"Sayangnya takdir berkata lain... Aku sadar klan Ye ini bukanlah tempat yang cocok untukku, Kakak Xin. Hatiku sudah memilih jalan lain, dan kalian pasti menyadari ikatanku dengan Tuan Muda Zhu. Karenanya aku memutuskan untuk pergi... Dan terima kasih atas kebaikan kepala klan serta yang lainnya sudah merawatku selama beberapa tahun ini. Aku akan selalu mengingat kebaikan kalian."Ucapan itu membuat Ye Xin terdiam dengan mata terbuka lebar. Harapannya kini musnah seketika setelah mendengar keputusan Shan Rong itu, hancur berkeping-keping. Ada rasa pengkhianatan yang samar, bercampur dengan kebingungan dan kekecewaan yang mendalam."A-adik Rong, ke-kenapa...?" bisiknya, suaranya tercekat di tenggorokan, tidak mampu memahami mengapa Shan Rong akan memilih jalan ini, pergi bersama seorang pria asing yang baru ia temui, meninggalkan klan yang telah memberinya segalanya. Mata Ye Xin berkaca-kaca, merasakan perpisahan yang mengecewakan sekaligus dipenuhi amarah terpendam. Ia menatap Shan Ro
Namun, sebelum itu Shan Rong mengajukan sebuah permintaan sebagai syarat, sebuah permohonan tulus yang terus terngiang di benaknya: yaitu agar Ye Xiu mau membantunya menemukan seorang pemuda bernama Zhu Long. Ye Xiu saat itu menganggap permintaan itu tidak penting dan mengabaikannya, fokus pada potensi Shan Rong yang akan menguntungkan klan. Tatapan Ye Xiu beralih menatap pemuda itu—Zhu Long. Ia mencoba menghubungkan titik-titik rumit yang kini mulai terbenahi dalam pikirannya yang kacau. Nama itu... permintaan itu... kekuatan yang luar biasa ini. "Ja-jangan bilang..." ucapnya, suaranya tercekat oleh keterkejutan yang tak terduga, matanya membelalak lebar, memandang Zhu Long dengan campuran tak percaya dan rasa gentar. "...pemuda yang Rong'er maksud... adalah dirimu!?" Sebuah kebenaran yang mengejutkan, sebuah pengungkapan yang mengubah seluruh dinamika di aula. Seketika, Ye Xiu diselimuti rasa bersalah yang menyeruak, sebuah beban berat menghimpit hatinya. Matanya melirik Sha
"Ugh!" Tetua Ye Hong merintih kesakitan, tubuhnya menekan lantai marmer di aula utama klan Ye. Tekanan kuat dari niat membunuh Zhu Long begitu luar biasa, seolah gunung tak kasat mata menghimpit setiap inci keberadaannya. Begitu pula beberapa tetua lainnya; wajah mereka pucat pasi, anggota badan mereka bergetar tak terkendali, dan mereka dipaksa berlutut, bahkan beberapa di antaranya mencium lantai di bawah kaki mereka, tak mampu menahan kekuatan yang mencekik itu. Keangkuhan mereka luntur, digantikan oleh ketakutan yang mendalam.Kejadian itu berlangsung selama beberapa menit yang terasa seperti tak berujung, setiap detik adalah siksaan murni. Para tetua terengah-engah, berjuang mencari udara di bawah tekanan yang menghimpit. Hingga akhirnya, dari luar pintu aula utama klan Ye, sebuah seruan melengking dari seorang wanita muda memecah keheningan yang menakutkan itu, bagaikan sebuah simfoni harapan di tengah kehancuran."Berhenti! Tolong jangan sakiti mereka!" seru Ye Xin, wajahnya
Di dalam aula utama klan Ye, di tengah keheningan yang mencekam setelah aura menindas Tetua Ye Hong di sapu bersih, bisikan-bisikan gugup mulai terdengar. "S-siapa pemuda ini!? Kenapa auranya begitu kuat?" gumam salah satu tetua klan, matanya membelalak tak percaya. Mereka semua yang hadir di sana merupakan kultivator berpengalaman, namun kekuatan yang terpancar dari Zhu Long sungguh di luar jangkauan pemahaman mereka.Sementara itu, Ye Hong menatap Zhu Long dengan mata bergetar, ekspresinya menunjukkan rasa gugup yang samar, bercampur dengan keangkuhan yang menolak untuk mengakui kekalahan. Ia adalah seorang tetua terhormat, bagaimana mungkin seorang pemuda tak dikenal bisa menepis kekuatannya semudah itu? Amarahnya kembali membara, kali ini dicampur dengan harga diri yang terinjak."Dari mana datangnya bocah sombong ini!? Beraninya kau menunjukkan taring di tengah aula utama klan Ye!" seru Ye Hong, suaranya dipenuhi amarah yang meluap, menunjuk Zhu Long dengan jari gemetar.Zhu L
Shan Rong menggeleng pelan, menambah ketegangan di raut wajah kepala klan dan para tetua lainnya. Suasana di aula semakin mencekam, heningnya pecah oleh desahan napas tegang yang terdengar di mana-mana."Maaf karena mengecewakan kepala klan dan para tetua..." ucapnya, suaranya lirih namun setiap kata terdengar jelas di keheningan aula yang megah itu. Ia berhenti sejenak, mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki, menarik napas dalam-dalam. Mata Zhu Long yang sedikit terbuka, memberinya kekuatan yang ia butuhkan.Setelah menghela napas sesaat, Shan Rong melanjutkan, nada suaranya kini lebih mantap, meskipun masih ada sedikit kegugupan. "Tujuanku datang kemari adalah untuk mengatakan bahwa aku... Mulai sekarang, aku bukan lagi bagian dari klan Ye. Aku sudah memutuskan kemana aku akan pergi tanpa harus terikat dengan siapapun, termasuk klan Ye atau klan Mu." Kata-kata itu, diucapkan dengan lembut namun tegas, bagaikan guntur di tengah badai.
Negara Tian Gu.Setelah beberapa hari perjalanan yang melelahkan, mengarungi hutan lebat di wilayah Seribu Pegunungan, Zhu Long akhirnya membawa Shan Rong keluar dari kedalaman rimba yang menyesakkan dan penuh bahaya tak berarti itu. Kemunculan mereka di sekitar daerah Seribu Pegunungan adalah sebuah kebetulan yang sebenarnya bisa diprediksi. Setelah melintasi portal pada Cermin Empat Penjuru Langit di jantung wilayah Laut Mati, mereka tanpa sengaja muncul kembali di tempat ini, sebuah daerah rawan yang dihuni binatang buas tingkat tinggi, bahkan sempat mereka lewati saat perjalanan ekspedisi berlangsung.Namun, bagi Zhu Long, yang telah hidup sebagai jiwa pengembaara selama ribuan tahun, kekuatan binatang-binatang buas di sekitar wilayah Seribu Pegunungan ini tak cukup kuat untuk mengancamnya, bahkan setelah energi spiritualnya lumayan terkuras.Niat awal Zhu Long setelah keluar dari hutan itu adalah untuk kembali ke Negara Qingli, atau mungkin