Share

Matamu dan Mataku Saling Bertemu!

Dokter Alana menyuruhnya untuk istirahat, padahal Kella sama sekali tidak ingin tidur. Gadis itu merasa sudah jauh lebih baik, tetapi kenapa tidak di izinkan? Aneh.

Sudah jam berapa ini? Kella merasa bosan di tempat yang hampa ini dengan bau obat yang menyengat hidung. Dokter Alana izin untuk pergi ke Rumah Sakit Teknikal, sementara dia sendirian di UKS.

“Huh! Membosankan!” gerutu Kella.

Kella melihat ke arah jam dinding, sudah pukul 14.30. Rasanya mengesalkan sendiri di tempat seperti ini. Matanya menatap dinding lain, dengan suasana seperti di pemakaman.

Ini sungguh membosankan!

Kella ingin sekali berteriak, tapi ia tahu berada di mana. Jika melakukan hal itu, bisa saja ia akan dihukum.

Tapi ... tunggu!

Bukankah dia sedang sendiri? Ini kesempatan bagus untuk mengecek data tadi! Kella segara berdiri dan mulai berjalan ke lemari tempat data itu tersimpan. Kella nyakin pasti ada petunjuk di UKS ini.

"Di mana mapnya?" monolognya dengan gusar, takut dan gelisah.

Kella takut jika ada yang tiba-tiba datang, dan memergokinya melakukan sesuatu. Ia mencoba menggeledah semuanya, tetapi kenyataanya berkas itu tidak ada. Kella mengusap rambutnya dengan kesal. Ia juga berdecak kesal, sedari tadi tidak ketemu.

Kella mencoba mencari di lemari yang Dokter Alana ambil, lalu mencari di lemari lain. Serta di tempat meja, dan laci meja dokter. Kella terus mencarinya, tetapi tidak ada. 

Sial! 

Kella mulai khawatir, dan takut ketahuan. Matanya bertemu pada laci kecil di bawah lorong meja, tetapi laci itu tergembok.

"Kok, digembok, yah? Gimana mau bukanya!" geramnya sambil mengigit bibir bawahnya.

Laci itu kecil, sehingga jarang ada yang tahu. Benda itu tergembok, membuat semakin rumit untuk tersorot orang.

Kella masuk ke bawah meja. Ia ingin membukanya, dan melihat isinya. Aneh saja, kenapa Dokter Alana membuat laci tersembunyi? Sementara ketika ia melihat data tadi, tidak terlalu banyak nama. Dan terlihat masih baru, lalu di mana data yang lain?

Apakah itu di laci yang tergembok? 

Tidak! Ia harus mencoba buka! Jika tidak, rasa penasaran yang membara menghantuinya nanti! Kella mendekat, memegang gembok itu. "Aku tak punya kuncinya, gimana nih?" keluh Kella dengan keringat dingin.

Ketika memegang kembali, dan ingin mengakalinya. Seseorang tiba-tiba datang dari arah pintu, dan mengejutkannya.

"Sedang apa kau?" tanyanya. Kakinya melangkah mendekat.

Astaga. Ya ampun! Kali ini Kella merasa terjebak. Rasa takut semakin menjadi-jadi, ia ketahuan dan kepergok bak maling. Kella ingin segera pergi dari suasana mencengkram ini, namun suara kakinya selat mendekat.

Tuk.

Pertama kali seperti dikejar hutang, dan ketika ingin berdiri. Kepalanya menabrak wajah orang itu, lalu mata mereka beradu pandang. Manik hitam kelam dari pria tersebut terlihat tajam. Namun, sedikit ada rasa kesedihan di matanya. Bukan! Tetapi kehampaan di dalamnya. Sepertinya dia kesepian.

Bertemu dengan mata teduh, dan sejernih milik Kella. Mata cokelat mahoni yang damai di dalamnya, membentuk sebuah ruang yang dalam pada mata mereka.

Dag dig dug!

Kella menelan salivanya, ia merasa canggung. Ini tidak bisa terbayangkan! Situasi apa ini? Kenapa ketua osis ini lagi? Ada apa dengan hari ini?

Sedangkan Azam, hanya memasang wajah datar. Tanpa merasa berdosa, karena menatap lekat mata gadis di depannya ini.

"Kakak osis? Bi-bisa tidak mata kamu mundur sedikit?" Kella mencoba tetap bersikap biasa saja, agar merasa tenang dan tidak gugup.

Azam memundurkan wajahnya memberikan ruang pada gadis di depannya. Azam menarik sedikit ujung bibirnya, "Apa jantungmu berdegup kencang?" tanya Azam.

Deg!

Bodoh! Tentu saja! 

Kella merasa geram, tetapi usahakan agar tetap rileks. Siapa yang tidak akan berdegup kencang? Jika yang membuatnya adalah orang seperti dia! Kella merapikan rambutnya yang teracak.

"Narsis! Tidak aku sangka banyak juga orang narsis di sini," sindirnya.

Azam menarik alisnya. "Benarkah?" dia menganggukinya. "Kalau gitu, ambil itu!" suruh Azam sembari memberikan tas.

Kella mengerutkan keningnya tak paham. “Apa?”

Azam bertanya, "Apa kau tidak ingin pulang?" tanyanya melihat kebingungan di wajah dia.

Kella kembali melihat jam, ia sangat terkejut. Ternyata selama itu di UKS? Kella tidak sadar bahwa sudah waktunya pulang? Sekolah macam apa ini? Tidak adakah bel pulang?

Apa mungkin terlalu asik baginya mencari berkas terkait kejadian lalu?

Akhhh ...!

Kella mencoba tenang, ekpresi datar kembali seperti biasa. Mengkondisikan setiap halnya, dan tidak boleh ada yang tahu.

"Oh, pulang yah? Oke, thanks! " Kella mengambil tasnya. Tanpa berpaling pada ketua osis itu, ia langsung melenggang pergi meninggalkan Azam.

Azam menghela napasnya, hari ini dia bertemu gadis yang membuatnya terpancing emosi.

•••

Kella pulang melewati jalanan yang lebar, banyak gedung yang besar dan tinggi. Dia berjalan dengan wajah yang teringat akan kejadian di UKS tadi.

"Kenapa dia harus datang, sih! Semuanya jadi kacau karena dia!" gerutunya dengan pandangan lurus. Kella menghela napasnya, "Apa segitunya, yah seorang osis mengkhawatirkan anak MOS? Yang lain aja juga tidak, kok! " gerundelnya.

Emosinya memuncak sembari mendendang kerikil di depannya. Dia menarik napasnya, "Tidak, Kella! Kau harus berhasil! Apapun itu caranya! " tekadnya.

"Kau harus ku---"

Bruk...!

Gadis berambut sebahu menabraknya, ucapannya terhenti membuat tubuhnya terjatuh sehingga kacamatanya terlepas. Tetapi perempuan tadi asal pergi saja. Kacamatanya juga terjatuh jauh, sementara Kella tidak ingin membuka mata. Jika tidak, semua yang tidak ingin dilihat akan muncul.

Kemudian, Kella sesegera mungkin mencari kacamata itu. Entah apa yang akan dia lihat nantinya, dia harus memakai kacamatanya. Ketika ia ingin memakainya, sebuah gambaran tercetak jelas. Terlihat begitu luas dan menyeluruh. Serta tempat ia berdiri, akan berubah jauh lebih menakjubkan dari yang sekarang.

Matanya berubah total dari warna cokelat mahoni, menjadi biru langit. Sangat indah, dan cantik.

Kella merasa tersentak, ketika melihatnya. "Ini, lagi? Tahun berapa tempatnya menjadi seperti ini?" gumamnya berpikir.

Kella segera memasang kembali kacamatanya. Sementara ia tidak ingin memikirkannya memilih untuk kembali berjalan. 

•••

Kosan Putri Amber.

Ruangan putih bersih dengan pernak pernik yang menggoda. Riasan lentera pada depan kamarnya menjadi ciri khas sendiri. Seperti dulu setiap ada kegundahan dalam hatinya, ia akan menulis secarik di buku merah mudanya.

Kella melihat luar jendela, menatap langit malam. Ia terbiasa menulis di temani bulan, bintang dan lainnya. Mengadu segala keluh kesahnya, di antara mereka. Kella mengambil bolpoin, yang berbentuk permen lollipop. Lalu membuka lembaran baru buku dearynya.

Gadis itu mulai menulis.

Deary Juli,

Hari ini adalah hari paling aneh dalam hidupku. Bertemu dengan seseorang yang memiliki perilaku berbeda, dan hal yang paling aneh adalah dia.

Kau tau? Hari ini semacam keberuntungan atau malah kemalangan? 

Aku tidak tahu siapa dia, tetapi pria itu seperti lem yang melekat tebal. Aku hanya ingin mencapai misiku.

Tapi pria itu datang dengan narsisnya, kelakuannya yang tidak mencerminkan yang katanya seorang siswa teladan.

Apakah siswa teladan itu narsis sepertinya? Yang membuat jantung berdegup kencang? Sungguh hatiku merasakan hal itu! 

Tolong jangan terlalu dekat.              Kalau aku mati gimana? siapa yang akan menemukan kebenarannya?

Apakah dia akan menjadi dinamit di lain waktu? Tidak! aku harus bisa mencapai misiku! Apapun yang terjadi!

Hah! Hari ini boleh gagal, tetapi tidak untuk lain kali! Kau taukan, aku kuat! aku pasti bisa!

Misiku harus tercapai! 

Selamat malam penenang hati,

Kellansa Ansaria Amersoln.

Kella berhenti menulis.

Ia menatap malam di luar jendelanya, "Malam, sampaikan salamku untuk Bunda! Aku akan berusaha mencari kebenarannya," ucapnya lirih dengan penuh harap.

Kella berwajah sayu, "Malam bilang pada Bunda. Aku tak akan mengecewakannya karena putrimu ini kuat!" Ia berhenti sejenak. "Kella kuat kok, Bunda!" Tanpa sadar air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya.

Kella menangis. 

"Malam, sampaikan rinduku pada Bunda! katakan pada Tuhan bahwa aku sayang Bunda.” Kella memberi jeda. "Pasti, Bunda akan bahagia! Di mana pun sekarang berada," ucap Kella menyakinkan diri sendiri.

Kella mengusap air matanya, ia sudah bilang harus kuat! Maka tidak boleh lemah! Ini untuk mencari kebenaran dua orang paling penting baginya. 

"Selamat malam, Bunda! Selamat untukmu juga, malam! Mimpi indah untuk semuanya!" pamitnya.

Air matanya tanpa sengaja sudah menodai buku dearynya, ia bergegas menutupnya agar tidak terlalu basah.

"Siapa yang menangis tengah malam begitu!" tegur suara Ibu kosnya. Suara yang sangat keras, dan menakutkan.

Kella bergegas menyimpan bukunya, lalu mematikan lampu kamarnya, dan langsung berlari ketempat tidurnya.

Sungguh menakutkan!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status