Share

Rahasia Suami dan Ibu Mertua
Rahasia Suami dan Ibu Mertua
Author: Diganti Mawaddah

1. Sama-sama Keramas

last update Last Updated: 2025-05-13 14:42:16

Part 1

"Pagi, Ma." Aku menyapa ibu mertua yang tengah menata meja makan dengan begitu apik. Aneka hidangan sudah tertata rapi dengan aroma sedap yang menggoda rasa lapar.

"Pagi, Bunga. Tidur nyenyak?"

"Nyenyak banget. Tapi ya itu, digangguin anak Mama," kataku sambil menarik kursi makan. Ia pun ikut tertawa. Tangannya begitu gesit menyelesaikan hidangan dan juga merapikan piring kotor bekas masak agar tampilan dapur tidak terlalu berantakan.

"Namanya baru menikah lima bulan, pasti masih gemes-gemesnya gangguin malam hari." Komentar mama mertuaku membuat aku ikut menyeringai. Ia masih asik mengaduk teko berisi teh manis anget. Udara di luar memang agak gerimis, sehingga minum teh pagi hari sangat cocok untuk momen seperti ini.

Mama menarik kursi persis di depanku dan aku baru sadar jika Mama juga sama-sama memakai handuk di kepala. Mama keramas juga? Dua hari lalu, mama pun juga keramas seperti aku. Jika pagi aku keramas, maka ia keramas. Jika aku keramas sore, maka mama pun ikut keramas juga. Aneh gak sih?

"Kayaknya kita kebetulan bareng terus keramasnya ya, Ma?" tanyaku sambil tersenyum.

"Iya, Bunga, bisa pas gini ya. Mama juga baru ngeh. AC di kamar Mama kan rusak. Udah gak keluar dinginnya, hanya angin saja. Mama tetap aja kegerahan, jadinya pagi hari pasti Mama keramas. Pakai kipas angin Mama gak bisa, pasti bersin-bersin kalau bangun tidurnya."

"Oh, iya, berarti nanti panggil tukang service AC aja, Ma. Biar tidur Mama juga nyenyak."

"Iya, Cantik, gampang. Nanti aja panggil tukang service-nya. Mana Gio? Tumben gak turun bareng kamu?"

"Pagi, Ma." Mas Gio mengecup pipi mamanya terlebih dahulu, baru aku. Suamiku sudah rapi dengan seragam kerjanya.

"Pagi, Gio. Panjang umur, baru aja Mama dan Bunga omongin."

"Biar Mama yang ambilkan makan untuk Gio. Kamu makan saja Bunga. Kalian pasti capek habis tempur semalam kan? Mama juga soalnya ha ha ha ... "

***

"Mama turun di sini saja. Kalian lanjut healing-nya."

"Mama beneran gak mau ikut?" tanya Mas Gio seakan tidak sampai hati meninggalkan mamanya sendirian di rumah.

"Dih, Mama jadi obat nyamuk kalian? Mending kalau ada om-om yang mau nemenin Mama. Udah, sana jalan. Hati-hati ya. Jangan lupa pulang bawa tes pack garis dua." Mama mertuaku turun dari mobil. Ia minta diantar ke tempat fitnes langganan yang letaknya kurang lebih empat kilometer dari perumahan tempat aku tinggal.

"Ongkos ojek online untuk pulang nanti ada gak, Ma?"

"Ojek Mama gratis, he he he ... udah, sana jalan!"

Aku dan mas Gio mencium punggung tangan mama, lalu kami melanjutkan perjalanan. Ternyata aku sudah salah menilai mama. Terlalu banyak membaca novel online tentang perselingkuhan cukup mempengaruhi isi kepalaku. Inginnya selalu saja curiga pada suami sendiri.

"Mama udah berapa lama janda, Mas?" tanyaku pada Mas Gio.

"Udah lama banget. Sejak papa meninggal."

"Mama masih muda, loh. Sama aku aja kayaknya lebih boros mukaku he he he ...." Mas Gio ikut tertawa juga.

"Kata siapa? Istri aku paling cantik dan jelas masih muda. Meskipun mama juga tetap masih muda."

"Emang gak ada yang pernah melamar mama?"

"Ada, tapi Mama gak mau, takut aku katanya gak disayang suami baru. Jadi, ya, sudah deh. Kenapa, Sayang, tumben kamu tanya mama terus?"

"Gak papa. Aku hanya penasaran saja sama mama."

"Penasaran kenapa mama mukanya Muda dan cantik?" aku mengangguk.

"Waktu mama usia dua puluh dua tahun, mama operasi di Korea. Mukanya dipermak. Waktu itu almarhum papa masih banyak uang, jadinya mama operasi. Soalnya mama kecelakaan di sana, saat menemani papa tugas, jadinya sekalian dipermak mukanya." Aku sampai lupa menutup mulut mendengar mas Gio cerita. Pantas saja ibu mertuaku sangat muda, ternyata pernah bedah plastik.

"Ya ampun, pantas saja, Mas," komentarku masih yak percaya.

"Kalian sampai gak punya apa-apa. Berarti dulunya kaya banget bisa operasi muka di luar negeri."

"Iya, mau tahu istana jaman aku kecil? Sebentar kita mampir sebelum meluncur ke Puncak ya." Aku mengangguk. Mas Gio mengendarai mobil dengan santai dan terlihat sekali suasana hatinya senang. Apa ini berkaitan dengan pekerjaannya di kantor papa? Ah, iya, sampai lupa kalau aku udah dua hari gak telepon papa.

Mobil masuk ke perumahan di area Pondok Indah. Rumah besar-besar sepanjang boulevard kami lewati perlahan. Sampai di pos jaga, mas Gio menurunkan kaca, menyapa satpam, lalu mobil kami diperbolehkan masuk.

"Kamu tinggal di sini, Mas?"

"Dulu, waktu masih bayi ha ha ha ... sampai usia SD kelas dua kayaknya, tapi lupa-lupa ingat juga. Nah, itu dia, rumahku yang saat ini udah pasti gonta-ganti pemilik." Aku tercengang melihat rumah bak istana yang ditunjuk oleh mas Gio.

"Wuidih, keren banget, Mas." Kami berhenti di seberang. Aku benar-benar takjub dengan rumah yang ditunjuk oleh mas Gio. Design luar negeri, tapi memang terlihat bangunan sudah tua. Bangunan tua yang megah.

"Iya, papa punya pembantu rumah tangga tiga. Penjaga rumahnya dua. Sopir dua dan ada polisi juga yang bertugas di rumah. Pokoknya kayak anak pejabat. Sayang sekali papa meninggal dan harta kami ludes."

Aku ternyata sudah salah menilai mas Gio dan mama. Aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Ternyata mereka berdua mengalami banyak kesulitan sebelum bertemu aku.

"Makasih kamu udah kembalikan senyum mamaku lagi. Makasih mau nerima aku apa adanya." Ucapannya begitu menyentuhku. Kupeluk suamiku dengan erat, agar semua rasa curiga yang pernah ada, sudah tidak ada lagi tertinggal di hatiku.

Kring! Kring

"Mas, aku angkat telepon dulu. Ini dari papa." Aku menekan tulisan terima.

"Halo, assalamualaikum, Pa." Tidak lupa aku menekan juga tanda loud speaker.

"Wa'alaykumussalam, Bunga, kamu lagi di mana, Sayang?"

"Lagi di jalan, Pa. Mau healing sama Mas Gio sebentar ke Puncak."

"Wah, seru banget mau ke Puncak. Masa Papa gak diajak, sih? Papa nyusul ya? Papa nyusul sama ibu mertua kamu."

Bersambung

Hai, ketemu lagi di novel terbaruku. Jangan lupa save dan bintang limanya ya. Terima kasih

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   67. Semua Kembali pada Perbuatan

    "Permisi." Hanya itu yang bisa terucap dari bibirku saat berpapasan dengan Bunga dan suaminya. Rasa malu hati ini sangat tinggi bila mengingat apa yang telah aku lakukan pada Bunga di masa lalu. Bunga sudah bahagia dan aku tidak boleh mengusiknya. Jika suami Bunga menoleh sekilas ke arahku, maka Bunga langsung membuanh muka. Aku sadar dan mengerti ia tidak sudi melihat wajahku lagi. Langsung saja aku masuk menemui pemilik bengkel. Jantung ini yang sempat berdetak cepat, perlahan normal kembali saat pintu ditutup oleh pak Hutama. "Om saya udah cerita tentang kamu. Staf administrasi saya resign karena melahirkan. Bengkel ini butuh staf baru yang bisa mengatur dan melaporkan semua kegiatan serta kinerja bengkel. Karena saya di sini ada dua bengkel, motor dan mobil, saya gak mau asal-asalan mengelolanya. Harus tepat dan bagus seperti bengkel resmi lainnya.""Iya, Pak, saya mudah-mudahan bisa belajar. Saya sudah kirim CV by email.""Ah,iya, saya memang lihat ada email masuk, tapi belum

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   66. Ziarah

    PoV GioDua Tahun KemudianHari ini tiba waktunya. Setiap detik yang berjalan sejak aku membuka mata pagi tadi, hari inilah yang paling aku nantikan. Bisa menghirup udara bebas di luar jeruji besi. Aku tersenyum pada petugas lapas yang mengantarku sampai pintu depan. "Jalani hidup baik, maka kebaikan akan datang padamu. Jangan lupa pergi ke alamat yang saya kasih." Aku terharu. Sekali lagi aku menyalami Pak Farid. Satu-satunya petugas lapas yang tegas padaku, tetapi juga baik. Bahkan ia memberikan kartu nama sebuah bengkel mobil, di mana keponakannya pemilik di sana. "Makasih Pak Farid. Nanti saya pergi ke sini. Makasih atas nasihat Bapak selama saya dibina di sini. Semoga hidup saya bisa lebih baik." Aku pun melangkah dengan penuh harap masa depan yang akan aku jalani nanti. Pria itu baik sekali. Ia bahkan menyelipkan uang tiga ratus lima puluh ribu di tasku. Uang yang akan aku gunakan untuk ongkos pulang ke kampung. Aku menyetop angkot. Tujuanku saat ini salah pemakanan. Aku rind

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   65. Munculnya Shofi

    "Heh, kamu, buka pintunya! Majikan pulang malah bengong aja!" Uti tentu saja tidak paham maksud Sofi. Apalagi dengan bibik yang berdiri di belakang Uti, lebih tidak paham lagi. "Ya ampun, kamu pembantu di rumah ini'kan? Aku lupa nama kamu, Bik. Tolong buka pintunya. Aku mau masuk. Suamiku mana?" cecar Sofi lagi seolah-olah tidak ada masalah. Bibik hendak membukakan pintu, tapi ragu. "Kayaknya Ibu salah alamat. Di sini, saya majikannya." Uti masuk ke dalam rumah, foto pernikahan besar yang belum sempat dipajang, ia bawa ke depan. "Ini, saya nyonya di sini. Ibu jangan mengaku-ngaku ya! Sudah sana pergi sebelum saya panggil satpam! Dasar wanita stres!" Sofi yang tidak tahu apa-apa tentu saja terkejut. Kapan suaminya menikah? Menikah dengan pembantu? Saat pintu rumah dibanting keras oleh Uti, disitulah Sofi tersadar bahwa ia tidak sedang bermimpi. Dari yang ia tahu, hanya Bunga yang menikah lagi, bukan dengan Aji. Aku harus ke kantornya. Sofi pun memesan ojek online. Tujuannya adalah

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   64. Malam Syahdu

    Bunga baru saja selesai mandi. Setelah acara resepsi yang berlangsung sangat meriah, Bunga dan Helmi memutuskan untuk berbulan madu di rumah saja. Alias di rumah orang tua Helmi. Karena jika di rumah orang tuanya, tidak memungkinkan.Tidak masalah, Bunga mengerti posisi Helmi yang sekarang menjadi orang sibuk. Ia pun bisa menyusui baby Z sampai kenyang. Setelah itu, barulah ia bisa mandi. Baby Z sendiri sudah diangkut oleh ibu sambungnya, ibu mertuanya untuk tidur di kamar yang lain. Memang sudah langsung disediakan baby sitter untuk mengasuh baby Z agar Bunga tidak terlalu kerepotan. Notifikasi begitu banyak masuk ke ponselnya yang berisikan ucapan selamat. Sambil menunggu Helmi balik ke kamar, Bunga memutuskan untuk membaca semua pesan yang datang. Termasuk via WA dan sosial media seperti instagram dan Facebook. Ia tahu kehebohan ini pasti karena acara pernikahannya diliput salah satu televisi swasta Indonesia. Namun, sebuah akun yang mengirimkan DM di media sosialnya adalah akun

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   63. Janda Anak Satu Dapat CEO

    "Halo, Helmi, kamu di mana, Nak?""Di kasur, Pa, ini masih jam dua malam. Ada apa, Pa? Bunga baik-baik aja'kan? Papa masih di kampung apa udah di---""Bunga mau melahirkan, Helmi. Apa kamu bisa ke rumah sakit Budi Asih. Cepat ya.""Hah, melahirkan? B-bukannya baru tujuh bulan, Pa?""Nanti aja Papa jelaskan. Kamu ke sini dulu." Aji memutus panggilannya. Di rumah sakit ada Andre yang menemaninya malam ini, sedangkan Uti di rumah bersa bayi dan ART mereka. Sanak famili yang lain sudah pulang begitu jam sembilan malam. "Kok lama ya, Pa?" kata Andre gugup. "Iya, Papa juga gak tahu. Semoga aja semuanya lancar. Papa mules, keringat dingin.""Pa, Andre!" Helmi sudah ada di dekat ayah dan anak itu. Lelaki itu menyalami keduanya. Di belakang Helmi ada sopir sekaligua bodyguard yang memang disediakan pihak kantor untuk mengawal ke mana saja Helmi pergi. "Gimana, Pa?""Masih di dalam. Masih tindakan.""Papa jangan khawatir. Bunga wanita yang kuat. Bayinya juga," ucap Helmi memberikan semangat

  • Rahasia Suami dan Ibu Mertua   62. Pengantin Baru

    "Angga kenapa belum tidur, Dek? Kasihan Papa nih!" Aji merengek pada putranya. Bayi berusia empat bulan itu belum ingin tidur, padahal sudah jam sebelas malam. Bayangan malam pengantin berisik dengan suara istrinya, pupus sudah, yang ada berisik suara celotehan Angga. Aji menimang Angga dengan kain gendongan jarik, berharap bayinya nyaman dan cepet tidur, tetapi yang ada, Angga malah mengajak ayahnya bercakap-cakap. "Anak bayi boleh dikasih obat tidur gak, Ti?" sontak pertanyaan Aji membuat Uti mendelik kaget. "Ya, gak boleh, Pa. Sabar aja. Sini, biarin saya yang kelonin. Mungkin mau ASI." Uti mengambil Angga dari gendongan Aji, lalu kembali membawanya ke ranjang. Ranjang dengan taburan kelopak mawar itu sudah bersih sekarang. Aji yang membersihkannya atas permintaan Uti karena istrinya gak mau kalau sampai kelopak bunga itu malah masuk ke dalam mulut Angga tanpa sengaja. "Jangan menghadap ke tembok, sini aja lihat ke saya saat m3nyusu!" Uti bersemu merah. Wanita itu tahu hal ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status