공유

Bab 44 - Kecemasan Lin Qian

작가: Chryztal
last update 최신 업데이트: 2025-10-04 21:26:41

Malam turun dengan lembut, menyelimuti istana dengan cahaya bulan perak. Paviliun Qinghe tenang, hanya suara gemericik air kolam batu yang mengisi udara. Di bawah cahaya lentera, Lin Qian masih duduk meracik ramuan. Jemari halusnya menumbuk perlahan akar Shenlan, aroma herbal menguar hangat, menenangkan ruang yang sunyi.

Pintu kayu bergeser pelan. Suara langkah yang begitu dikenalnya membuat napas Lin Qian tercekat. Wang Rui masuk dengan jubah hitam giok, bordir naga keemasan berkilau samar diterpa cahaya bulan. Ia tidak ditemani kasim atau pengawal, hanya dirinya seorang.

“Kau belum tidur?” suara Kaisar terdengar datar, tapi ada sesuatu di dalamnya seperti riak kecil di permukaan danau.

Lin Qian berdiri, menunduk hormat. “Saya ingin memastikan ramuan untuk Putri Li Hua siap diminum sebelum tengah malam. Tidur bisa menunggu lagi, Yang Mulia.”

Wang Rui menatap meja ramuan, lalu beralih pada wajah Lin Qian. “Kau selalu mendahulukan orang lain. Tapi siapa yang mendahulukanmu?”

Lin Qian t
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 151 - Lin Qian Membuat Jarak

    Pagi itu, kabut tipis masih menggantung di antara atap-atap istana ketika Lin Qian melangkah keluar dari Balai Medis Kekaisaran. Langkahnya tenang, wajahnya datar, seolah tidak ada apa pun yang mengusik batinnya. Namun bagi mata yang terbiasa memperhatikannya, ada sesuatu yang berubah. Tatapan Lin Qian tidak lagi hangat seperti sebelumnya, senyumnya jarang muncul, dan gerak-geriknya terasa lebih berhati-hati, seakan ia selalu menjaga jarak tak kasatmata dari dunia di sekitarnya.Wang Rui memperhatikannya dari kejauhan. Sejak beberapa hari terakhir, Kaisar merasa seperti berdiri di hadapan pintu yang perlahan tertutup. Lin Qian tetap menjalankan tugasnya dengan sempurna, tetap memeriksa kesehatan, tetap berbicara sopan. Tapi semua itu terasa formal, kaku, seperti ada tembok pembatas yang sengaja dibangun. Wang Rui, yang terbiasa membaca medan perang dan wajah para menteri licik, justru kesulitan membaca hati perempuan yang berdiri di hadapannya."Ada apa sebenarnya dengan dirimu, Q

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 150 - Lin Qian kecewa dan marah

    Malam selanjutnyaturun perlahan di langit istana Wangjing, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Lentera-lentera dinyalakan satu per satu, memantulkan cahaya kekuningan di lorong batu yang panjang dan sunyi. Lin Qian melangkah cepat, jubahnya berdesir pelan mengikuti langkahnya. Wajahnya tenang, tetapi dadanya bergemuruh. Penolakan Wang Rui siang tadi masih terasa seperti duri yang menancap di hati.Ia tidak bodoh. Diamnya Kaisar bukan ketenangan, melainkan perlindungan yang dibangun dari ketidakpercayaan. Namun justru itulah yang membuat Lin Qian terluka. Ia tidak ingin dilindungi seperti benda rapuh. Ia ingin dipercaya sebagai seseorang yang berdiri sejajar, bukan di belakang bayang-bayang kekuasaan.Nama Huang Ziyan muncul berulang kali di benaknya. Dari semua orang di istana, Ziyan adalah satu-satunya yang terlihat gelisah selain Wang Rui sejak beberapa hari terakhir. Tatapannya selalu menghindar, sikapnya berubah canggung. Lin Qian yakin, Ziyan memegang potongan k

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 149 - Percaya?

    Sejak beberapa hari lalu, Lin Qian merasakan ada sesuatu yang tidak selaras di dalam istana. Bukan perubahan yang mencolok, melainkan ketegangan halus yang merayap seperti kabut dingin di sela-sela napas. Kaisar Wang Rui masih tersenyum padanya, masih menggenggam tangannya dengan kehangatan yang sama, tetapi di balik tatapan itu ada sesuatu yang tertahan. Seolah ada dinding tipis yang baru saja dibangun di antara mereka. Ia memperhatikan setiap gerak kecil Kaisar. Cara Wang Rui memijat pelipisnya lebih sering. Cara ia terdiam lebih lama saat menatap peta atau dokumen, seakan pikirannya berada di tempat lain. Bahkan ketika Lin Qian menyentuh pergelangan tangannya untuk memeriksa denyut nadi, ia bisa merasakan ketegangan yang tidak berasal dari tubuh, melainkan dari hati yang tertekan. Lin Qian sudah mencoba bertanya saat itu, namun Kaisar terus menghindari pertanyaannya."Sebenarnya apa sih yang sedang kau sembunyikan?" Lin Qian bergumam, suasana hatinya kurang baik.Kekhawatirannya

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 148 - Strategi Pertama

    Enam hari menjelang Festival Dongzhi, suasana Istana tampak tenang di permukaan, namun arus bawahnya bergolak seperti sungai musim hujan. Kaisar Wang Rui berdiri di paviliun belakang, menatap hamparan taman beku yang memantulkan cahaya matahari pucat. Di balik ketenangan wajahnya, pikirannya bekerja tanpa henti. Ia sudah mengetahui betapa jauh Ibu Suri dan Bai Hua bergerak, dan ancaman mengenai Lin Qian masih menggantung seperti pedang tipis di atas lehernya. Karena itu, pagi itu ia memanggil seseorang yang jarang muncul kecuali pada urusan terpenting.Pintu geser terbuka perlahan, dan Panglima Han Sheng melangkah masuk, membawa hawa dingin tajam dari luar. Pria itu menunduk hormat, namun matanya langsung menangkap perubahan sikap sang Kaisar. Wang Rui tidak menunggu lama. Ia memulai pembicaraan dengan suara rendah dan terkontrol, memastikan tidak ada mata dan telinga tersembunyi di sekitar paviliun. Empat pelayan penjaga ditempatkan berjauhan untuk memastikan tidak ada yang berani

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 147 - Pengakuan Huang Ziyan

    Angin sore merambat lembut melewati lorong-lorong Istana. Tetapi bagi Huang Ziyan, hembusan itu terasa seperti pisau dingin yang menghujam kulitnya. Langkahnya gelisah, napasnya tidak teratur. Ia berjalan tanpa arah, hanya mengikuti bayangannya sendiri yang terus menggandakan kegelisahan di dadanya.Ia berhenti di bawah pohon plum yang mulai bertunas. “Aku...sudah terlalu jauh."Namun gumaman itu tidak mampu menenangkan badai yang berkecamuk di dalam dirinya.Seorang pelayan istana lewat dan memberi salam singkat. Ziyan mengangguk sekadarnya, berusaha menjaga wibawa meski wajahnya tampak pucat.Setelah pelayan itu berlalu, Ziyan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bayangan ancaman Ibu Suri dan Putri Bai Hua berputar-putar di kepalanya. Setiap kata yang ia dengar dari balik taman pertemuan sebelumnya menggema bagai tamparan keras.Ia menendang kerikil kecil hingga terpental. “Aku tidak bisa hanya duduk diam. Tidak boleh seperti ini, sama saja dengan pengecut.”Sementara itu, di pavi

  • Raja Yang Agung Itu Berlutut Di Hadapanku   Bab 146 - Ancaman Dari Ibu Suri

    “Aku tidak akan mengulanginya.” ucap Ibu Suri, suaranya bening seperti bilah pedang yang ditempa dingin. “Menikahi Bai Hua, atau Tabib Lin yang akan menanggung akibatnya.” Ibu Suri tersenyum tipis, seolah ia akan meraih kemenangannya.Kaisar menatapnya tanpa berkedip. “Mengancamku dengan seseorang yang tak berkuasa, sungguh langkah yang menunjukkan keputusasaan, Ibu Suri.”Aula dalam istana tampak redup, diterangi cahaya lentera yang goyah seolah takut menyentuh percakapan itu. Kaisar duduk tegap, tetapi sorot matanya mengandung api yang berputar tanpa henti. Ia tahu ancaman Ibu Suri bukan sekadar gertakan untuk memaksanya tunduk, wanita tua itu tidak pernah berbicara tanpa memastikan kemenangan di telapak tangannya terlebih dahulu.Sementara itu, di hadapannya, Ibu Suri berdiri dengan jubah sutra ungu gelap yang bergerak pelan, seolah ia adalah pusat angin itu sendiri. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah perintah yang menyentuh dasar bumi dan bergaung di langit tinggi.“Ka

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status