Jalan yang sudah kau pilih tak bisa kembali lagi, namun ketika hati sudah memilih siapa yang bisa berpaling?
Pagi ini para murid baru ajh selesai melakukan apel pagi setiap hari Senin, Griloza atau lebih akrab dipanggil Oza itu. Menatap lurus ke lapangan barisan depan para pria yang sedang mengobrol dengan asiknya, gadis itu tak sendiri ia duduk bersama ketiga temannya yang lain. Yang juga lagi memandang lurus kedepan mereka. Perlu diingat lagi sekolah mereka dekat dengan sekolah stm, dan lagi perempuan yang lagi meminum susu kotak.
Oza menolehkan kepalanya sambil meneguk satu tetes terakhir susu kotak yang lagi ia minum, cewek itu berjengit kaget karena tiba-tiba Puri memanggilnya seperti orang kesurupan massal. Gadis itu mencoba mengerti tentang hal yang ingin disampaikan oleh teman-temannya itu. "Oja, Oja, kemari jap!" Panggil Puri yang berada di depan lapangan langsung berseru heboh.
"Apa sih," sahutnya, tak mau peduli.
"Guoblok banget! He! Itu ada kakak kesayangan lu tuh!" Seru Nida ikutan kesal dengan Oza yang tak kunjung datang. Oza melangkahkan kakinya dengan malas lalu mengendikan bahunya tak mau pusing.
Cowok itu lewat tanpa menyapanya. Oza yang terlihat kaku langsung tersenyum kikuk seraya memegangi ujung rok Nida yang juga berdiri berhadapan dengan pemimpin muda itu. Cowok itu menoleh sesaat memandang wajah gadis itu dengan beratnya, perempuan itu meleleh hanya dengan sekali tatap.
Cowok itu bernama Bahrain Dinar Belgia disampingnya ada seorang perempuan yang memandangi wajah Oza dengan pandangan sinisnya, seakan tidak mau kalo pemuda itu diambil orang lain. Perempuan itu langsung mengapit tangannya secara posesif, cowok itu yang melihat tak peduli dengan tingkah pacarnya itu.
"Kok lu bisa suka sama model kaya gitu si?" Tanya, Vera dengan heran yang disertai gelengan kepala juga.
"Stay cool," sahutnya, berbunga-bunga.
"Mata lu!" Cebik Puri yang melengang pergi dan meninggalkan Oza yang termangu menatap kepergian Bahrain. Gadis itu tersenyum hambar lalu mendengkus sembari berlari menyusul ketiga temannya itu.
Mereka berjalan ke arah kelas dan becandakan apa ajh yang bisa dijadiin bahan becanda, Oza tak sengaja' menabrak seorang murid baru yang lagi mengobrol dengan teman satu kelasnya.
Vera mendengus kecil sembari memberikan senyum konyolnya, Noda menoyor kepala gadis itu lalu berjalan keruangan lab sambil menggeplakkan kepala Puri. Puri membalasnya dengan tendangan kaki. Oza menatap wajah temannya itu dan buru-buru berjalan duluan takut malu kalo ingat mereka temannya.
Bahrain mengamatinya dari balik jendela OSIS dan hari ini bakal ada rapat penegak disiplin dikelas sepuluh. Cowok itu mengalihkan pandangannya pada anggota OSIS yang lain, pemuda itu kembali dengan aktivitasnya dan tak memandangi arah luar lagi. Semua aktifitasnya hari cukup melelahkan tapi Bahrain tak memiliki kegiatan lain apalagi ia seorang ketua penegak disiplin. Pria itu meletak map hijau diatas meja begitu ajh, Bahrain tak sengaja' menabrak anak perempuan kelas sepuluh dan itupun langsung ditinggal pergi tanpa mau menolong atau bersikap ramah pada perempuan itu.
"Ih, gitu amat si," cibir anak itu yang melengang pergi.
"Kenapa si?" Tanya, salah satu temannya.
"Itu, ada kakak' yang nabrak tadi terus gak nolong sama sekali," temannya hanya mengangguk dan keduanya memasuki kelas masing-masing. Perempuan itu hanya menggeleng sambil menghela panjang setelah itu berjalan kembali ke dalam kelas, tak tau si mengapa ada aja orang yang suka tidak mau meluangkan waktunya untuk menolong sesama seperti itu.
3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.
Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s
Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit
Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya
Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza
Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta