Share

5: Karena Kacang

بسم الله الرحمن الرحيم

Merasakan Seina yang menangis membuat Alistar diam tersenyum remeh.

Setelah itu, Alistar membawa Seina ke hotel lain. Meskipun di depannya adalah salah satu hotel terbaik di sana tapi setelah melihat perlakuan kasarnya pada wanita lemah seperti Seina membuatnya kesal. Bahkan dia sendiri tidak pernah berbuat tidak sopan pada wanita, kecuali di beberapa kasus tertentu.

“Rion carilah informasi tentang keluarga Wiliam.”

“Baik Bos.”

Alistar mematikan ponselnya lalu tersenyum, merasa tidak sabar menyaksikan permainan yang dia mulai.

Berjalan menuju ranjang membelai wajah Seina dengan jarinya.

“Saya akan menjadikan kamu sebagai bintang, sehingga tidak ada yang meremehkanmu,” lirihnya.

“Kamu sangat berguna untuk saya,” ucapnya.

Alistar pergi tanpa memperhatikan Seina yang membuka matanya.

Suara Langkah kaki bergema dilorong, membuka pintu yang bertuliskan 23.

Suara pintu terbuka, di sana seorang wanita yang duduk di depan jendela yang terbuka, angin berhembus menerbangkan helaian rambut pirangnya.

Wanita itu, Seina menatap Alistar dengan pandangan tak terbaca.

“Ikut aku.” ucapnya.

Seina berjalan mengikuti Alistar. Gaun kuningnya yang kotor telah berganti menjadi piyama putih panjang, yang membuatnya seperti wanita simpanan, karena memperlihatkan bahu putihnya.

Alistar menekan lift melihat Seina yang tertinggal jauh.

“Kenapa tidak pakai sandal?” tanyanya.

“Aku lupa.”

Menghela nafas. “Berjalanlah dengan cepat.”

Alistar memasuki lift di ikuti Seina. Keluar dari lift dan menuju tempat makan.

Mereka berjalan dengan langkah penuh percaya diri. Alistar tetap terlihat tampan seperti biasanya, dengan pakaian kasual yang sangat cocok dipakainya, menonjolkan tubuhnya yang kekar hasil nge-gym. Pelayan yang mengenal tentang Alistar, mencoba mencuri pandang kearahnya.

Memangnya siapa yang tidak mengenal aktor yang membuat filmnya sendiri karena merasa tersingung oleh aktor lain selain Alistar. Mereka bertanya-tanya siapa wanita cantik di belakangnya mungkinkah itu kekasihnya.

Memandang Seina yang terlihat cantik tapi tidak memakai alas kaki, akhirnya mereka tetap berpikir positif mungkin saja itu karena gaya fashion terbaru.

‘Semakin kesini fashion malah semakin ke sana’ batin seorang pelayan tua.

Seorang pelayan memberikan menu pada mereka berdua.

“Saya mau  cappuccino dan cornetto,” pesan Alistar.

Alistar baru ingat Seina adalah wanita gelandangan, dia pasti tidak tau cara membaca menunya. “Tam—“

“Aku mau …, espresso dan biscotti,” ucap Seina.

“Baik,” ucapnya.

Alistar menatap Seina berpikir dia pasti memesan asal-asalan karena dia tinggal di jalanan tapi bagaimana bisa dia membaca tulisan menu, meski tidak ada larangan bagai gelandangan untuk bisa membaca tapi aksennya terdengar seolah olah dia sudah bisa melakukannya.

Seorang pelayan datang menyajikan makanan yang mereka pesan. Seolah-olah terbiasa dengan semua itu, Alistar mengawasi Seina.

Delizioso,” ucap Seina.

Graize mille,” balasnya.

Pelan itu pergi dengan tersenyum.

“Bagaimana kamu tau Bahasa Italia.”

Alistaer mencondong tubuhnya ke arah Seina karena merasa penasaran.

“Aku belajar.”

“Bagaimana bisa kamu belajar?” tanya Alistar.

Alistar berpikir bahwa Seina adalah anak dari Wiliam Joyli yang di buang, dan dia dibodohi menjadi untuk mata-mata perusahaan hanya untuk menyambung hidupnya yang sulit.

Seina berpikir. “Membaca buku,” ucapnya.

‘Pasti buku dari jalanan.

“Dan untuk etika makan?” tanyanya.

“Aku diajari oleh nenek.”

Alistar menutup mulutnya merasa kasihan membayangkan kehidupan Seina yang sangat menyedihkan, dia pasti sangat menderita.

“Lalu siapa wanita yang kamu temui di hotel kemarin?”

“Dia adikku,” ujarnya.

Mimik wajah Seina terlihat ceria tapi langsung kembali datar.

‘Sudah saya duga.’

“Saya mengerti, tapi di mana nenekmu?”

Seina mengambil minum, meneguknya perlahan. Gerakannya seperti wanita penggoda dimata Alistar, saat bibir itu terlihat berkilau akibat terkena kopi. Menatap Alistar dengan mata sayu. ” Dia mati, terbakar,” ucapnya.

Tatapan Alistar terpaku pada lengan Seina yang masih membiru.

“Maafkan aku,”

Seina mengangguk.

Alsitar mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Setelah itu mereka makan dengan tenang.

Pyar…

“Seina,” serunya sambil berdiri.

Seina menunduk sambil memegang dadanya. “Aku tidak bisa bernafas.”

“Pelayan tolong dia!” serunya.

Pelayan datang dengan cepat. “Ada apa ini tuan?!”

“Apa anda tidak lihat, tolong dia.”

Pelayan langsung mengendongnya dan membawanya ke rumah sakit dengan cepat.

“Hei, kamu jangan mati ya!”

 Alistar menepuk pipi Seina.

Wajah Seina terlihat sangat pucat.

‘Permainan belum dimulai kamu jangan mati dulu.

“Cepatlah, wanita ini hampir mati” teriak Alistar.

Teriakannya membuat kesal sopir, yang membuatnya menambah kecepatannya.

Sampai di rumah sakit sang pelayan mengendong Seina yang pingsan untuk dibawa ke ruang pemeriksaan.

Alistar mentelepone Rion.

“Hallo Bos.”

“Jemput aku di rumah sakit.”

“Rumah sakit Bos sakit?

“Bukanlah, tidak usah banyak tanya jemput aku di rumah sakit.”

“Baik bos.”

“Rumah sakit xxx.”

Menutup telepone.

“Tuan saya permisi, mau kembali ke hotel,” ujar pelayan

Alistar melambaikan tangannya, dengan kesal pelayan itu pergi karena tidak mengucapkan terima kasih.

Tidak lama setelah pelayan itu pergi, pintu kamar terbuka dan Seina dipindahkan oleh suster ke ruangan lain.

“Bagaimana keadaannya dokter?” tanyanya.

“Dia hanya alergi kacang,” ucapnya.

‘hanya, kalau hanya dia tidak akan dibawa ke rumah sakit.’

“Saya juga sudah membalut luka dikaki dan tangannya jadi sebentar lagi dia akan segera siuman.”

“Luka?” bingungnya.

“Iya, apa Tuan tidak tau?” tanyanya bingung.

“Tau Dokter, karena keburu alergi jadi belum sempat,” kelitnya.

“Baik saya permisi, lain kali tolong perhatikan makannya agar tidak terjadinya alergi karena memakan kacang.”

Dokter itu pergi sementara Alistar pergi ke kamar Seina.

Alistar melihat Seina yang berbaring dengan perban ditangan dan kedua kakinya.

‘Saya sudah ada di parkiran, Bos.

Rion mendapat pesan untuk masuk ke kamar xxx.

Sampainya di sana dia melihat Alistar yang sedang berbaring di sofa sabil memainkan game.

“Bos.”

“Hm…”

Rion melihat Saina yang terbungkus perban. “Bos menghajar Seina?” tuduhnya.

“Bukan, dia alergi kacang. Tunggu, Seina katamu.”

Alistar langsung bangun

Rion mengangguk, Alistar langsung duduk. “Bagai mana kamu tau dia bernama Seina?”

‘saya saja yang menolongnya belum tau namanya.’

“Ya… sewaktu mengitrogasi Bos ketika pingsan kemarin.”

Alistar menatap Rion curiga karena dia mengetahui nama  wanita itu ketimbang dirinya sendiri.

“Kamu suka sama dia?” ujarnya.

“Bukan… orang yang aku sukai bukan dia Bos!”

Alistar menatap Rion dengan tajam lalu memeluk dirinya dan langsung menjauh, melihat reaksi berlebihan Bosnya Rion langsung mundur.

“Aku masih normal Bos.” memeluk dirinya sendiri.

Telepon Rion bergetar. “Bos aku sudah mendapatkan informasi tentang keluarga Wiliam Joyli.”

“Bacakan,” printahnya.

“Wiliam Joyli, pengusaha fashion terbesar di asia mereka juga berinvestasi di bidang teknologi dan perfileman—.”

“Aku mau informasi rahasia tentang keluargganya bukan tentang informasi umum.”

‘Seperti di film yang pernah aku perankan.’

Rion mengangguk.

“William seorang pria kaya yang menikah dengan Elma pembantunya, pernikahan mereka jelas ditentang oleh keluarga Joyli, tapi dengan kekuasaannya William membuat keluarganya menerima Elma, di tahun pertama mereka dikarunia  seorang anak perempuan, lalu setahun kemudian mereka dikarunia seorang anak lagi. Anak pertama dikabarkan meninggal diusia tuju tahun karena kecelakaan. Sekarang pernikahan mereka sudah berjalan selama 45 tahun.”

“Sungguh keluarga penuh drama,” ujarnya.

‘Lebih menderama keluarganya Bos.

Rion mengingat kembali situasi keluarga Vennec,  keluarga Alistar Mereka memperebutkan harta warisan, Alistar selaku anak pertama dari istri resmi tidak terima jika saudara tirinya mendapat bagian lebih banyak darinya, sangat tidak adil meski ayahnya lebih menyukai sauadar tirinya karena anak dari wanita yang dia cintai. Ayah alistar tetap pada pendiriannya dia memberikan warisan pada anak ke duanya.

Karena hal itu Alistar pergi dan berpindah marga menjadi Alistar Opixi mengikuti marga neneknya dan membangun perusahaannya sendiri.

‘Ya setidaknya keluargaku lebih normal.’

Riaon mengingat keluarganya, dia menjadi yatim piatu saat berumur Sembilan tahun, akhirnya di tinggal dipinti asuhan dan diangkat sebagai anak seorang pengacara.

Tapi setelah dua tahun pengacara itu menikah dan mengusirnya karena istrinya tidak menyukainya, akhirnya dia tinggal di panti asuhan kembali sampai sepasang suami istri mengadopsinya berkata bahwa dia adalah anaknya yang hilang.

Kehadirannya membuat keluarganya selalu bertengkar akhirnya dia memutuskan untuk tinggal sendiri. Sampai dia bertemu dengan Alistar pria yang membantunya saat dia di bully di sekolah sejak itu dia mulai mengikuti Alistar.

Suara deting garpu beradu dengan piring,  Elina meletakan perlalatan makanya lalu mengusap mulutnya dengan serbet.

“Ayah, Ibu bisakah aku bertanya?” ucap Elina

Meletakan peralatan makanya, lalu mengusap mulutnya dengan serpen.

“Apa yang ingin kamu tanyakan?” sahut Ayah.

“Apa kakak-ku masih hidup?”

“Lelucon apa yang kamu katakana Elina, jelas- jelas kakakmu sudah meninggal,” seru Ibu.

Elina menundukkan pandangannya karena takut, “Tapi jazatnya belum ditemukan.”

“Jangan mengugkit masalah tentang kakakmu Elina” ucap Ayah.

“Ya, Ayah,” balasnya.

“Kenapa kamu membahas tentang kakakmu?”

“Aku—.”

“Kenapa kalian membicarakan anak itu,” teriaknya.

“Nenek.”

 

الحمد لله

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status