatnya, lalu disandang di punggungnya.

Pukul 06.30. Kella pasti akan terlambat dengan jarak antara kos dan sekolahnya. Ia segera berlari agar cepat sampai, namun naas kakinya yang kecil memperlambatnya. 

Kella mengumpat setiap langkahnya, "Gaswat! mampus sudah, aku pasti kena tumbal mereka," umpatnya sambil terus berlari.

Hari Senin, termasuk MOS pertama di Sekolah barunya. Ia akan menjadi siswi di SMA Negeri 1 Teknikal, sekolah yang menjadi idaman banyak orang. Adik tirinya juga menginginkan sekolah di sana, hanya saja Silva masih kelas sembilan. Sekolah yang memiliki kesulitan dalam menyeleksi muridnya, yang selalu menjadi daya tarik semua orang. Sekolahnya memang banyak orang pintar, dan juga berduit.

Termasuk dirinya, ia juga siswi yang cerdas di sekolahnya dahulu. Jadi, Kella lebih mudah lolos seleksi. Kella awalnya didaftarkan oleh Anons di Sekolah yang biasa saja, karena Kella memutuskan untuk mencari kebenaran tentang bunda dan sahabatnya.

Jadi, Kella tidak datang ke sekolah pilihan bokapnya, dan memilih di SMA Negeri 1 Teknikal. Sedangkan Anons Amersoln tidak mengetahuinya, semua biaya yang dibayarkan juga tidak Kella ambil. Kella lebih memilih misinya, meskipun harus memakai uang sendiri.

Sekarang Kella berlari dengan kencang menuju sekolahnya. Alasannya cukup simple, yaitu berhemat. Bukan karena kekurangan uang, melainkan sudah terbiasa terdidik seperti itu. Keringat bercucuran di dahinya, badannya juga tidak kalah berkeringat membuat seragamnya menjadi basah. 

Aduh, Kella terlambat datang ke sekolah di hari pertama, matanya melihat ada kakak berjaz osis itu ada di depan gerbang sekolahnya. Wajah kakak osis itu tampak menyeramkan seperti siap menceramahi dan tidak sabar memberikan hukuman pada murid baru yang datang terlambat.

Tubuh Kella menegang kala itu, ia teguk salivanya dengan berat. Kella memberanikan diri untuk menghampiri kakak osisnya dengan rasa takut, kepalanya menunduk dalam-dalam. Kella melihat sepatu seseorang, itu artinya kakak osis sudag berdiri di depannya, membuat rasa takutnya semakin menjadi.

"Siswa MOS? Kenapa terlambat!" tegur kakak osis itu dengan nada dingin.

Tubuh Kella bergemetar takut, masih menunduk takut. "Ma-maaf, kak," lirihnya dengan gugup, sama sekali tidak berani menatap wajah kakak osis.

Kakak osis itu menghela napas, berusaha untuk sabar menghadapi murid baru. "Ya sudah! Cepat kamu ikut kebarisan itu!" tunjuknya pada tempat luas. 

Di sana ada beberapa murid yang terlambat juga seperti Kella. Kella melihat arah tunjuk kakak osisnya, ada dua barisan yang terpisah. Satu barisan berisi banyak orang, dan yang satunya hanya empat orang. Mau tidak mau Kella harus ikut bergabung dengan mereka.

Kakak osis yang lain juga ada yang menatapnya tajam, perihal keterlambatannya. Ketika berada di barisan, kakak osis berbeda menghampiri mereka. Lelaki itu bermata sipit, tubuhnya menawan, serta kulitnya yang cerah membuatnya semakin tampan bak Idol Korea. Dia menyusuri barisan yang terlambat dengan tatapan mata sipitnya yang tajam.

Saat itu juga, lelaki itu berdiri di samping Kella. "Kenapa kamu terlambat, hm?" tanyanya dengan suara dinginnya.

Kella merasa telinganya seperti terasuki oleh angin membuat tubuhnya menegang lagi. "Ke-kesiangan, Kak!" jawabnya dengan gugup.

Lelaki itu tersenyum smrik di hadapan Kella setelah mendengar jawaban Kella lalu bertanya balik, "Apa, kesiangan?" 

Kella mengangguk kecil. "I-iya, kak!" gugupnya bertambah berkali lipat.

Wajah Lelaki itu mencondong ke hadapannya, membuat Kella menunduk takut. "Lihat saya!" perintahnya dengan nada bentakan dan suara lantang.

Deg!

Kella meneguk salivanya dengan berat, ia sungguh takut. Memandangnya? Tetapi ini terlalu dekat! “Nggak, aku nggak mau!” batin Kella. Ia meringis takut sambil tetap menunduk.

"Lihat saya! Jangan sampai untuk ke tiga kalinya saya harus mengulang!" Hembusan napas lelaki itu berjarak dekat dengan Kella. Kella juga merasakan napas yang menerpa wajahnya.

Perlahan Kella memberanikan diri untuk menatap netra dari lelaki yang tidak diketahui namanya. Mata mereka berdua saling bertemu membuat jantung Kella berdegup dengan kencang tidak seperti biasa.

Dag dig dug!

Tenang Kella!

Tenang!

"Ke-kemarin saya habis membereskan barang pindahan sampai malam, jadi kesiangan," ungkapnya dengan penuh keberanian mengatakan alasan terlambat dengan jujur.

Lelaki itu menegakkan tubuh, "Push up dua puluh kali! Setelah itu gabung dengan yang lain!" perintahnya lalu dia pergi menuju ke sebuah ruangan.

Kella menghela napas dengan lega, jantungnya juga sudah berkompromi. Kemudian, ia melakukan hukuman yang diberikan oleh lelaki tadi. Setelah itu bergabung dengan lainnya.

"Kalian pasti sudah diperintahkan untuk membawa peralatan MOS nya, kan? " taanya kakak osis yang lain.

"Sudah, Kak! " serentak semuanya menjawab.

Kella mulai mencari barangnya, tetapi ada yang ketinggalan. Matanya berkelabat, dan giginya menggigit bibir bawah karena panik.

“Aduh mampus aku!” gerutu Kella.

Tubuhnya mulai berkeringat dingin, ketika kakak osisnya mulai bergerak. Matanya berkeliling mencari teman sepertinya, ia melihat di sampingnya juga panik memulai pembicaraan.

"Syut!" sapa Kella dengan suara kecil.

Gadis yang rambutnya sebahu, dengan

jepit rambut berbentuk Hello Kitty menoleh padanya. Dia menunjuk dirinya sendiri, "Saya?" tanyanya dengan pelan takut ketahuan. 

Kella mengangguk.

"Apa?" tanyanya sedikit keras.

Kella berbisik, "Pelankan suaramu! Kamu bawa apa saja?" 

"Bawa yang disuruh, tapi aku lupa ada satu yang kurang lengkap," jawabnya dengan lirih. 

Kella kembali berbisik, "Apa itu?" tanyanya penasaran.

"Minumannya hehe.” Gadis itu terkekeh kecil.

"Sama dong!" 

"Kamu juga? Kalau kamu apa?" tanyanya balik.

“Silver queen." 

Kella tersenyum senang, ia juga merasa senang ketika ada teman sama sepertinya. Wah! Sekejap ia merasakan sebuah kebahagiaan yang sederhana, ketika dalam situasi seperti ini. Kella juga penuh percaya diri untuk dihukum.

"Siapa yang sedang berbisik tadi!" tegur kakak osis yang perempuan. Dengan dandanan sedikit menor, dan lipstiknya terlalu tebal untuk seumurannya.

Mereka berdua terdiam ketika ketahuan kakak osisnya. Sementara kakak osis itu mendekati mereka, "Kalian berdua! di mana barang yang kami suruh bawa?" tanyanya. 

"Ini kak.” Mereka berdua memberinya.

Kakak osis itu mengecek perlengkapan mereka, matanya beralih pada gadis berjepit Hello Kitty. "Di mana minumannya?" tanyanya dengan alis terangkat.

"Lu-lupa kak," jawabnya dengan gugup. 

"Kamu ini sebenarnya niat sekolah nggak, sih! Kenapa sampai lupa! Dasar! Belum masuk kelas saja sudah main lupa, gimana nantinya!" Amarah kakak menor itu memuncak. Kemudian, dia beralih pada Kella."Mana punya kamu?" 

Tangan Kella bergetar saat memberikan perlengkapan.

"Ini juga sama? Di mana silver queen, yah! Lupa lagi, huh?" 

Kella mengangguk.

Kakak osis itu berdecak kesal, "Ck! Sudah jelek, kutu buku, dan sekarang," hinanya. Matanya melihat mereka berdua dari atas sampai bawah. "Pakai pikun lagi! Sudah tuir, yah? heh!"

Sementara mereka berdua tertunduk lesu. Tangan perempuan itu bersedekap, tidak tahu harus apakan adik kelasnya.

"Ada apa ini?" Suaranya yang dingin menelisik hingga ke telinga mereka.

Tubuh Kella menegang seketika mendengar suaranya, seperti pernah mengenali suara itu? Kella memberanikan untuk melihat pemilik suara itu. 

"Eh, bebeb emesnya aku datang," ucap Kakak OSIS yang berdandan menor tadi, dia langsung merangkul padanya.

Kella sendiri tercengang ketika suara manja keluar dari mulut gadis itu.

"Lepas!" Lelaki itu melepas paksa rangkulan gadis itu, merasa risih.

Lalu lelaki itu mendekati Kella dan gadis yang memakai jepit rambut hello Kitty. "Kenapa kau memarahinya?" tanyanya pada kakak osis.

"Perlengkapan kurang lengkap," jawab kakak osis itu dengan cemberut. 

Lelaki itu mendekati Kella. "Kamu yang terlambat tadi? Sekarang apa alasanmu?" tanyanya.

Belum sempat menjawab, kakak osis berdandan menor segera menyahut. "Lupa lagi? Atau kesiangan juga?" Jadi, gadis yang sedang ditanya hanya diam saja.

Lelaki itu menghela napasnya, "Kamu jongkok berdiri sepuluh kali!" tunjuknya pada teman di samping Kella. 

"Sedangkan kamu, putar keliling lapangan sebanyak dua puluh kali, setelahnya hormat pada tiang bendera!" tunjuknya pada Kella.

Gadis menor tadi tersenyum miring, ada mangsa baru untuknya. Seperti tradisi, Osis akan mengerjai ataupun melakukan sesuatu yang mereka suruh.

Kella ingin bernego, tetapi lelaki itu menjawab, "Tidak ada bantahan! cepat lakukan!" 

Alhasil Kella hanya bisa menggerutu di hatinya. “Apakah dia gila? Panas-panas gini, disuruh berdiri di situ? Pakai lari segala lagi!” batinnya. Mau tidak mau ia harus turuti. Kemudian, Kella berdiri tegak. "Siap, Kak!" kata dengan lantang.

Lelaki itu melihat sikap Kella hanya tersenyum samar, sementara ekspresi dari Kella datar karena terlanjur kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status