Share

Pertemuan & Kesan Pertama

BAB 3 : Pertemuan & Kesan Pertama

Mereka tiba di restaurant yang telah dipesan sebelumnya oleh Yuni. Setelah berbicara dengan bagian reservasi mereka mengikuti pramusaji untuk menunjukkan meja yang telah dipesan sehari sebelumnya.

“Silakan..., Saya dengan sri... nanti ibu bisa memanggil saya ketika akan memesan.”

Pramusaji itu membagikan daftar menu pada ke empat tamu yang telah duduk di kursi yang telah di dudukinya. Lalu pramusaji itu pun berlalu dari hadapan mereka. Terlihat mereka membaca menu, lalu pemuda yang bernama Andi melambaikan tangan memanggil pramusaji yang saat ini sedang berdiri disudut menunggu panggilan mereka.

“Yaa pak, ada yang akan di pesan?”

Mereka lalu menyebutkan beberapa menu yang ingin mereka makan, setelah itu pramusaji pun berlalu dari hadapan mereka. Sambil menunggu makanan disajikan, obrolan pun berlanjut di meja makan antara sahabat lama yang saling merindukan.

Andini mama dari Angel terlihat antusias mendengarkan cerita dari Yuni, mereka berbagi informasi tentang teman-teman semasa sekolah yang hidupnya sukses ataupun yang terpuruk, bahkan ada beberapa teman mereka yang telah berpulang kepada Sang Pencipta.

Sedangkan Angel dan Andi hanya berbicara tentang Kesibukan mereka masing-masing dan membahas tentang hal yang sedang jadi pembicaraan di kalangan anak muda. Pembicaraan mereka terhenti ketika pramusaji datang ke meja itu untuk menyajikan hidangan di meja sesuai dengan pesanan. Lalu pramusaji kembali menyebutkan satu persatu menu yang telah di pesan.

“Ibu... sudah semua menu yang dipesan telah disajikan ya, apa ada yang akan dipesan kembali?”

“Yaa.. telah lengkap menunya, untuk saat ini cukup.”

“Baik... selamat menikmati, Terima kasih.”

Pramusaji itu pun meninggalkan meja itu. Mereka langsung menyantap hidangan yang terlihat mengudang selera. Beberapa kali Yuni, mengambil beberapa makanan dan diletakkan pada piring Andini.

“Coba makan ini Din, biar tubuhmu lebih berisi,” ucap Yuni pada Dini yang memang terlihat kurus di usianya.

Andini yang mendengar ucapan Yuni hanya tersenyum melihat ke arahnya. Dalam hati Andini, sahabat karibnya pasti akan mengorek habis masalah yang dihadapi selama perpisahan mereka. Apalagi Yuni sudah memperhatikan tubuhnya yang memang kurus.

Setelah selesai menyantap hidangan, mereka kembali bercakap-cakap, lalu mereka pun meninggalkan restaurant menuju mobil yang terparkir. Sesampai di dalam mobil, Yuni berkata pada Andini,” Din, kita jalan ke Mal yaa.”

Andini yang mendengar permintaan sahabat karibnya hanya mengangguk tanda setuju. Mobil pun meluncur ke sebuah Mal besar. Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai pada sebuah Mal besar. Yuni, Dini dan Angel melangkah masuk ke dalam Mal sedangkan Andi memarkirkan mobilnya.

Terlihat Yuni menggandeng tangan Andini dengan erat. Sedangkan Angel berjalan di belakang mereka, mengikuti langkah kedua wanita paruh baya yang sedang melampiaskan kerinduan dengan jalan bergandengan tangan. Entah persahabatan seperti apa yang telah mereka rajut sampai membuat keduanya begitu merindukan satu sama lain.

Mereka akhirnya duduk pada sebuah bangku yang tersedia di sekitar toko yang berjejer di dalam Mal.

“Angel, kita duduk disini dulu ya.. sambil menunggu Andi.”

Angel ikut duduk di sebelah mamanya, lalu terdengar Yuni menghubungi Andi dan memberitahukan keberadaannya. Sekitar sepuluh menit kemudian, terlihat Andi berjalan menghampiri mereka. Setelah itu, mereka berjalan menyusuri beberapa toko yang berjejer menyajikan berbagai kebutuhan konsumtif.

Yuni masuk ke dalam sebuah toko pakaian bermerek lalu berkata kepada Andini dan Angel,” Din, Angel, pilih sesuai dengan selera kalian yaa.. ingat jangan sungkan, anggap saja ini sebagai hadiah pertemuan kita.”

“Yun, aku tidak ingin hadiah apa pun, bertemu dengan kamu saja sudah buat aku bahagia.”

“Din, tolong jangan tolak pemberianku,” pinta Yuni sambil menggenggam kedua tangan sahabat karibnya.

Melihat ketulusan Yuni, mamanya Angel tidak dapat menolak. Ada rasa haru, ingin rasanya ia menumpahkan segala permasalahan yang selama ini di pendamnya. Dulu ketika mereka remaja, tidak ada satu pun rahasia di antara mereka. Berbagi masalah, baik kesedihan, kebahagiaan adalah suatu hal yang biasa mereka bagi.

Hanya saja, sejak mereka menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, Yuni melanjutkan pendidikan ke luar negeri sedangkan Andini menerima lamaran seorang pemuda yang tak lain adalah papa Angel. Jadi sejak mendapat gelar kesarjanaan Dini tidak pernah menggunakan ijazah stratanya untuk mencari pekerjaan, karena suaminya tidak ingin ia bekerja.

“Din, liat ini bagus untuk kamu,” tiba-tiba saja suara Yuni mengejutkannya ketika ia mulai terhanyut dengan masa lalu.

Andini mengambil dua setel baju yang dibawa Yuni untuk dicobanya. Di dalam ruang ganti itu, Andini memakai baju yang telah dipilihkan, lalu ia memperlihatkan padanya.

“Hmmmm cantik kan, ingat makan yang banyak Din, biar tubuhmu sedikit berisi, memang suamimu tidak memberikan makan apa?”

Seloroh Yuni mengatakan hal yang mengganggu pikirannya. Karena bagaimana mungkin sahabat karib yang dulu dikenal dengan tubuh sintalnya, sekarang tampak sangat kurus tidak terurus. Ingin rasanya Yuni menanyakan masalah yang sedang dihadapi. Hanya saja, ia saat ini sedang menunggu Andini mengutarakan padanya.

Setelah dirasakan cocok, Andini membawa kedua baju itu menuju Yuni. Dilihatnya Angel juga telah membawa dua potong baju. Setelah ke kasir dan membayar, Yuni lalu memberikan kedua bingkisan berisi baju ke Angel dan mamanya.

“Terima kasih tante untuk hadiahnya.”

Yuni hanya tersenyum manis mendengarkan ucapan Terima kasih yang di utarakan Angel dengan mengelus punggung putri Andini dengan kasih sayang. Selesai berbelanja, mereka pun ke lobby menunggu Andi yang sedang mengambil mobil. Mereka masuk ke dalam mobil ketika dilihatnya Andi telah sampai di depan lobby.

“Andi... Kita antar tante Andini dan Angel ke rumahnya yaa.”

“Siap Ma..”

Mobil pun meluncur ke jalan raya yang padat di jam keluar kantor menuju rumah Angel. Sekitar satu jam kemudian mereka pun sampai pada sebuah rumah bercat biru. Mobil pun berhenti persis di depan pagar.

“Din, lain kali aku jemput ya.. juga aku sekarang sudah tahu rumahmu.”

“Terima kasih ya Yun....”

Mereka lalu berpelukan satu sama lain. Angel juga mencium tangan Yuni sebagai rasa hormat dan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala pada Andi, anak dari Yuni. Setelah itu, mobil yang membawa mereka pun meluncur ke jalan dan hilang dari pandangan mereka. Setelah itu mereka membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumah.

Angel langsung masuk ke kamar begitu pun dengan mamanya. Angel membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia merasa bahagia dapat menghabiskan waktu bersama mamanya. Selama ini waktu dan pikirannya hanya tersita untuk seorang lelaki beristri yang dikasihi. Sampai ia tidak memperhatikan pada kondisi tubuh mamanya yang semakin terlihat kurus.

Ia sadari ketika tante Yuni menegur mamanya agar ia makan lebih banyak. Terpikir oleh Angel, apakah mamanya punya penyakit yang disembunyikan, hingga membuat kurus. Di dalam kamar lain, mamanya Angel, Andini kembali mencoba pakaian yang diberikan oleh Yuni. Ia bercermin dan melihat wajah serta bentuk tubuhnya dari cermin.

Tanpa terasa air mata mengalir dari mata yang sudah tidak bersinar seperti dulu. Ia baru menyadari akan perubahan dirinya. Kalau saja Yuni tidak menegur tentang dirinya, mungkin ia tidak menyadari jika bobot tubuhnya susut, karena begitu banyak masalah yang ia pendam sendiri di dalam batin.

Saat ini, di dalam kamar yang berbeda, dua orang wanita yang ada di rumah itu sedang meratapi seluruh peristiwa dalam hidup. Hingga mereka terlelap dalam kesedihan masing-masing.

***

Sementara itu, mobil yang dikendarai oleh Andi melaju menuju rumah bersama mamanya. Di dalam perjalanan mereka bercakap-cakap.

“Ma... boleh Andi tanya sesuatu?”

“Boleh, memang kamu mau tanya tentang apa?”

“Koq, Andi lihat mama dengan tante Andini sudah seperti saudara kandung?”

Lalu Yuni pun menceritakan masa lalu mereka. Dulu Andini adalah anak orang berada di masa itu. Orang tua Andini adalah seorang tuan tanah di Jakarta. Dan Andini tetap berteman dengan Yuni yang berasal dari orang biasa bahkan bisa dibilang di bawah sederhana. Beberapa kali Andini membantu Yuni membayar uang sekolah ketika itu.

Bahkan ketika masuk universitas yang sama pun Andini yang selalu membantu masalah keuangannya. Baik ketika harus memfoto-copy makalah, dan ketika ikut seminar yang mewajibkan mahasiswa untuk membayar, jadi bagi Yuni sudah sepantasnya dirinya membalas budi kebaikan dari Andini.

“Itu yang membuat mama berhutang budi pada tante Andini, dan bagi mama dia sudah seperti saudara kandung mama sendiri.”

“Bahkan, nama kamu pun mama ambil dari penggalan namanya.”

“Ooh... begitu, pasti kalau anak mama perempuan namanya Andini kan?”

Yuni kala itu hanya mengangguk tanda membenarkan apa yang di katakan putranya.

“Angel anak tante Andini, cantik apa enggak menurut kamu?”

Andi yang mendapat pertanyaan seperti ini hanya tersenyum tersipu malu. Ia mengangkat bahu, seolah tidak ingin memberikan komentar atas pertanyaan mamanya. Akhirnya tanpa terasa mereka pun telah sampai di rumah. Setelah memarkir mobil, Andi dan mamanya masuk ke dalam rumah dan menuju kamar masing-masing.

Andi menuju kamarnya lalu membuka ponselnya dan mengirimkan pesan pada Angel, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian pergi bersama mama dan sahabat karib mamanya.

[Pesan Keluar untuk Angel : Angel, aku dan mama sudah sampai rumah yaa]

Sewaktu mereka turun dari mobil, Angel memberikan nomor ponselnya dan meminta pada Andi agar memberitahukan dirinya, jika mereka telah sampai di rumah. Terpikir oleh Andi, kalau Angel adalah wanita yang perhatian dan peduli karena rasa kekhawatirannya pada ia dan mamanya.

Selesai mandi, Andi melihat ada balasan yang dikirimkan oleh Angel.

[Pesan masuk dari Angel : Syukurlah Andi, aku senang mendengarnya. Terima kasih banyak untuk hari ini. Dan salam hormat untuk mama yaa]

Andi tersenyum membaca balasan dari Angel. Ia merasa Angel adalah seorang wanita yang mempunyai kelembutan hati dan cantik pula. Tersenyum kembali jika diingat bagaimana sesekali ia mencuri pandang dari spion tengah untuk melihat wajah Angel yang cantik walaupun dengan dandanan sederhana.

“Andi..., Apa kamu sudah selesai mandi?”

“Sudah Maa.”

Andi lalu keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga untuk menemui mamanya. Dilihat mamanya sedang membaca sebuah majalah dan duduk di kursi santai dengan kaki yang di rentangkan di kursi.

“Ada apa Maa?”

“Hmmm begini, mama hanya mau tanya ke kamu, apa menurut kamu Angel itu wanita yang baik?”

“Sejauh ini sih, Andi liat dia memang wanita baik-baik, memangnya kenapa?”

Lalu mamanya mengungkapkan keinginan hatinya agar kelak Andi, bisa menikah dengan Angel. Hanya saja mamanya menyerahkan masalah itu pada Andi. Juga mamanya belum tahu apakah Angel sudah punya kekasih atau belum. Tetapi jika memang mereka merasa tidak cocok, yang terpenting mereka bisa menjadi teman baik. Itu pesan yang di utarakan oleh mamanya.

Mendengarkan keinginan mamanya Andi berkata,” Santai saja Maa... biar kita berteman aja dulu, masalah jodoh sudah ada yang atur, juga Andi kan masih terlalu muda...Maa.”

Yuni hanya tersenyum setelah tahu jawaban dari putra tunggalnya. Ia memang selama ini, selalu ikut campur dalam urusan asmara putranya. Karena ia ingin putranya memiliki istri yang baik berdasarkan bibit, bebet dan bobotnya. Lalu percakapan pun berakhir dengan kesibukan masing-masing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status