Share

Tatapan Iri Banyak Mata

Kella sedang dihukum, sebanyak dua puluh kali. Kepalanya terasa pening dan letih, ia hampir saja pingsan. Dengan sekuat tenaga ia harus tetap melaksanakan hukuman, bila tidak kakak Osis tadi akan memarahinya.

Lelaki itu sejak tadi mulai mengawasinya.

Kella memutarinya sudah sebanyak lima belas kali, yang membuatnya terasa letih. Kakinya juga serasa lemas, bahkan nafasnya sudah tersengal hanya untuk masuknya udara ke dalam rongga hidungnya. Ia menoleh pada siswa yang masuk ke kelas, sedangkan dirinya masih dihukum.

Kella juga menyadari kesalahannya, yang sudah teledor dan terlambat bangun. Ia ingin mengeluh, tetapi itu tidak akan bisa. Di sini juga tidak ada kenalannya, hanya ada lelaki yang menatapnya selalu.

Bukan hanya lelaki itu yang menatapnya, tadi saja banyak mata iri yang menatapnya tajam. Mungkin saja, mereka fans dari pengawasanya. Apalagi tatapan judes dari kakak osis yang perempuan.

Sangat mengerikan!

Seakan mereka semua ingin menerkamnya, lalu menjadi sebuah santapan.

Mereka tidak tahu saja, diawasi pria itu terasa seperti di Neraka. Melihat mata tajamnya saja membuat bulu kuduk merinding.

Sungguh mengesalkan!

Napas Kella tidak teratur, rasanya haus dan kepanasan. Di lihat dari suhu sekarang, cukup tinggi. Ia harus sabar dengan keadaannya, di mana banyak cobaan yang seiring bertambah. Dan baginya ini merupakan sebuah ujian kenaikan pangkat, jadi tidak perlu mengeluh.

"Kenapa berhenti!" suara dingin menusuk ditelinganya.

Kella berhenti mengatur napasnya, tetapi ia kena tegur oleh pengawasnya. Rasanya sungguh menakutkan ketika suara dingin menelesik telinganya.

"Apakah tarik napas tidak di perbolehkan?" ketusnya, lalu kembali berlari menyelesaikan sisa putarannya, setelah mengatakan hal tadi.

Lelaki tersebut menarik alisnya. What? dia seakan tercengong cara bicaranya. "Gadis yang aneh," gumamnya. Dia kembali fokus mengawasinya. Alasannya gadis itu terlalu banyak kesalahannya, seperti terlambat masuk dan lupa membawa barang MOS.

Di sisi lain, Kella yang sedang berlari tiba-tiba merasa pening. Pengelihatannya mulai mengabur, sementara hukumannya belum mencapai dua puluh putaran. 

Napasnya juga terasa berat, dadanya mulai sesak dengan jantung berdegup kencang. 

Harus kuat!

Harus kuat, Kella!

Dia sekuat tenaga menyelesaikannya, namun naas belum juga selesai tubuhnya sudah ambruk terlebih dahulu. Lalu terjatuh tanpa alas di lapangan, dengan mata yang terkulai lemah. 

Lelaki itu panik, lalu menghampirinya. Matanya melihat tubuh lemah adik kelasnya, ia ingin membantu tetapi takut untuk menyentuhnya. Sejak kecil, dia tidak suka menyentuh perempuan yang bukan siapanya. Tetapi kali ini berbeda, dengan keadaannya yang hanya mereka berdua.

Sedangkan yang lain? Pasti sedang sibuk memberikan materi. 

Dia meneguk salivanya, lalu meraih punggung kecil dari gadis itu. Membawanya ala bridal style dengan sedikit keberanian. Dia berlari melewati koridor dengan gusar, dan juga memarahi yang menghalangi jalannya.

"Minggir kalian semua!" bentaknya pada mereka.

Di situlah banyak mata memandang di balik jendela kelas. Mereka terpukau dan ada yang merasa iri melihat kedua insan tadi.

"Siapa gadis itu?" Ada sedikit rasa cemburu dan iri melihat gadis yang di bawa pujaan hatinya.

"Velyn, sepertinya dia sedang caper deh! " adu perempuan dengan tampang liciknya.

Velyn Dryn, perempuan yang manja dengan gaya selangit, seorang anak dari donatur kedua terbesar di Sekolah elit SMA Negeri 1 Teknikal. Dia juga seorang fashionable, dengan barang yang serba branded. Parasnya memang tergambar seperti bak malaikat yang terjun memberi kedamaian, tetapi siapa yang menduga jika paras dan karakternya sungguh sangat berbeda.

Kelakuannya yang suka berfoya-foya, menghamburkan uang untuk membeli barang branded, serta selalu berganti mobil. Dia juga merupakan salah satu Anggota Osis tercantik di sekolahnya, serta menjadi primadona setiap harinya.

Velyn mengepalkan tangan kanannya, "Kamu bilang dia caper? Sama ketua Osis kita? Jangan harap!" sungutnya dengan tatapan penuh bencinya.

Memang sedari dulu, dia selalu menyukai lelaki tadi. Pertemuannya dengan Ketua Osis terlihat seperti drama korea, di mana mereka saling bertemu pada musim gugur. Dia yang sedang merasa terpuruk, merasa ada sentuhan tersendiri di dadanya. Ketika melihatnya wajahnya yang menawan di bawah pohon gugur membuatnya jatuh hati.

Dari situlah ia mulai mencari informasinya. Awalnya gagal tetapi bukanlah seorang Velyn jika tidak bisa mencarinya, ia tidak pernah putus asa. Setelah mengetahuinya, dia memutuskan untuk satu Sekolah dengan sang pujaan hati.

Velyn menatap punggung badan pujaan hatinya. "Saingan baru, nih?" ucap gadis berambut pirang.

Velyn menatap temannya tajam, "Hah! siapa dia? Melihatnya saja tadi bukan selevel!" hinanya.

Dia berbisik padanya, "Meskipun levelmu berbeda, tetapi dia jauh lebih unggul darimu!" katanya.

Tangan Velyn mengepal, emosinya memuncak. "Jangan harap!!" bentaknya membuat temannya tersenyum licik.

"Tenangkan emosimu! coba pakai cara lain agar dia jera?" sarannya kepada Velyn.

"Maksudmu Din?" tanyanya pada temannya.

Temannya bernama Dinda Arlent, dikenal dengan akalnya yang licik. Gadis yang selalu menjadi juara Atletik, meskipun sifatnya yang selalu provokatif.

Dinda membisiknya, "Beri pelajaran padanya!" sarannya dengan tersenyum licik.

"Gak mau!" tolak Velyn dengan cepat.  

Dinda tersenyum smrik, "Kau takut tersaingi?" provokatornya.

"Takut? Tidak ada kata takut dalam kamusku!" sergah Velyn kepada gadis berambut pirang.

Dia pergi keluar kelas meninggalkannya. Dinda tersenyum smrik, "Bilang saja takut kalah saing! Hm!" ucapnya.

Tangannya bersedekap, "Tunggu dulu, deh! Sepertinya familiar dengan wajah gadis tadi?" gumamnya. Lalu dia mengedikkan bahunya, dengan memutar bola matanya malas.

•••

Bunyi pintu terbanting, memperlihatkan dua siswa yang sedang gusar. Di mana perempuannya tengah di bopong dalam keadaan terkulai lemah, dan terlihatlah ruangan putih yang mendominasi.

Pria itu membawanya ke ruang Uks, yang membuat Dokter di sana tampak terkejut. Keringat Pria tersebut membasahi tubuhnya, dan baju sekolahnya.

"Dokter!" teriaknya dengan panik.

Napasnya juga tersengal setelah berlarian untuk membawanya ke sini, sementara dokternya yang sedang mencatat stok obat juga ikut panik.

"Azam, ada apa ini?" tanya padanya, Azam segera menaruhnya di ranjang pasien. "Pingsan, dok!" jawabnya.

"Baiklah, biar saya cek," Dokter tersebut mengeceknya dengan stetoskop miliknya.

Pria itu menatapnya, "Gimana, dok?" tanyanya yang sedikit khawatir.

Dokter tersebut bernama Alana Smith Rahendra. Dokter dengan lulusan terbaik di Universitas ternama, dia sarjana dengan gelar Doctor of Medicine. Dia juga salah satu dokter terbaik di Sekolahnya, dan di rumah sakit Teknikal Medicine. Dua bangunan terfavorit dengan kualitas terbaik.

Dokter Alana melepaskan stetoskopnya, "Dia hanya lelah, barangkali ia belum sempat sarapan.” Alana beralih ke kursinya.

"Apakah kamu tidak bertanya padanya?" tanya Alana, membuat lelaki itu sedikit menelan salivanya.

Dokter Alana menggeleng. "Huft.. tapi aneh yah kenapa hanya dia yang pingsan? Padahal tempatnya berpindah di Kelas," ucapnya sedikit bingung.

"Aku menghukumnya," singkat dan padat menjawabnya.

Dokter Alana beralih padanya. "Kenapa menghukumnya? Seharusnya tanyakan dulu sudah sarapan belum, baru di hukum!" sarannya pada siswa tersebut, yang termasuk sepupunya itu.

Dokter Alana beranjak, lalu mencari obat untuk pasiennya. "Lain kali kamu jangan kayak gitu lagi! Ini obatnya," tuturnya sembari memberikan pil kecil.

"Ingat! Minta gadis itu meminumnya setelah makan, dua kali sehari!" titah Alana dengan wajahnya yang lembut.

Lelaki tersebut mengangguk. "Pil apa ini? kok kecil?" tanya padanya ketika melihat pilnya berwarna orange.

“Begonya kamu Zam! pil vitamin saja tidak tahu? sejak kecil bukankah kamu memakannya?” teriak batin Alana.

Alana tersenyum paksa. "Azam?" Lelaki tersebut mengangkat kepalanya, ia memelotot matanya. 

Melihat Dokter Alana seperti ingin menerkam, "Kamu terkadang pintar, setelah itu bodohnya on lagi, yah?" senyum devilnya.

Lelaki tersebut bernama Azam Rahendra. Dia ketua Osis di sekolah milik keluarganya. Anak yang terkenal di kalangan pria atau wanita di Sekolahnya, dan terkenal tidak suka terlalu dekat dengan perempuan yang bukan siapanya.

Dia juga memiliki sejuta fans yang selalu mengikutinya, dan berteriak kepadanya. Dia pintar, kaya, tampan, dan juga cool. Tapi sayang dia minim akan senyuman, dan akan menjadi bodoh bila bersama sepupunya Alana.

Azam tercengong, "Benarkah?" Dia membalikkan pil tersebut dengan teliti. 

Dokter Alana menggeleng. "Ini itu vitamin, Zam! vitamin!!" semburnya.

Azam menampiknya, "Air liur muncrat tuh!" ucapnya dengan datar. 

Darahnya memuncak ketika, dia mengatainya. "Kamu yah, Zam! Sekarang sudah berani, yah!!" murkanya sembari menjewer telinga sepupunya.

"Aw! Tante telinga Azam sakit, tolong lepaskan dong!" protesnya pada Dokter Alana.

Dokter Alana menggertakkan giginya. "Biarkan! mampus ini telinga, supaya sopan sama orang tua!!" geramnya.

"Okhey, oke! Azam minta maaf, lepasin dong Tante!" pintanya pada perempuan berjilbab itu.

Alana melepaskan tangannya, sementara pria yang kesakitan itu memegang telinganya yang pedih. Dokter Alana menghampiri pasiennya, lalu ia memberikan minyak kayu putih padanya.

Azam beralih mendekati ranjang gadis yang ia bawa tadi. Matanya yang hitam pekat kemerlap, bertemu dengan kelopak mata yang damai milik gadis itu. Gadis itu belum juga tersadar, matanya masih terkulai lemah. Padahal sudah Dokter Alana kasih minyak kayu putih, tetapi belum juga bangun.

Azam yang menatapnya datar, seketika tersadar bahwa ada kegiatan yang harus ia kerjakan. Sebelum pergi, dia meminta sepupunya untuk menjaganya selagi dia dalam keadaan sibuk. Menurutnya tugas Ketua Osis baginya lebih penting, dan tanggung jawab juga jauh lebih penting, maka dari itu ia meminta sepupunya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status