Share

Kesaksian Putriku

Author: Azalea
last update Huling Na-update: 2024-03-17 07:09:31

Dengan tangan gemetar aku mencoba mengembalikan patung kuda itu ke posisi semula sebelum Mas Nata datang. Saking paniknya takut ketahuan sampai menyenggol cangkir yang kini pecah tergeletak di lantai.

Pintu berderit membuatku sontak menoleh.

“Mas ….” Suaraku rasanya tercekat.

“Kamu kenapa, sayang? Kok itu cangkir bisa jatuh.” Dia berjalan mendekat membuatku semakin takut ketahuan.

Seharusnya Mas Nata yang takut ketahuan tapi ini malah sebaliknya. Sebelum semuanya jelas, aku akan pura-pura tidak tahu.

Dari sudut mata bisa kulihat ruang bawah tanah itu sudah kembali tertutup dan aku bisa bernapas lega.

“Tadi tangan aku tiba-tiba keram, Mas.”

“Oh, ya udah. Biar nanti aku yang beresin ini. Kamu temenin Yuna aja.”

Aku mengangguk lalu menyeret langkah keluar dari ruangan itu dengan perasaan campur aduk.

Rahasia apa yang disembunyikan Mas Nata? Apa dia memiliki wanita lain? Aku harus mencari tahu.

Lututku masih lemas.

“Mama.”

“Kenapa, Nak?”

“Capek. Tapi Yuna suka jalan-jalan sama Papa.” Senyumnya merekah indah, “nanti Mama juga harus ikut ya.”

“Iya. Nanti Mama ikut kok.”

“Tadi juga Yuna ketemu kakak.”

Alisku berkerut, “Kakak siapa?”

Dia menepuk jidatnya, “Aduh, Yuna lupa tanya namanya. Tapi tadi Yuna sama Papa mampir minum di rumah kakak.”

Tidak biasanya. Mas Nata paling tidak suka mampir di rumah orang begitu, dia hanya akan bertamu saat ada kepentingan saja. Tetangga di sini juga kebanyakan tidak akrab dengan suamiku. Lalu siapa yang dimaksud Yuna kakak?

Apa itu selingkuhan Mas Nata? Wanita itu masih muda sampai Yuna memanggilnya kakak.

“Rumahnya dimana?”

“Yuna, tolong ambilkan handphone papa, Nak.”

Sebelum Yuna menjawab pertanyaanku, Mas Nata langsung memanggil.

Tanpa disuruh dua kali, Yuna mengambil ponsel Mas Nata di atas meja lalu berlari ke ruang kerja ayahnya.

Sengaja aku tidak mengikuti Yuna. Saat ini aku akan pura-pura tidak tahu saja meski perasaan ini begitu menggebu. Membayangkan Mas Nata berkhianat saja sudah sukses membuat hatiku tersayat apalagi kalau benar dia melakukan itu.

Tidak mau membuatnya curiga, aku beranjak ke dapur membawa cemilan yang sudah kusiapkan.

Perasaanku jadi tidak tenang dengan semua prasangka ini.

Masalahnya tidak akan mungkin kebetulan begitu banyak. Mas Nata yang dua hari ini lembur dan setiap pulang selalu mandi keramas, ruang rahasia yang baru kutemukan dan ada dalaman wanita di sana. Dan yang paling baru, Mas Nata mampir ke rumah orang.

Tapi soal suara rintihan itu, rasanya tidak mungkin disangkut pautkan karena Mas Nata saja tidak ada di rumah.

Wajar kalau aku curiga. Meski memang aku selalu menepis pikiran soal Mas Nata yang kemungkinan selingkuh. Pria romantis tidak akan menjamin setia, tapi selama menikah dengannya, Mas Nata tidak pernah melakukan sesuatu yang mencurigakan, hanya saja baru-baru ini semuanya tampak berbeda.

Suara bel berbunyi.

Bersamaan denganku yang keluar dari dapur, Mas Nata keluar dari ruangannya.

“Biar aku aja yang buka, Mas.”

Dia mengangguk lalu masuk kembali ke ruangannya.

Tidak pernah ada yang bertamu pagi-pagi selain keluarga sendiri.

Di balik gerbang, kulihat seorang wanita berdiri di sana sambil melemparkan senyum. Aku tidak mengenalnya. Wanita dengan tubuh semampai menggunakan gamis sage dengan kerudung panjang warna senada.

“Selamat pagi,” sapanya.

“Pagi, Mbak.”

Aku langsung membuka pintu pagar.

“Saya tetangga baru, kebetulan baru pindah satu minggu ini. Tapi baru sekarang bisa menempati rumah dan menyapa tetangga.”

Aku manggut-manggut, “Rumah depan ini ya, Mbak?”

“Iya.” Dia menyerahkan wadah berisi cake padaku, “anggap salam perkenalan dari saya, Mbak.”

“Aduh, kenapa repot-repot, Mbak ….”

“Nadia. Nama saya Nadia.”

Aku mengulurkan tangan, “Saya Hana. Terima kasih ya, Mbak Nadia. Ayo masuk dulu.”

“Lain kali, Mbak. Soalnya saya juga buru-buru, kebetulan anak saya mau pergi.”

Masih berdiri di dekat pagar saat wanita bernama Nadia itu berlalu dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Zaman sekarang rasanya jarang ada tetangga seperti ini, biasanya 'kan hanya sekedar menyapa tidak sampai memberikan makanan begini.

“Mama … Mama ….”

“Iya.”

Kututup gerbang lalu masuk ke dalam membawa roll cake, kalau ini memang kesukaanku.

“Mama kenapa nggak beli cheese cake juga buat Yuna.” Anak itu merengut kesal melihatku membawa roll cake.

“Ini dari tetangga tadi. Nanti minta papa beliin ya. Papa mana?”

“Mandi.”

“Nih, makan ini aja dulu.”

Kutaruh cake itu di atas meja lalu ke dapur untuk mengambil piring.

Ponselku yang ada di atas meja makan berkedip, kuraih benda pipih itu. Ternyata ramai pesan masuk di grup.

Aku langsung membaca chat bagian akhir karena malas harus membaca satu-satu.

[Oh, jadi semua dapat ya cake dari tetangga baru itu. Dia bukan janda 'kan? Bahaya kalau janda, soalnya cantik. Bisa-bisa suami kita melirik.]

Bu Irma ini mulutnya paling tidak bisa dijaga. Ini yang membuatku jarang membuka grup, terkadang isinya tidak berfaedah. Tapi tidak semua juga seperti Bu Irma.

[Hana, suami kamu paling ganteng sendiri. Eh, hati-hati, mana rumah kalian deket. Takutnya malah suamimu digoda lagi.]

Astaghfirullah! Segitunya, kasihan sekali Mbak Nadia. Padahal dia orang baru tapi sudah kena julid dari tetangga.

“Sayang, bajuku yang warna abu dimana?”

Dasar bayi besar. Cari baju sendiri saja tidak mau.

“Baju abu yang ma-”

Langkahku terhenti di depan pintu kamar, mata terbelalak melihat bekas cakaran di punggung Mas Nata.

Dia berbalik, “Malah bengong disitu.”

Dadaku bergemuruh, kuayunkan langsung mendekat padanya untuk melihat lebih jelas punggung tegapnya.

“Eh, tadi mama ada telpon, coba kamu telpon balik. Katanya mau bicara sesuatu yang penting.” Mas Nata langsung mengalihkan pembicaraan saat kusentuh punggungnya.

Dia lalu masuk ke dalam walk in closet meninggalkanku yang berdiri membeku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Hati Beku Meleleh

    "Enak?" Yuna tersenyum melihat suaminya menghabiskan semangkuk mi instan ditambah satu piring nasi."Enak, Dek. Makasih ya.""Lain kali kalau Mas mau makan apapun bilang aja.""Nggak usah, Dek. Semoga aja besok udah bisa makan apapun lagi.""Oh ya, Mas. Aku hamil tau." Yuna memberitahu dengan santainya, bahkan tidak seperti istri lain yang memberikan kabar bahagia itu pada suaminya.Afnan terbelalak. "Kamu … hamil?"Yuna mengangguk pasti. "Iya. Kamu nggak seneng, Mas?" Ia masih memperhatikan raut wajah Afnan.Lelaki itu tampak kaget makanya diam membeku. Detik berikutnya malah berhambur memeluk sang istri seraya berulang kali mengucap syukur. Matanya sampai berkaca-kaca saking bahagianya.Rasanya tentu saja berbeda saat ia mendengar Yuna hamil anak pertama mereka. Saat itu keduanya belum menerima pernikahan yang ada. Berbeda dengan sekarang yang sudah saling mencinta meski tidak diungkap dengan kata."Mas seneng banget, sayang. Makasih ya."Berubahnya panggilan Afnan yang tiba-tiba be

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Saat Suami Ngidam

    “Ma, kenapa aku hamil lagi sih.” Pundak Yuna lemas.“Loh, kok tanya Mama sih? Takdirnya memang begini, harus kamu syukuri.”“Tapi Kia masih kecil, Ma. Kalau aku hamil lagi, siapa yang jagain Kia.”Hana terkekeh geli. “Kamu itu hamil, Yuna. Bukan sakit.”“Ya ... tetap aja, Ma.”Memang berat bagi Yuna, di usia muda ia sudah akan memiliki dua orang anak. Bahkan anak pertamanya saja belum genap satu tahun, sudah mendapatkan adik.Afnan belum tahu soal ini, ia sedang istirahat karena setelah makan tadi malah isi perutnya keluar lagi. Sedangkan ibu hamilnya malah tidak merasakan apa-apa, tidak seperti kehamilan pertamanya. Hanya saja lebih sensitif dan mudah marah.“Di kehamilan kedua, kamu dan Afnan berbagi. Dia yang ngalamin mualnya kamu yang hamilnya.”Yuna menghela napas panjang. “Pantes nggak ada tanda-tanda kayak dulu pas aku hamil Kia. Ternyata Mas Afnan yang merasakan tanda-tandanya.”“Kalian tinggal di sini dulu, sampai Afnan bisa beraktivitas normal lagi.”Yuna mengangguk. “Iya, M

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Ternyata

    Setelah kejadian itu, Afnan berhari-hari mengalami mual muntah sampai Yuna bingung sendiri karena berulang kali diperiksa dokter mengatakan Afnan baik-baik saja.“Nis, jangan-jangan abang kamu diguna-guna lagi,” celetuk Yuna dengan muka tak berdosanya.“Hush! Mbak, jangan percaya yang kayak begitu. Nggak boleh.” Nisa saja yang lebih muda sama sekali tidak percaya akan hal mistis yang Yuna curigai sebagai pemacu suaminya seperti ini.“Aku harus datangi si Rinda.” Yuna bangkit, menyerahkan Kiarra pada adik iparnya, “Titip ya.”“Mbak mau kemana?”“Ke rumah si Rinda, sejak minum kopi di sana. Abangmu jadi sakit begini.”Yuna sampai melarang Afnan keluar rumah, apalagi lelaki itu tampak lemah, letih, lesu.Orang tua Yuna sudah kembali ke kota, tapi mereka tetap menanyakan soal kabar Afnan yang sampai sekarang masih belum membaik.“Mau apa?”“Titip Kia pokoknya. Kalau Mas Afnan nanyain, bilang aku keluar sebentar.”Terbiasa jalan kaki, ia tidak merengek lagi untuk diantar kesana kemari.Gan

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Masih Dicurigai

    Karena kondisi Afnan yang menurut Yuna memprihatikan wanita itu memaksa suaminya untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya tidak ada yang mencurigakan. Dokter bilang Afnan tidak apa-apa, hanya demam biasa dan kelelahan.Apa jangan-jangan dia bohong karena mau berduaan sama Rinda? Tapi badannya kok bisa panas? Apa kebetulan.Pikiran negatif menguasai otak Yuna. Ia paling tidak bisa berpikir postif pada orang lain. Apalagi sudah dihadapkan sesuatu yang tidak disukainya.Memilih menginap di villa karena orang tua Yuna masih ingin bersama dengan cucu mereka sebelum nanti harus kembali ke kota. Kedepannya tidak akan mudah untuk mencuri waktu bertemu sang cucu karena kesibukan Nata. Pria paru baya itu bukan pengangguran, ia seorang pimpinan perusahaan yang tentu saja pekerjaannya menggunung.“Saya pulang saja, biar kamu sama Kia di sini.”Tatapan tajam Yuna menghunus. “Nggak, kamu harus di sini. Apa kata ibu nanti kalau aku biarin kamu yang sakit sendirian di rumah.”“Saya nggak apa-apa kok.

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Sekongkol

    “Awas aja Ganta kalo macem-macem apalagi sampai nyakitin Mas Afnan.”Yuna tidak akan tinggal diam jika Ganta sudah melewati batasnya. Ia mencoba untuk menghubungi Angel untuk menanyakan lanjutan isi chat malah ponsel Angel mendadak tidak aktif.Karena perasaannya tak enak, ia memutuskan untuk menelpon suaminya. Menunggu beberapa lama sampai dijawab pemilik gawai.“Mas, kamu dimana? Kamu baik-baik aja 'kan?”“Halo ….”Mata Yuna melebar. “Loh, kenapa-”Belum selesai bicara, panggilan diputus secara sepihak dari sana membuat pikiran Yuna semakin kacau apalagi yang menjawab panggilan suara perempuan.“Siapa yang ….” Dadanya bergemuruh, cemburu membakar hati.Yuna yang tersulut emosi tak bisa mengendalikan diri. Dengan tergesa melangkah keluar dari kamar, ia berniat mencari keberadaan suaminya itu.“Mau kemana?”“Titip dulu, Kia ya, Ma.”“Iya tapi kamu mau kemana?”“Ada urusan.” Yuna menjawab tanpa menoleh pada mamanya.“Kenapa dia, Yang?” Nata datang dari dapur membawa sekaleng minuman so

  • Rahasia di Ruang Kerja Suamiku   S2 - Rencana Jahat Sang Mantan

    “Cowok kampung kayak gitu bukan sainganku.” Ganta menyeringai.Dari dalam mobil ia melihat Afnan yang keluar dari rumah dengan Kiarra dalam gendongannya. Tak lama Yuna menyusul. Mereka akan pergi ke villa untuk menemui orang tua Yuna sebentar. Yuna juga ingin di sana karena sudah rindu dengan mama dan papanya.Ganta memarkirkan mobilnya di tempat yang tak terlihat oleh Yuna jadi ia memantau dengan leluasa. Ia sangat percaya diri kalau Yuna akan kembali padanya. Karena bersaing dengan Afnan hanya akan merendahkan harga dirinya pikir Ganta.Lelaki angkuh itu tidak tahu saja kalau pemuda kampung seperti Afnan yang membuat Yuna jatuh hati dan takut kehilangan bukan pemuda kota sombong dan sok tampan seperti Ganta. Mungkin sebelumnya memang Ganta jadi prioritas tapi kali ini posisi Ganta sudah digantikan oleh Afnan.Yuna dan Afnan diikuti sampai mereka sampai di villa. Ganta tidak bisa lagi melihat ke dalam karena pagar villa itu langsung tertutup rapat, ia memutuskan untuk kembali ke peng

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status