Share

Geng Senior Mulai Muncul

Kella meletakkan ransel di kursinya. Lalu tubuhnya ia dudukan, rasanya seperti mimpi yang samar. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa, hanya bisa berdiam beku.

“Hai! Kamu Kella, kan? kita bertemu lagi,” sapanya dengan seru. Kella menoleh, terlihat jelas gadis yang berkenalan dengannya memakai pita hello kitty, dia bersikap ramah.

“Hai, kamu bukanya yang waktu MOS, kan?” tanya Kella kembali. Lalu gadis tersebut mengangguk padanya, sembari tersenyum.

“Indira Camelia Ans, hari ini kamu jadi teman sebangku aku, yah?” tawar gadis tersebut sembari tersenyum ramah.

Kella menatapnya dalam, baru kali ini ada seorang memperlakukannya dengan baik. Bahkan papah kandungnya saja tidak ada respon terhadapnya, papahnya hanya mengutamakan adik tiri.

Dia mengulurkan tangannya. “Kellansa Ansaria,” balasnya dengan muka datar. Lalu ransel Indira letakkan di kursi samping. 

•••

Kella berjalan menuju kantin melewati bisikan para murid. Dia sekarang menjadi trending topik peringkat pertama, bersama dengan cowok paling disukai oleh para siswi.

Dia berjalan bersama Indira. Terkadang Indira dulu yang inisiatif membuat Kella tertawa, tanpa mengingat kepedihan. 

Namun, mata tajam Kella membuat langkah mereka terhenti. “Ada apa Kella?” tanya Indira. Sementara, Kella segera sembunyi di balik dinding.

Kening Indira mengkerut, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, dan dia hanya bisa mengikuti instruksi dari Kella.

“Syut!” Telinga Kella di pasang dengan tajam, untuk mendengar pembicaraan lima murid senior. 

Sedangkan Indira juga ikut mendekat, Kella yang berposisi jongkok dan Indira yang berposisi berdiri, mereka lakukan agar dapat menguping.

“Kenapa kalian tidak becus! Sudah saya bilang untuk dibuat jatuh!” Bentak gadis berambut panjang, suasana di antara mereka begitu mengerikan.

“Kalian tahu dibayar untuk apa, kan!” tangan gadis tersebut menunjuk mereka dengan amarah. “Ta-tahu nona,” Kella mendengar hal tersebut dengan alis terangkat.

“Kalau begitu, kenapa dia tidak jatuh! bahkan,” mata gadis tersebut berlinang air. Lalu menatap tangan dengan penuh benci, dan tak terduga. 

“Mereka berpelukan, hah! Kalian ingin bertanggung jawab atas kegagalan ini!” Dia membentak dengan nada memekik, “Kalian terlalu payah!” hinanya.

“Gara-gara kalian, rencanaku untuk mempermalukan dia di depan umum gagal tahu tidak!” Gadis tersebut matanya menyala, dengan suhu menjadi panas akan kemurkaannya pribadi

Kella mendengarkan semua isi percakapan mereka. “Kella, ada apa? aku masih belum paham,” Indira bertanya dengan lirih. 

“Siswa cowok yang tiga itu, yang tadi membuat aku jatuh.” Jawab Kella sama lirihnya. 

Indira masih tak mengerti, “Jatuh? Apa itu gadis yang katanya jatuh di pelukan kak Azam?” tanyanya.

Kella yang mendengar hal tersebut ada sedikit rasa kesal bercampur malu. Ia baru kali ini merasa di permalukan, apalagi jatuhnya tidak etis begitu. Bagi yang lain mungkin akan merasa bangga, tetapi seorang Kella tidak memiliki kebanggaan atas insiden skateboard.

“Kamu kira jatuh seperti itu etis? No way!” geram Kella mengingat kejadian tadi pagi.

Indira cekikikan kecil. “Itu menurut kamu, tapi bagi para fansnya pasti merona.” Ujarnya dengan lirih.

Kella memutar bola mata malas, “Sudahlah! jangan diingat lagi!” dengusnya.

“Iya ta--” belum juga Indira protes, Kella memotongnya. “Syut! jangan berisik!” tegur Kella dengan berhati-hati. Indira hanya tertawa kecil.

“Pokoknya lain kali kalian harus berhasil! kalau tidak,” gadis berambut panjang itu memperlihatkan sesuatu dari ponsel. “Lihat ini baik-baik, saya akan sebarkan seantero sekolah ini!” kecamnya dengan nada mengancam.

Tiga lelaki itu bergetar takut, dengan kepala tertunduk. Mereka mau tak mau harus mengikuti, bila tidak ingin tersebar. Raut wajahnya terlihat ketakutan, seakan ponsel itu adalah hidupnya yang terancam.

Tidak tahu apa yang gadis itu perlihatkan pada mereka bertiga, membuat Kella semakin penasaran siapa dibalik rambut panjang itu. 

Belum sempat mereka mendengar banyak hal, mereka berlima sudah berlalu pergi. Kella merapikan posisinya dengan berdiri, “Aduh! Kella tidak lihat ada orang apa!” ringis Indira sembari mengelus dagunya yang terbentur oleh kepala Kella. 

Sementara Kella tampak biasa saja, “Maaf.” Pintanya, Indira mengangguk maafkan.

“Kel, siapa gadis tadi? Kenapa dia menyuruh orang lain untuk membuatmu terluka?” Tangan Kella bersedekap.

“Aku juga tidak tahu, Indira.” jawabnya. 

Indira mendengus, “Sudahlah! Kita ke kantin saja ayo!” serunya sembari menarik tangan Kella.

•••

Kantin

Suara bergemuruh dari banyak murid. Mereka saling bernegosiasi dan saling menawar, serta jual dan beli ada di tempat ini.

Tempatnya yang luas, dan megah. Serta pernak dan pernik modern, bergelimang dari bentuk arsitekturnya. Mereka juga saling bergurau, dan melepas rasa penat dari materi pelajaran. 

Kella dan Indira sedang mencari tempat duduk, jalannya menuju bangku kosong. Mereka duduk di sana, lalu Indira segera memesan makanan dan minuman untuk berdua.

Kella menunggu di tempatnya sendiri, sedangkan Indira sedang membeli pada mbak kantin. 

“Eh, lihat guys! Dia yang pelukan sama ketua osis kita, kan?” Tiga gadis dengan seragam ketat, dan riasan tebal menghampiri Kella.

Kella melirik sekilas, jujur saja rasanya malas untuk merespon mereka. Mereka seperti tidak ada kerjaan saja, selain mengganggu dirinya.

“Enak tidak tuh, dipeluk sama pak ketua?” sindir Velyn padanya. 

“Ups, jangan bilang kamu sudah pernah peluk pria selain ketua?” sambung Velyn mencibir.

“Benar, apa kamu juga sudah melakukan hal aneh?” sahut Dinda teman satu gang dengan Velyn.

“Atau mungkin,” Velyn menggantung perkataannya. “Tapi bukanya berpelukan itu tak perlu dipermasalahkan Velyn?” potong Cesy teman mereka berdua yang terlihat bodoh, dan lambat.

“Diam kamu Cesy!” kesal Velyn karena memotong perkataannya. Pipi Cesy menggembul, dengan muka cemberut.

Kella terkekeh, “Apa yang dibilang teman kamu yang satu itu, benar adanya. Jadi, apa masalahnya?” balasnya dengan dingin, sembari merujuk pada Cesy.

Velyn mengepalkan tangannya, lalu tunjuk pada gadis yang dibenci. “Diam! Dasar jalang kecil!” bentaknya dengan mata menyala.

Kella mengatur nafasnya yang akan meluap amarah. Sebisa mungkin ia bersabar, dan tidak terbawa emosi.

Sungguh, ia tak suka akan hinaan seniornya tadi. Dia ingin sekali memotong mulutnya yang tajam, apa tidak ada hal lain selain kata 'Jalang.' 

Kemudian, Kella memasang wajah datar. “Kamu yang seharusnya diam, mulut kok seperti cabe!” cibirnya pada Velyn.

“Apa kamu bilang!” Tangan Velyn akan melayang ke arahnya, dan tanpa di sangka Indira menyiram jus stroberi pada Velyn.

Mata Velyn terkejut, wajahnya berekspresi takut dan jijik. “Iuh, apa ini? Jijik banget, uwek.” Velyn berpura-pura muntah, karena tumpah jus di kepala. 

Kella dan dua teman Velyn terkekeh. Merasa lucu akan tumpahan jus di kepala temannya. 

“Minum tuh jus stroberi! Biar otak gak penuh dengan kata kasarmu! Hmph!” Sembur Indira yang juga merasa kesal pada Velyn dan dua anteknya. 

“Lagian kalau ingin demo itu sana sama pak ketua saja, kenapa harus pada Kella yang hanya seorang korban?” sambungnya sembari menaruh gelas kosong dan gelas yang berisi jus mangga milik Kella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status