Share

Rahasia di Ruang Kerja Suamiku
Rahasia di Ruang Kerja Suamiku
Penulis: Azalea

Keanehan Suamiku

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-17 07:08:46

“Argh!”

Mataku yang baru saja terpejam kini melebar mendengar suara orang menjerit. Diiringi suara isak tangis.

Kutajamkan pendengaran untuk memastikan apakah itu benar adanya atau hanya halusinasi saja. Sebenarnya ini kali kedua aku mendengar itu dan posisinya sama, saat Mas Nata tidak ada di rumah.

Jantungku bertalu dengan riuh. Kulirik jam yang menunjukkan pukul dua belas malam lebih lima menit. Aku semakin merasa takut apalagi Mas Nata tidak ada di rumah, tadi dia bilang harus lembur makanya tidak pulang.

Sudah bukan hal aneh karena pekerjaannya begitu menumpuk, dia seorang CEO di perusahaan milik orang tuanya. Lelaki gila kerja yang tidak akan pernah mau beranjak dari tempat duduknya sebelum pekerjaan selesai.

“Arghhh!”

Jeritan selanjutnya kudengar begitu pilu. Aku sampai merinding dibuatnya. Apa orang itu disiksa sampai menjerit begitu? Tapi dari mana suara itu berasal?

Dengan cepat aku turun dari ranjang dan berlari menuju kamar putriku. Setidaknya di sana aku tidak sendiri.

“Mama kenapa?”

Yuna sampai terbangun karena aku yang grasak-grusuk naik ke tempat tidurnya.

“Papa belum pulang jadi Mama mau tidur di sini.”

Dia mengangguk lalu kembali memejamkan mata.

Aku tidak akan pernah bisa tidur jika tetap berada di kamarku sendiri karena suara itu terdengar sangat jelas. Aku bukan orang yang percaya hantu.

[Mas, kapan pulang?]

Saking takutnya aku langsung mengirimkan pesan pada Mas Nata.

Padahal sebelum-sebelumnya tidak ada hal janggal seperti ini. Aku sudah tujuh tahun menghuni rumah ini semenjak menikah dengan Mas Nata.

[Mas di jalan, sayang. Sebentar lagi sampai.]

Sekarang baru aku bisa bernapas lega setelah membaca pesan darinya.

Mataku tidak bisa terpejam kembali karena mendengar suara itu, padahal tadi sudah ngantuk berat. Perutku bermasalah sampai harus bolak-balik ke toilet dan sekarang baru merasa lebih baik.

Aku, Hana Latifa Zahwa seorang ibu rumah tangga yang awalnya hanya staf biasa di kantor Mas Nata dan menjelma menjadi istrinya, sebuah takdir yang tidak pernah kusangka.

Sekarang Yuna sudah mulai masuk taman kanak-kanak. Dia sangat aktif dan ceria. Kehadirannya menambah kebahagiaan rumah tanggaku dan Mas Nata.

Deru suara mobil terdengar membuatku gegas keluar untuk melihat karena sebenarnya itu sudah pasti Mas Nata.

“Mas.”

Aku langsung berhambur memeluknya saat dia membuka pintu.

“Kenapa?”

“Aku tadi dengar suara aneh, Mas. Tidak mungkin rumah ini ada hantunya ‘kan.”

“Ngaco! Mana ada hantu.”

“Aku serius, Mas. Ini sudah kedua kali aku mendengar, sebelum ini juga pernah.”

“Dimana kamu dengar? Coba aku mau tahu.”

“Saat aku pindah ke kamar Yuna, suara itu tidak terdengar lagi. Tapi saat di kamar kita suaranya sangat jelas. Sepertinya kita harus adakan pengajian deh, Mas. Takutnya memang ada yang menunggui di sini, aku takut.”

Mas Nata terkekeh, dia mengacak rambutku pelan, “Ada-ada saja. Ya sudah, ayo tidur lagi. Aku mau mandi dulu.”

“Mas, ini tengah malam loh. Masa mau mandi.”

“Gerah, sayang. Biar tidurnya nyenyak juga.”

Kulihat juga Mas Nata tampak berkeringat padahal aku malah merasa dingin.

Dia meraih tanganku, bergandengan tangan menuju kamar. Ini yang kusuka darinya, sikapnya selalu manis tidak peduli dalam kondisi apapun. Keberuntunganku sudah terpakai dengan dinikahi lelaki ini.

“Kamu tidur duluan, aku mau mandi,” katanya sambil menangg*lkan kemeja yang dikenakan.

Mas Nata masuk ke dalam kamar mandi sedangkan aku duduk di tepi ranjang menunggunya.

Tidak ada lagi suara-suara itu kudengar. Apa mungkin hanya halusinasi saja? Entahlah. Aku enggan memikirkannya.

Di sebelah kanan kamarku itu ruang kerja Mas Nata sedangkan sebelah kiri ada kamar Yuna. Apa mungkin suaranya dari sana ya? Dari ruang kerja Mas Nata.

Aku jarang masuk ke sana juga soalnya.

Hanya beberapa menit Mas Nata mandi, dia keluar dengan rambutnya yang basah.

“Apa gerah banget sampai kamu keramas, Mas?”

“Hm.” Dia menyahut sambil mengeringkan rambutnya.

“Mas, lain kali kurangi begadangnya. Kamu juga harus pikirkan soal kesehatan kamu.”

“Iya, besok aku tidak akan lembur. Pekerjaan sudah selesai hari ini.”

Dia melangkah menuju walk in closet dan kembali dengan baju tidur yang sudah melekat di tubuhnya yang kekar.

“Besok emang libur, Mas. Jelas tidak akan lembur.”

“Berarti waktu kita untuk jalan-jalan ya?”

“Tentu saja. Kalau sampai kamu ingkar seperti minggu kemarin, Yuna pasti akan merajuk.”

***

Sambil menunggu Mas Nata dan Yuna yang sedang joging, aku membuatkan cemilan untuk mereka. Di rumah ini memang art hanya datang untuk membersihkan rumah saja, sedangkan soal memasak aku sendiri yang turun tangan. Aku ingin berperan dengan ibu rumah tangga yang sesungguhnya.

“Mas Nata tadi belum membawa keluar bekas kopinya.”

Aku berbalik menuju ruang kerjanya. Tadi dia memeriksa dokumen di sini sebelum pergi bersama Yuna.

Di atas meja kerja tidak ada cangkir kopi padahal belum dikembalikan ke dapur. Pandanganku menyapu ruangan dan mendapati cangkir itu ada di lemari tepat di samping patung kuda kecil. Mas Nata memang suka sekali barang-barang antik.

Kemarin Yuna melihat patung ini dan ingin memainkannya tadi tidak belum kesampaian karena kubilang harus izin dulu pada papanya. Sepertinya Mas Nata juga tidak akan keberatan kalau aku mengambilnya, nanti kubersihkan dulu karena tampak sedikit berdebu padahal sering dibersihkan.

“Loh, kok susah?” Aku mencoba menarik patung itu dari tempatnya namun yang terjadi malah lemari yang bergeser menampakkan tangga menuju sebuah ruang.

Aku bahkan baru tahu Mas Nata memiliki ruangan bawah tanah. Ternyata patung itu kunci untuk membukanya. Jadi penasaran apa isi di dalam ruang bawah tanah, pasti keren seperti yang ada di dalam film.

Bergeser untuk melihat isinya dan sedikit berjongkok.

Mataku terbelalak, refleks aku membekap mulut melihat isi ruang bawah tanah itu.

Hatiku mencelos mendapati pakaian d*lam wanita teronggok di sana bersebelahan dengan sebuah ikat pinggang yang kukenali itu milik Mas Nata. Aku bahkan belum pernah menginjakkan kaki di ruangan itu.

Apa yang sebenarnya dia lakukan di belakangku? Apa ada hubungannya dengan suara rintihan yang tadi malam kudengar?

“Sayang, kamu dimana?”

Deg!

Itu suara Mas Nata

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Saat Suami Ngidam

    “Ma, kenapa aku hamil lagi sih.” Pundak Yuna lemas.“Loh, kok tanya Mama sih? Takdirnya memang begini, harus kamu syukuri.”“Tapi Kia masih kecil, Ma. Kalau aku hamil lagi, siapa yang jagain Kia.”Hana terkekeh geli. “Kamu itu hamil, Yuna. Bukan sakit.”“Ya ... tetap aja, Ma.”Memang berat bagi Yuna, di usia muda ia sudah akan memiliki dua orang anak. Bahkan anak pertamanya saja belum genap satu tahun, sudah mendapatkan adik.Afnan belum tahu soal ini, ia sedang istirahat karena setelah makan tadi malah isi perutnya keluar lagi. Sedangkan ibu hamilnya malah tidak merasakan apa-apa, tidak seperti kehamilan pertamanya. Hanya saja lebih sensitif dan mudah marah.“Di kehamilan kedua, kamu dan Afnan berbagi. Dia yang ngalamin mualnya kamu yang hamilnya.”Yuna menghela napas panjang. “Pantes nggak ada tanda-tanda kayak dulu pas aku hamil Kia. Ternyata Mas Afnan yang merasakan tanda-tandanya.”“Kalian tinggal di sini dulu, sampai Afnan bisa beraktivitas normal lagi.”Yuna mengangguk. “Iya, M

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Ternyata

    Setelah kejadian itu, Afnan berhari-hari mengalami mual muntah sampai Yuna bingung sendiri karena berulang kali diperiksa dokter mengatakan Afnan baik-baik saja.“Nis, jangan-jangan abang kamu diguna-guna lagi,” celetuk Yuna dengan muka tak berdosanya.“Hush! Mbak, jangan percaya yang kayak begitu. Nggak boleh.” Nisa saja yang lebih muda sama sekali tidak percaya akan hal mistis yang Yuna curigai sebagai pemacu suaminya seperti ini.“Aku harus datangi si Rinda.” Yuna bangkit, menyerahkan Kiarra pada adik iparnya, “Titip ya.”“Mbak mau kemana?”“Ke rumah si Rinda, sejak minum kopi di sana. Abangmu jadi sakit begini.”Yuna sampai melarang Afnan keluar rumah, apalagi lelaki itu tampak lemah, letih, lesu.Orang tua Yuna sudah kembali ke kota, tapi mereka tetap menanyakan soal kabar Afnan yang sampai sekarang masih belum membaik.“Mau apa?”“Titip Kia pokoknya. Kalau Mas Afnan nanyain, bilang aku keluar sebentar.”Terbiasa jalan kaki, ia tidak merengek lagi untuk diantar kesana kemari.Gan

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Masih Dicurigai

    Karena kondisi Afnan yang menurut Yuna memprihatikan wanita itu memaksa suaminya untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya tidak ada yang mencurigakan. Dokter bilang Afnan tidak apa-apa, hanya demam biasa dan kelelahan.Apa jangan-jangan dia bohong karena mau berduaan sama Rinda? Tapi badannya kok bisa panas? Apa kebetulan.Pikiran negatif menguasai otak Yuna. Ia paling tidak bisa berpikir postif pada orang lain. Apalagi sudah dihadapkan sesuatu yang tidak disukainya.Memilih menginap di villa karena orang tua Yuna masih ingin bersama dengan cucu mereka sebelum nanti harus kembali ke kota. Kedepannya tidak akan mudah untuk mencuri waktu bertemu sang cucu karena kesibukan Nata. Pria paru baya itu bukan pengangguran, ia seorang pimpinan perusahaan yang tentu saja pekerjaannya menggunung.“Saya pulang saja, biar kamu sama Kia di sini.”Tatapan tajam Yuna menghunus. “Nggak, kamu harus di sini. Apa kata ibu nanti kalau aku biarin kamu yang sakit sendirian di rumah.”“Saya nggak apa-apa kok.

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Sekongkol

    “Awas aja Ganta kalo macem-macem apalagi sampai nyakitin Mas Afnan.”Yuna tidak akan tinggal diam jika Ganta sudah melewati batasnya. Ia mencoba untuk menghubungi Angel untuk menanyakan lanjutan isi chat malah ponsel Angel mendadak tidak aktif.Karena perasaannya tak enak, ia memutuskan untuk menelpon suaminya. Menunggu beberapa lama sampai dijawab pemilik gawai.“Mas, kamu dimana? Kamu baik-baik aja 'kan?”“Halo ….”Mata Yuna melebar. “Loh, kenapa-”Belum selesai bicara, panggilan diputus secara sepihak dari sana membuat pikiran Yuna semakin kacau apalagi yang menjawab panggilan suara perempuan.“Siapa yang ….” Dadanya bergemuruh, cemburu membakar hati.Yuna yang tersulut emosi tak bisa mengendalikan diri. Dengan tergesa melangkah keluar dari kamar, ia berniat mencari keberadaan suaminya itu.“Mau kemana?”“Titip dulu, Kia ya, Ma.”“Iya tapi kamu mau kemana?”“Ada urusan.” Yuna menjawab tanpa menoleh pada mamanya.“Kenapa dia, Yang?” Nata datang dari dapur membawa sekaleng minuman so

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Rencana Jahat Sang Mantan

    “Cowok kampung kayak gitu bukan sainganku.” Ganta menyeringai.Dari dalam mobil ia melihat Afnan yang keluar dari rumah dengan Kiarra dalam gendongannya. Tak lama Yuna menyusul. Mereka akan pergi ke villa untuk menemui orang tua Yuna sebentar. Yuna juga ingin di sana karena sudah rindu dengan mama dan papanya.Ganta memarkirkan mobilnya di tempat yang tak terlihat oleh Yuna jadi ia memantau dengan leluasa. Ia sangat percaya diri kalau Yuna akan kembali padanya. Karena bersaing dengan Afnan hanya akan merendahkan harga dirinya pikir Ganta.Lelaki angkuh itu tidak tahu saja kalau pemuda kampung seperti Afnan yang membuat Yuna jatuh hati dan takut kehilangan bukan pemuda kota sombong dan sok tampan seperti Ganta. Mungkin sebelumnya memang Ganta jadi prioritas tapi kali ini posisi Ganta sudah digantikan oleh Afnan.Yuna dan Afnan diikuti sampai mereka sampai di villa. Ganta tidak bisa lagi melihat ke dalam karena pagar villa itu langsung tertutup rapat, ia memutuskan untuk kembali ke peng

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Baru Prasangka

    “Mas ….” Mata Yuna berkaca-kaca. Buliran bening itu mulai berjatuhan.“Loh? Kenapa nangis.”“Kamu marah sama aku, Mas? Tadi 'kan aku udah jelasin, semua salah paham. Gantanya aja yang masih deketin aku.” Dengan kasar ia mengusap pipinya yang basah. “Aku juga nggak suka diganggu begini.”Tiba-tiba Yuna yang tukang marah menjadi mellow begini. Sungguh tidak terlihat seperti Yuna biasanya, Afnan bahkan sampai terheran-heran karena ini kali pertamanya melihat sang istri menangis begini.“Saya nggak marah. Kenapa kamu nangis?”“Kamu pasti marah 'kan?” Yuna mengulangi pertanyaannya.Afnan menggeleng. “Saya nggak marah.”Yuna memalingkan wajahnya, memilih untuk berbaring di samping Kiarra yang sudah terlelap.Afnan masih berdiri dengan kerutan di keningnya karena tingkah sang istri yang tak biasa. Tidak mau membuat suasana semkain tidak enak, Afnan memilih untuk diam saja.Ia sama sekali tidak marah seperti yang dituduhkan oleh Yuna, percaya kalau istrinya sudah tidak berhubungan dengan Gant

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status