Share

Bab 8 Hamil Tanpa Suami

Author: Lia Safitri
last update Huling Na-update: 2022-12-13 12:09:29

Aku menatap Ibu-ibu tadi dengan penuh tanya. Apa Mbak Wati tahu sesuatu soal ini?

"Emm...maaf Bu. Saya tidak tahu. Saya permisi!"

Mbak Wati pun berjalan lebih dulu meninggalkanku.

Padahal tadi ia tak berani mendahului langkahku, aneh sekali gelagatnya. Setelah mendapat beberapa pertanyaan dari Ibu-ibu tadi, Ia tampak ketakutan seperti sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.

Setelah jauh dari warung Ia pun menghentikan langkah, dan menungguku yang tertinggal.

"Mari, Non. Saya pegangin, saya takut Nona terpeleset,"

Mbak Wati kembali menuntun jalanku.

"Mbak, saat nyuci baju tadi pagi, kamu sempet bilang 'dia sudah meninggal'. Memangnya siapa Mbak yang meninggal?" tanyaku.

"Iya Non. Dia, wanita yang berteriak tadi malam. Dia sudah meninggal," jawabnya begitu pelan tetapi aku masih bisa mendengarnya.

"Bagaimana bisa, Mbak? Apa ada orang yang membunuhnya?" tanyaku.

Aku berbicara sembari menatap ke perkebunan, agar seseorang yang mengawasi kami tak menaruh curiga pada gerak-gerikku ataupun Mbak Wati.

"Iya, Nona. Beberapa orang suruhan Nyonya sudah membunuhnya."

"Apa? Kenapa mereka membunuh wanita itu, Mbak?" tanyaku terkejut sekaligus penasaran.

Mbak Wati malah menggelengkan kepalanya tanpa menoleh kearahku.

"Sudahlah Nona, itu tak penting untukmu. Sekarang yang terpenting jaga keselamatan diri Nona sendiri,"

Kami telah sampai di jalan yang beraspal, dan Mbak Wati kembali berjalan dibelakangku.

"Jadi, maksudmu aku sedang dalam bahaya, Mbak?" tanyaku tanpa menoleh.

Namun, Mbak Wati hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Hingga kami sampai di depan gerbang rumah Ibu.

"Ti...Wati."

Seorang Ibu tua menghampiri kami, wajahnya terlihat sedikit panik dan khawatir.

"Emm...Bu Yati."

"Ti, Ibu mau ketemu Sari, apa dia ada didalam? Dia sudah lima bulan tak pulang dan tak ada kabar sama sekali. Bisa minta tolong panggilkan Sari keluar? Ada yang ingin Ibu bicarakan dengannya, ini penting!" ucap seorang Ibu bernama Yati itu.

Raut wajah Mbak Wati tampak kebingungan, ia seperti berusaha menghindar dari tatapan Ibu tua itu.

"Kamu jangan diam saja, Ti! Tolong panggilkan Sari keluar, Ibu cuma mau bicara sebentar saja kok,"

"Emmm...." Mbak Wati terlihat ragu ketika akan bicara.

"Kenapa, Ti? Sari lagi sibuk kerja ya didalam?" tanya Bu Yati lagi.

Padahal pekerja wanita di rumah ini hanya ada Mbak Wati sekarang, aku tak mengetahui atau mengenal sama sekali pekerja Ibu yang bernama Sari.

Ketika tinggal di kota, Aku dan Mas Rama jarang mengunjungi Ibu. Sekalinya kemari pun aku jarang berinteraksi dengan para pekerja.

"Emm...maaf Bu. Sari sudah tidak bekerja disini lagi. Dua minggu yang lalu ia pamit pulang sama Nyonya." jawab Mbak Wati.

"Pulang, Ti? Tapi Sari pulang kemana Ti? Dia gak ada pulang ke rumah?" Bu Yati tampak panik.

"Saya tidak tahu Bu. Saya masih ada kerjaan didalam, saya masuk dulu ya,"

"Ya Allah, Sari pulang kemana Ti? Ibu harus cari Sari dimana? Tolong bantu Ibu cari ya, kamu bisa kan?" Bu Yati menangis sembari menatap Mbak Wati sambil memegang tangannya.

"Baik, Bu. Wati akan bantu cari. Tapi sekarang saya ada banyak kerjaan didalam. Biarkan saya masuk dulu, ya Bu." jawab Mbak Wati melepas cekalan Bu Yati.

"Permisi, Bu."

Lalu kami masuk kedalam, saat menengok kebelakang kulihat Bu Yati masih berdiri diluar memandangi kami dengan berlinang air mata.

"Mbak, apakah Sari itu asisten rumah tangga di rumah ini yang kata Ibu-ibu tadi sedang hamil?"

"Iya, itu Non."

Apa lagi ini? Kenapa aku merasa jika pembantu bernama Sari itu tidak baik-baik saja? Apa jangan-jangan wanita yang dibawa semalam itu adalah Sari? Dan bayi yang tempo hari kudengar menangis itu adalah bayinya.

Jika memang benar wanita itu Sari dan bayinya, lantas kenapa Ibu dan Mas Rama membunuhnya?

Aku yakin jika yang membunuh wanita itu adalah Ibu, Mas Rama, dan Bang Reza. Apalagi setelah kutemukan baju Mas Rama yang berlumuran darah itu ditempat cucian.

Tetapi apa motif mereka membunuh pembantunya sendiri?

Hoek...!

Hoek...!

Huekkk...!!

"Mbak, kamu kenapa mual-mual gitu? Masuk angin?" tanyaku memegang lengan Mbak Wati.

Wajahnya terlihat pucat, beberapa kali ia menutup mulutnya, agar tak muntah didepanku.

"Tidak apa-apa Non. Saya masuk dulu,"

Mbak Wati berlari kencang menuju dapur dan memuntahkan isi perutnya di wastafel. Karena sudah menemani ku jalan-jalan pagi ini, aku menghampirinya.

Akupun segera mengambil air hangat dan memberikannya pada Mbak Wati.

"Aku kerokin ya Mbak,"

Ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Terimakasih Non." ucapnya dengan wajah pucat.

"Ayo, Mbak saya antar ke kamar. Mbak istirahat dulu ya. Nanti biar saya saja yang bilang ke Ibu kalau Mbak sedang tidak enak badan,"

Kali ini Mbak Wati tak menolak bantuanku.

Dengan segera ku baringkan Mbak Wati di atas ranjang dan menutup tubuhnya dengan selimut. Saat hendak berbalik badan untuk keluar aku melihat alat tes kehamilan diatas nakas di kamar Mbak Wati dan alat tes kehamilan itu menunjukkan garis dua yang artinya positif.

Aku terhenyak, apakah mungkin Mbak Wati mual-mual karena hamil?

Aku tak ingin banyak bertanya, dengan segera aku keluar dan masuk kedalam kamar. Kebetulan sekali Mas Rama ada didalam sedang bermain ponsel.

"Kamu sudah pulang, sayang?" tanya Mas Rama.

"Sudah Mas. Mas, Mbak Wati itu udah punya suami atau masih gadis ya?"

"Setahu Mas sih. Dia masih lajang, belum punya suami. Nggak tahu juga dia masih gadis atau sudah janda." jawabnya terkekeh.

Jika Mbak Wati tak memiliki suami, lalu kenapa dia bisa hamil? Dan ternyata bukan cuma Sari yang hamil tanpa suami tetapi Mbak Wati pun juga mengalaminya.

Bagaimana bisa dua pembantu di rumah ini hamil tanpa suami? Apa mungkin Mbak Wati juga akan mengalami nasib yang sama dengan Sari? Ahh... aku tidak boleh berburuk sangka seperti ini.

--

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status