Share

Bab 3

“Apa dia tidak tahu sopan santun dan … ah, sudah tidak ada waktu lagi untuk menggerutu!” gerutu Melody.

Kini ia seperti wanita kalang kabut, bagaimana tidak? Ia akan dilamar oleh seorang anak pengusaha properti ternama.

“Ibu,” teriak Melody dengan sayup-sayup keluar kamar.

“Ada apa, Nak?” tanya Larasati pada ana sulungnya.

Melody menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia sudah kehabisan kata untuk menjelaskan pada ibunya kali ini.

“Ada apa, Mel? Kamu terlihat sangat cemas, coba bilang ke ibu tentang apa?” todong tanya Larasati. Manik matanya masih menatap lekat ke anak sulungnya itu.

“Bu, aduh aku gak punya banyak waktu, aku jelaskan secara singkat aja ya. Jadi, tadi pagi Pak Johar datang menagih hutang judi ayah. Dan ibu tau? Ternyata ayah menjadikan aku jaminan untuk hutang 75 juta. Ibu aku berasa langsung gila saat itu juga,” jelas Melody yang cukup panjang.

Ia terlihat menghela nafasnya cukup panjang, “Setelah Pak Johar keluar rumah, aku niatnya mau cari angin dan …,” pada part ini Melody merasa ragu untuk bercerita.

Larasati mengamati lekuk wajah anak sulungnya dengan tatapan penuh.

“Mel, apa yang terjadi setelah itu?” tanya Larasati yang sudah tidak sabar itu.

Ia mengoyak tubuh Melody berulang kali, “Mel, apa yang terjadi padamu setelah itu!” pekik Larasati keras.

“Aku menabrak mobil milik Andrean Putra Zahari, Ibu!” teriak Melody tanpa aba-aba.

Sontak Larasati membungkam mulut Melody dengan dua tangannya. Matanya membelalak dengan kejut yang tidak bisa ia definisikan bagaimana.

“Mel, kamu dalam bahaya! Lalu bagaiamana? Apa kamu diminta ganti rugi atau-“ belum sempat kalimat tanya itu lengkap.

“Aku diminta menjadi istri siri Andrean, Bu. Dengan catatan aku harus bisa melahirkan anak untuknya,” tutur Melody dengan berbisik.

“Apa kamu sudah gila?” hardik Larasati. Jika tidak ada rasa kasihan, mungkin tangan itu sudah melayang pada pipi anak sulungnya.

Melody hanya menundukkan kepalanya, sebelum ini ia sudah yakin jika ibunya akan marah besar. Tapi, ini bukan waktu untuk saling diam dan marah.

“Sore ini dia akan datang, Bu. Dia akan melamarku dan menikah secepatnya,” jelas Melody dengan penuh keraguan.

Larasati sudah tidak mampu menumpu tubuhnya, ia terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Pusing tujuh kepalang, ia tidak menyangka akan terjebak situasi seperti saat ini.

“Mel, kamu benar-benar ya,” lirih suara Larasati. Ia kini memeluk Melody dengan erat.

“Bu, keputusan ini aku ambil demi bisa membayar hutang ayah dan membiayai hidup ibu dan adik. Kali ini aku minta maaf, dan … aku sangat gegabah, yang aku tahu hutang ayah harus segera lunas,” jelas Melody dengan membalas dekapan hangat Larasati.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu yang terdengar nyaring membuat Melody terdiam. Sepasang manik mata itu saling menatap lurus.

“Bu, jangan-jangan itu ….” Ucapan Melody terhenti.

“Permisi, mencari siapa?” tanya Lily, adik Melody.

“Ekhm, aku mencari Melody Anastasya,” singkat dan tegas.

Melody dan Larasati hanya bisa menghela nafas panjang. Benar saja dugaan keduanya, Andrean sudah datang dengan membawa beberapa bodyguard.

“Bu, ini bagaimana?” tanya Melody dengan penuh rasa cemas.

“Ibu hanya bisa mendoakan, selebihnya kamu yang menjalani ini semua. Jadi, ayo kita temui saja,” tutur Larasati lembut.

Manik mata keduanya mendapati Andrean yang sudah duduk di ruang tamu. Entah ke mana perginya Lily.

“Selamat sore, maaf mengganggu waktumu,” ucap Andrean.

“Tuan Andrean ini ibu saya namanya Larasati,” sebuah perkenalan singkat dari Melody. Diikuti dengan anggukan pelan dari Larasati.

Andrean terlihat menghela nafasnya cukup panjang. Kini ia terlihat lebih serius daripada tadi saat datang.

“Ekhm, sebenarnya kedatanganku ke sini untuk melamar anak ibu Larasati. Saya sudah mengamati Melody beberapa bulan belakangan, dan saya berniat menikah siri dengannya. Apa Melody sudah bercerita tentang rencana saya?” jelasnya dengan tegas.

Singkat Larasati menatap ke arah anak sulungnya, dengan tatapan penuh keyakinan ia mengangguk.

“Ya, Melody sudah bercerita tentang Anda, Tuan Andrean. Saya tidak bisa mengambil keputusan sepihak dan melarang anak saya, apalagi jika dia sendiri sudah menyetujui itu,” ucap Larasati dengan penuh rasa ragu.

“Tapi, jika boleh meminta saya ingin anak saya mendapatkan jaminan pernikahan itu sendiri. Saya tidak mau saat kalian akan bercerai atau apa pun itu, ia akan kesulitan nantinya,” tambah Larasati.

Di luar prediksi Melody, ia tidak menyangka jika Larasati memberikan syarat mutlak pada Andrean. Lelaki di hadapannya itu seolah sedang berpikir sejenak.

“Jadi, apa jaminan yang diminta oleh ibu Larasati ini?” tanya Andrean dengan entengnya.

“Jaminan kesehatan dan jaminan hidup tanpa ada gangguan dari keluarga atau orang terdekat, Anda!” tegas Larasati dengan mata yang penuh keyakinan.

“Deal!” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Andrean.

Jabatan tangan yang diulurkan Andrean di balas oleh Larasati dengan penuh rasa yakin. Kini, keduanya resmi mendapatkan restu dari orang tua Melody.

“Besok pagi akan ada mobil yang menjemput kalian berdua, oh iya meskipun menikah siri tetap membutuhkan ayah Melody. Semua sudah aku siapkan lengkap, jadi sisanya tolong urus dengan baik,” jelas Andrean tanpa basa-basi.

“Setelah semuanya cukup, aku pamit dulu. Terima kasih sebelumnya,” pamit Andrean dengan beranjak dari ruang tamu Melody.

“Kembali kasih, Tuan Andrean.”

***

Pagi-pagi sekali sebuah mobil sudah menjemput Melody dan Larasati. Dengan baju yang serba putih itu, Melody dan Larasati memasuki mobil. Tanpa sepengetahuan Rokim, ayah Melody.

“Ibu aku sangat takut,” ucap Melody lirih.

“Tidak apa-apa, kamu pasti bisa melakukannya,” tenang Larasati.

Tibalah keduanya di sebuah rumah megah dan mewah, kedatangannya kini disambut hangat oleh seorang wanita paruh baya.

“Oh ini, senang bertemu denganmu, Nak,” sapa seorang wanita paruh baya itu.

“Duduklah, kita menunggu penghulu yang akan datang 10 menit lagi,” ucap Andrean.

Manik mata yang kini berhasil menatap sekilas raut wajah Andrean. Melody hanya bisa mengulas senyum tipis.

‘Dia sangat tampan!’ batinnya.

“Jangan pernah berusaha merebutnya, dia milikku!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status