Share

3: Jadi gelandangan lagi

بسم الله الرحمن الرحيم

Alistar terbangun saat merasakan kepalanya sakit.

“Bos anda sudah sadar?” ucap Rion.

Alistar menatap Rion, di sampingnya juga ada Seina, bibi Margaret, Luci, dan Thomi yang terlihat baru bangun tidur.

Seina yang tidur dengan posisi duduk menyender ke bahu Luci.

Pikiran Alistar memutar adegan memalukan beberapa jam yang lalu, kekesalannya memuncak.

“Kau?!” jeritnya.

Mereka kaget mendengar Alistar yang berteriak.

Alistar langsung berdiri dari tempat tidur berjalan menuju Seina, memegang lengannya lalu menariknya keluar.

Seina berusaha memberontak tapi Alistar memegang tangannya dengan erat membuatnya kesakitan.

Bibi Margaret menghadang Alistar.

“Tuan muda, tolong tenang.” bujuk bibi Margaret.

“Diamlah bibi!” sinisnya.

Margaret hanya bisa diam saat Alistar melewatinya, Seina hanya menatap bibi Margaret dengan penuh harap membuat bibi Margaret sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa.

“Rion tolong Seina!” pinta bibi Margaret.

Rion memandang bibi Margaret heran.

‘kenapa aku?Monolognya

“Rion, berani kamu sama orang tua?!” ancamnya.

Bibi Margaret langsung mendorong Rion untuk mengejar Alistar.

Rion merasa sangat tidak berdaya, menghalangi Bos sama saja dengan tidak mendapat bonus bulanan tapi menolak perintah bibi Margaret sama saja tidak bisa mendekati wanita idamanya.

“Akh… sialan!” jerit Alistar.

Mata Rion melotot hampir copot melihat Seina yang menggigit lengan Alistar hingga berbekas terlihat sangat merah. 

“Berakhir sudah.” gummanya.

“Pengawal, usir wanita ini jauh dari mansion ini!” teriaknya.

Para pengawal datang dan membawa Seina pergi. Seina yang dibawa pergi masih  memberontak tapi sayangnya perlawanan yang dia lakukan sangat tidak berguna.

“Lepaskan aku!” ucapnya.

Seina menengok ke belakang melihat bibi Margaret dengan tatapan sedih.

“Tuan muda tidak bisakah kamu memaafkan Seina?” bujuk bibi Margaret.

“Bibi, siapa Bos di sini saya atau kamu?”

Melipat kedua tangannya didada dan memandang Bibi Margaret dengan sinis. Meskipun bibi Margaret yang sudah merawatnya dari kecil tapi dia tidak memiliki kontrol atas apa yang dilakukan Alistar.

Alistar pergi diikuti oleh Rion, sementara bibi Margaret berada dalam kebingungan.

Bibi Margaret akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan Seina.

Alistar berhenti.

“Sampai bibi membantu wanita itu, akan saya pastikan bibi dan paman akan mati kelaparan.” Seru Alistar.

Bibi Margaret yang mendengar ancamnya langsung menghentikan lagkahnya.

Seina duduk di trotoar melihat tempat di depannya yang ramai dengan pengunjung, matanya berbinar melihat taman hiburan.

Suara klakson bahkan umpatan terdengar saat Seina dengan bodohnya menyebrangi jalan tanpa melihat kiri kanan.

Taman hiburan itu penuh dengan tawa, apa lagi banyak anak-anak yang berlarian bahkan tak jarang sepasang remaja yang berada di sana hanya untuk berkencan.

“Balon gratis, balon gratis.”

Seina menatap anak-anak yang mengulurkan tangannya untuk meminta balon, dia juga mengulurkannya tapi saat badut itu melihat Seina yang meminta balon dia diam.

“Aku mau itu!”

Mereka menoleh ke arah Seina dan mereka terdiam.

Seina menatapnya datar tanpa ekspresi membuat badut itu diam membatu.

Tanpa sadar badut itu memberikan balon pada Seina, Seina yang mendapatkan balonya langsung pergi tanpa memedulikan tatapan anak-anak yang menatapnya.

Seina seperti malaikat yang jatuh dari surga, membuat orang yang melihatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Rambut pirang panjangnya yang bergelombang berayun mengikuti gerak tubuhnya, baju kuning cerah yang menonjolkan kulitnya yang putih seperti bersinar di bawah cahaya matahari, wajahnya yang oval dengan bentuk bibir penuh berwarna merah pink, serta hidungnya yang mancung membuatnya terlihat seperti kecantikan sempurna.

Wajahnya begitu bersih tanpa bekas komedo, bahkan kakinya begitu bersih tanpa ada bulu sehelaipun.

Orang-orang seakan tersihir dengan kecantikan Seina sehingga memberikan jalan padanya bahkan tidak mempermasahkan Seina yang tidak memakai alas kaki dari tadi.

“Sayang aku minta maaf,” ujarnya.

“Belikan aku tas jasmine  jika kamu  ingin aku maafkanmu.” Wanita itu memalingkan pandangannya.

“Mana mungkin, gajiku saja tidak sebesar itu.”

Mengingat untuk membeli tas untuk pacarnya setara dengan gajinya lima bulan, mau di belikan nanti dia tidak bisa membayar biaya hidup, kalau tidak dibelikan malah mengancam kelangsungan hubungannya.

“Ya sudah kalau begitu aku akan tetap marah kepadamu.”

Pria itu menahan kesal.

“Astaga sayang, aku mohon jangan ya?” pintanya.

“Tidak.”

Mendengar jawabnya membuatnya kesal, apa lagi insiden kemarin yang membuatnya terancam kehilangan pekerjaan.

Pria itu melihat ke samping sampai matanya terpaku pada seorang wanita yang dia cari.

“Kalau kamu tidak mau membelikan aku tas kita putus saja.” Pria itu langsung berlari.

“Sayang… kenapa malah pergi, kita putus…” jeritnya.

Beberapa orang melihat wanita yang berteriak. “Apa liat-liat gak pernah liat wanita cantik kaya aku ya.”

Mendengar nada sinis wanita itu membuatnya ingin memukulnya.

Pria itu memegang tangan Seina.

“Kamu?” Melihat tatapan Seina membuat Pria itu terdiam.

“Apa?”

Mendadak kata-kata kekesalan yang dia simpan dari kemarin hilang setelah melihat kecantikan seina.

‘Astaga silau sekali apa dia malaikat.’

Robin menggelengkan kepalanya.

“Di mana map amplop yang kemarin kamu bawa?” tanyanya.

“Tidak tau.”

“Bagaimana bisa kamu tidak tau.”

Seina menggelengkan kepalanya menandakan dia benar-benar tidak tau.

Pria itu melihat tatapan tidak berdosa Seina membuatnya membenturkan kepalanya ke tiang listrik, membuat beberapa orang yang melihatnya langsung menjauh merasa pria itu sudah gila.

“Nona apa kamu mengenalnya.” bisik seorang Bapak tua.

“Aku tidak mengenalnya.” Bapak tua itu mengangguk, merasa bahwa Seina pasti malu memiliki kekasih yang jelek sekaligus bodoh.

Robin yang mendengar itu melirik sinis pada bapak itu.

“Kamu ikut aku.” Seina mengikutinya tanpa pikir panjang.

Robin melirik Seina yang dengan patuh mengikutinya merasa Seina pasti memiliki kelainan mental.

Alistar menatap makanan di depannya dengan pandangan jijik.

“Luci!” teriaknya.

Luci datang dengan menundukkan kepalanya sopan.

“Kenapa? Makanannya tidak enak?”

“Saya tidak tau Bos.”

“Bagaimana bisa kamu tidak tahu?!” bentaknya.

Rion yang mendengarnya berpura pura sibuk membaca koran, merasa sudah biasa kejadian Alistar yang marah-marah.

“Siapa yang masak?”

“Bibi Margaret.”

Alistar mengerutkan kening, lalu berdiri “Biar saya saja yang berbicara dengan bibi.”

“Iya Bos.”

Rion melirik ngeri pada Luci yang tersenyum konyol memandang Alistar yang berada di depannya, merasa Luci punya masalah mental.

“Bibi—.”

Alistar diam tidak melanjutkan omongannya, saat melihat bibi Margaret yang dengan kejam mencincang daging ayam dengan kejam.

Aura bibi Margaret terasa sangat menakutkan. “Tuan muda apa yang kamu lakukan di sini?”

Memegang pisau lalu menusukkan ke daging ayam yang sudah di telanjangi. Tangannya yang masih ternoda darah segar terlihat menyeramkan.

Alistar menelan ludahnya.

“Tidak ada masalah bibi, lanjutkan memasakmu itu saja.”

Alistar langsung berlari.

“Bibi seharusnya kamu tidak menakuti Bos.”

“Hei, kapan aku menakutinya?” berdecak pinggang dan menyipitkan matanya.

“Lalu apa-apan dengan menusuk daging ayam dengan pisau, bibi pasti sengaja, padahal hati bos itu sangat lembut.”

Menyatukan kedua tangannya dan mulai berkhayal.

“Cih, lembut, jika lembut dia tidak akan mengusir Seina.”

“Jangan membela gelandangan itu bibi.”

Bibi Margaret mengambil pisau dan menyodorkannya ke arah Luci membuatnya langsung mundur ketakutan.

“Jangan sebut dia gelandangan Luci.”

Luci mengangguk. “Sekarang dia sudah jadi gelandangan.”

Berlari keluar.

Suara uap panci terdengar karena air sudah mendidih, bibi Margaret dengan sedih memikirkan Seina yang malang.

“Dia pasti sangat kelaparan.” menuangkan garam ke dalam sup lalu mengaduknya.

“Dia pasti sendirian.” Menuangkan garam lagi.

“Seina yang malang, aku harus melakukan sesuatu.”

Menuangkan garam yang banyak lalu mengaduknya, mengambil  sendok dan mencoba rasanya.

Bibi Margaret menangis. “Ini sangat asin.”

الحمد لله

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status